Mohon tunggu...
Muhamad pachruroji
Muhamad pachruroji Mohon Tunggu... Arsitek - Kesenian

Melukis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tasawuf dalam naungan Al-Qur'an dan Sunah

22 Desember 2024   23:20 Diperbarui: 22 Desember 2024   23:07 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tasawuf dalam Naungan Al-Qur'an dan Sunah: Perspektif Syekh al-Rauf al-Fansuri

Tasawuf sering kali menjadi topik perdebatan di kalangan Muslim. Ada yang memandangnya sebagai inti dari spiritualitas Islam, sementara yang lain menganggapnya menyimpang dari ajaran murni Al-Qur'an dan Sunah. Dalam konteks ini, karya-karya Syekh al-Rauf al-Fansuri memberikan pencerahan penting, karena ia berhasil menjembatani antara nilai-nilai tasawuf dengan landasan Al-Qur'an dan Sunah.

Dasar Qur'ani dalam Tasawuf

Syekh al-Rauf al-Fansuri, seorang ulama besar dari Nusantara, menekankan bahwa tasawuf bukanlah sekadar jalan menuju kesucian jiwa, tetapi juga merupakan manifestasi dari nilai-nilai Al-Qur'an. Ia sering mengutip ayat-ayat seperti:

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku" (QS. Adz-Dzariyat: 56),

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Ra'd: 28).

Baginya, tasawuf adalah upaya manusia untuk mencapai tujuan penciptaan melalui ibadah yang mendalam dan pengingatan kepada Allah yang terus-menerus. Dalam hal ini, dzikir dan kontemplasi bukanlah inovasi, melainkan praktik yang langsung bersumber dari ajaran Al-Qur'an.

Tasawuf dan Sunah Nabi Muhammad SAW

Selain berlandaskan Al-Qur'an, Syekh al-Rauf al-Fansuri juga mengaitkan tasawuf dengan kehidupan Rasulullah SAW. Ia menekankan bahwa Nabi Muhammad adalah contoh sempurna seorang sufi dalam makna sejati, yaitu seseorang yang hidup sederhana, penuh kasih sayang, dan selalu terhubung dengan Allah.

Syekh al-Rauf mengutip hadis-hadis seperti:

"Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu; dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, maka manusia akan mencintaimu" (HR. Ibnu Majah),

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" (HR. Ahmad).

Bagi al-Fansuri, tasawuf adalah ekspresi praktik zuhud, sabar, dan syukur yang diajarkan oleh Rasulullah. Ia menekankan bahwa seorang Muslim yang benar-benar mengikuti Sunah Nabi akan dengan sendirinya menjalani jalan tasawuf.

Menghadapi Kritik terhadap Tasawuf

Syekh al-Rauf al-Fansuri menyadari bahwa banyak kritik terhadap tasawuf berasal dari praktik-praktik yang dianggap menyimpang, seperti klaim tentang maqam spiritual yang berlebihan atau ritual yang tidak berdasar. Dalam karyanya, ia mengingatkan bahwa semua praktik tasawuf harus kembali kepada Al-Qur'an dan Sunah.

Ia menegaskan bahwa tasawuf sejati tidak mengajarkan isolasi total dari masyarakat, melainkan mendorong individu untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Dalam hal ini, tasawuf justru memperkuat hubungan sosial dengan landasan akhlak yang mulia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun