Perahu nelayan juga telah bergerak untuk menyelamatkan korban Van der Wijck. Sekitar 20 penumpang berhasil dievakuasi dengan selamat menggunakan pesawat dan dibawa ke Surabaya. Sementara itu, kapal nelayan menyelamatkan puluhan penumpang Eropa dan lokal ke daratan.
Untuk memperingati peristiwa ini, sebuah monumen didirikan di distrik Brondong Lamongan. Monumen Van der Wijck terletak di pelataran Perum Halaman Kantor Perikanan cabang Samudera Brondong, di belakang gerbang menuju Pelabuhan Brondong dan Lapangan Pelelangan Ikan.Â
Monumen Van der Wijck memiliki dua prasasti  di dinding barat dan timur monumen. Prasasti tersebut terbuat dari plat besi dan diukir dalam bahasa Belanda dan Indonesia. Monumen ini didirikan oleh Belanda untuk mengenang kisah tenggelamnya kapal  di perairan Lamongan. Tugu tersebut juga ditulis sebagai ucapan terima kasih dari Belanda kepada masyarakat Lamongan atas bantuannya saat  terjadi bencana.
 Jadi, peristiwa ini memang berdasarkan kisah nyata bukan hanya fiksi yang dibuat untuk latar belakang novel karya hamka dan film-nya saja. Kisah cinta Hayati dan Zainudin pun dikabarkan kisah nyata namun alur nya saja ada yang dilebih-lebihkan untuk kepentingan film.Â
Bahkan, titik tenggelamnya kapal itu hingga sekarang dikenal angker oleh warga lamongan. Sehingga warga setempat, enggan dan tidak berani untuk menangkap ikan di sekitar lokasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H