Mohon tunggu...
Kepariwisataan Sejarah
Kepariwisataan Sejarah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedang dalam proses

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berburu Pakaian Bekas dan Santapan Nikmat di Pasar Baru, Jakarta!

11 Mei 2022   22:23 Diperbarui: 11 Mei 2022   22:32 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Oleh Sakurai Midori - Karya sendiri

Dewasa ini, Indonesia digemparkan dengan trend thrifting yang menjamur di dunia fashion. Thrifting sendiri merupakan sebuah aktivitas untuk mencari barang-barang bekas untuk dipakai kembali. 

Thrifting ini muncul sebagai sebuah solusi untuk mengurangi limbah tekstil yang muncul akibat dari banyaknya industri fast fashion yang menjamur di belahan dunia. 

Di Indonesia sendiri, thrifting ini mulai ramai diperbincangkan pasca munculnya influencer yang mempopulerkan kembali gaya 90's. Oleh karena itu, thrifting ini marak dilakukan oleh muda mudi Indonesia.

Untuk memburu barang-barang bekas ini, biasanya pandangan masyarakat langsung tertuju di beberapa titik. Pasar Senen, Pasar Baru, dan Pasar Gede Bage (Bandung). Namun, bagi warga yang bermukim di sekitaran Jakarta sudah pasti akan melipir ke Pasar Senen dan Pasar Baru. 

Siapa tak kenal Pasar Baru? Pusat perbelanjaan yang dibangun pada abad 19 ini memang sejak dulu menjadi pusat perbelanjaan yang menjual beraneka ragam jenis barang. 

Di Pasar Baru sekarang ini, banyak sekali penjual pakaian bekas yang menawarkan pakaian bekas yang layak pakai dengan harga miring. 

Selain pakaian bekas, di Pasar Baru juga terdapat banyak toko yang meyediakan barang dagangan lain, yang tentu saja dapat menunjang kehidupan sehari-hari.

Pasar Baru merupakan sebuah tempat yang menjadi pusat perbelanjaan tertua di Jakarta. Dibangun pada abad ke-19 oleh Daendels, eksistensinya sudah cukup diperhitungkan sejak zaman kolonialisme Belanda. 

Perpindahan pusat pemerintahan dari Oud Batavia (sekarang Kota Tua), ke Weltevreden (sekitar Lapangan Banteng) membuat banyak hal berubah. Weltevreden menjadi wilayah yang ramai, mengingat pusat pemerintahan dipindahkan. 

Akan tetapi, mustahil bila kawasan ramai tak memiliki pusat niaga. Oleh karena itu, Daendels menginisiasikan pembangunan Passer Baroe sebagai sarana untuk berniaga serta tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pembangunan Pasar Baru oleh Daendels ini dapat dikatakan berhasil. Dibangunnya Pasar Baru ini membuat masyarakat Eropa yang kala itu bermukim di sekitar Rijswijk hingga Pecenongan tak pusing untuk mencari pasar guna membeli kebutuhan sehari-hari. 

Di masa kolonialisme, Pasar Baru ini menjadi sebuah tempat yang maju. Banyak orang-orang Eropa yang berkunjung untuk sekadar berwisata dan memanjakan mata. 

Selain itu juga, Pasar Baru dapat dikatakan sebagai sebuah wadah multikulturalisme. Di masa itu, banyak sekali pedagang-pedagang India juga pedagang asal Cina yang menjajakan dagangannya.

Orang-orang asing seperti orang Cina dan India yang berdagang di Pasar Baru ini banyak menggoreskan tinta-tinta sejarah hingga kini. Seperti sekarang ini, di Pasar Baru masih banyak sekali toko kain yang penjualnya orang India asli. 

Selain itu juga masih banyak toko yang menjajakan makanan khas Cina atau pun menghiasi toko mereka dengan huruf kanji. 

Arsitektur Pasar Baru juga merupakan bentuk akulturasi antara budaya Eropa dan Cina. Oleh karena itu, Pasar Baru dapat dikatakan sebagai wadah multikulturalisme dan sarana akulturasi.

Sekarang ini, Pasar Baru masih menjadi pusat niaga yang besar meski sudah tak sebesar dulu. 

Banyak masyarakat lokal maupun turis internasional pergi ke sana untuk memburu barang-barang vintage, atau sekadar memanjakan mata untuk menilik tinggalan sejarah di masa lampau yang tertinggal sebagai warisan. 

Selain itu, tak jarang pula mereka datang untuk memanjakan lidah dengan santapan khas Pasar Baru. Sebut saja seperti Bakmi Gg. Kelinci, Cakue Ko Atek, dan masih banyak lagi. 

Selain harganya yang relatif murah, rasanya justru tak murahan lho. Makanan-makanan yang ada di Pasar Baru ini bisa menjadi destinasi selanjutnya untuk melepas penat dan lapar pasca thrifting.

Semakin lama eksistensi trend thrifting ini berlanjut, maka akan semakin banyak masyarakat yang silih berganti mendatangi Pasar Baru. Hal ini tentu dapat berpotensi untuk memajukan Pasar Baru seperti sedia kala. 

Nah kalau kamu, gimana nih? Sudah pernah main ke Pasar Baru? Jika belum, yuk ngethrift di Pasar Baru!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun