Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sirkus Pohon Hirata, dari Kisah Asmara sampai Kritik Sosial

6 Mei 2018   14:35 Diperbarui: 6 Mei 2018   14:44 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tara dengan spirit rindu yang mewarnainya, setiap bulan menggambarkan sketsa sang pahlawan, hingga sampai terkumpul 120 sketsa, dengan metamorfosis wajah yang berkembang setiap bulannya. 

Setelah menunggu sepuluh tahun, cinta mereka akhirnya pun dipertemukan, meskipun sebenarnya mereka sudah saling mengenal dalam masa pencariannya masing-masing. " Cinta adalah seni menunggu" (hal. 322).

Kritik Sosial

"Fiksi, cara terbaik menceritakan fakta", begitu kutipan Andrea yang menjadi halaman pembuka novel Sirkus Pohon ini. Andrea menangkap fenomena sosial melalui cerita fiksi, bahkan fiksi paling absurd sekalipun. 

Fenomena sirkus pohon adalah sebuah realitas sosial. Sirkus pohon, mengisyaratkan adanya kepercayaan yang berlebihan (bisa jadi dinamisme) pada sebuah pohon, yang oleh Andrea diwakili oleh pohon delima. Sebuah pohon yang mempunyai kekuatan magis, mampu memenangkan sebuah kompetisi, menjodohkan dua anak manusia, menyelesaikan semua permasalahan, bahkan mampu menyembuhkan berbagai penyakit. 

Meskipun terlihat sekedar mitos, namun fenomena tersebut masih banyak terjadi pada masyarakat kita. Pohon delima sakti yang harus diarak-dipinjam dalam berbagai kontestasi politik sebenarnya adalah kritik terhadap fenomena politik bangsa ini. Pohon delima dalam realitas bisa jadi berupa pusaka, batu, keris, simbol agama bahkan tokoh yang selalu didatangkan sebagai mesin kampanye untuk tujuan politik (hal. 262).

Berikutnya, Andrea sebenarnya juga hendak mengkritik kecenderungan materalistis dan prestise yang menghinggapi manusia modern. Pekerjaan sebagai badut, yang mungkin oleh sebagian orang dianggap sebagai pekerjaan rendahan, namun bagi Sobri adalah segalanya. 

Bahkan jika disuruh memilih, ia lebih memilih sebagai badut daripada menjadi pegawai negeri, kontraktor, bahkan direktur perusahaan sekalipun. Karena pekerjaan adalah masalah hati, jika cocok menikmatinya, itulah kebahagiaan.

Terakhir, Sirkus pohon adalah sisi lain kehidupan, di tengah gemerlapan kehidupan modern. Kisah hidup manusia adalah milik manusia itu sendiri, bukan milik persepsi orang lain. Kesederhanaan, cinta, kebahagiaan, persahabatan adalah pilihan hidup yang harus dilakoni setiap orang, siapapun dia. 

Dan kehidupan ini tidak lain adalah sirkus. Setiap orang berakrobat sesuai dengan profesi dan status masing-masing.

Muhamad mustaqim, penikmat Novel, tinggal di Demak.

Judul   : SIRKUS POHON

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta

Tahun Terbit    : Agustus 2017

 Halaman          : 383 halaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun