Ada beberapa langkah yang menurut saya tepat dan dapat dilakukan di Indonesia, bukan hanya untuk penanganan jangka pendek, tetapi untuk mengembalikan esensi dari ekonomi pada rakyat.
Pertama, dalam merespon kelangkaan pangan akibat kenaikan harga sebagai konsekuensi dari inflasi, pemerintah dapat menasionalisasi berbagai sektor-sektor yang esensial seperti pangan dan energi.
Seperti kita ketahui, Indonesia sebagai negeri agraris, penguasaan tanah masih sangat timpang dan didominasi oleh sektor privat seperti halnya penguasaan tanah dalam proyek food estate baik di Kalimantan maupun Papua.
Dengan dinasionalisasinya sektor pangan, dapat memacu kembali daya beli serta aktivitas ekonomi di masyarakat terlebih jika didukung dengan program operasi pasar.
Kedua, pemerintah harus segera menjalankan program perlindungan sosial demi meminimalisir dampak buruk dari resesi pada tahun depan. Karena tak dapat dipungkiri, dampak terburuk dari resesi ekonomi global di Indonesia adalah terulangnya kejadian tahun 2005 hingga 2007 dimana 50.000 orang bunuh diri karena kemiskinan dan himpitan bunuh diri yang disebabkan minimnya perlindungan sosial dari negara (VHR Media, 2007).
Dengan dikuasainya sektor-sektor esensial oleh negara, logika produksi untuk akumulasi bergeser menjadi logika produksi untuk konsumsi.
Atau, negara tetap dapat mempertahankan logika akumulasi kapital dalam bentuk economic growth-nya sembari tetap memasukan indikator-indikator seperti aspek kemanusiaan dan juga kebebasan untuk mengembangkan setiap potensi individu serta kolektif.
***
Referensi
Basri, C. (2022, October 10). Resesi Global dan Pilihan Kebijakan. Kompas.id. Retrieved October 20, 2022, from https://www.kompas.id/baca/opini/2022/10/10/resesi-global-dan-pilihan-kebijakan
CNN Indonesia. (2022, September 26). Sri Mulyani: Dunia Pasti Resesi pada 2023. CNN Indonesia. Retrieved October 18, 2022, from https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220926163036-532-852840/sri-mulyani-dunia-pasti-resesi-pada-2023