Mendidik anak dengan cinta berarti mendidik mereka dengan landasan kasih sayang. Siapa yang akan menjadi tauladan kita dalam hal pendidikan? Yang paling tepat dijadikan pigur adalah Rasulallah Saw. Anak-anak hasil gemblengan di madrasah Rasulallah Saw telah berhasil meluluskan murid yang tidak perlu kita ragukan lagi.
Para lulusannya ada Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Fatimah Az-Zahra, dan masih banyak lagi. Mereka adalah generasi terbaik yang dapat meneruskan tongkat estafeta perjuangan Rasulallah dalam mengisi zamannya.
Kita menemukan bahwa salah satu kesuksesan Nabi Muhammad Saw dalam mendidik para sahabat dan anak-anaknya adalah, karena beliau mendidik mereka dengan mencintainya.
Dari Anas bin Malik r.a,
“Tidak pernah kulihat seseorang yang lebih sayang kepada anak-anak daripada Rasulallah Saw (HR Muslim).
Fenomena maraknya kenakalan pelajar, baik yang berhubungan dengan tawuran, nimu-minuman keras, obat-obat terlarang dan seks pra nikah, pada saat ini ditengarai oleh pakar pendidikan akibat kurangnya perhatian orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Pada posisi ini, maka guru harus tampil menjadi personifikasi tife ayah yang bijaksana, penuh sentuhan kasih sayang (cinta), dengan memberikan nasihat-nasihat, sehingga murid merasa diperhatikan disekolahnya.
Sikap kasih sayang yang ditunjukan oleh guru akan memberikan ikatan batin yang kuat antara murid dan gurunya, maka terjalinlah komunikasi dua arah. Sehingga anak akan merasa bersalah apabila ia melakukan suatu perbuatan atau melanggar ketentuan yang diajarkan oleh gurunya. Keterkaitan emosional antara guru dan murid inilah yang harus diupayakan.
Dalam banyak riwayat menyebutkan, bahwa Nabi Muhammad Saw memiliki rasa kasih sayang yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat terhadap cucunya, Hasan dan Husein. Sampai suatu ketika beliau sedang sujud dalam shalat, didapatinya Hasan sedang naik ke punggung Nabi. Beliau pun memperlama shalatnya, sampai keduanya turun. Ini memperlihatkan betapa seorang Nabi mempunyai kasih sayang begitu tinggi.
Pernah suatu saat Nabi berkumpul dengan para sahabatnya di suatu tempat, lalu ada sahabat yang putranya ikut, lalu dia melarangnya sambil bersuara keras kepada anaknya disuruh pulang. Melihat perlakuan sahabatnya tersebut, Nabi kemudian menegurnya dan dengan penuh kasih sayang Nabi memanggil anak tersebut lalu diusap-usap kepalanya.
Jadi tepat sekali kalau konsep pendidikan dalam Islam, menempatkan kasih sayang menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sekaligus menekankan perlunya guru memperhatikan secara serius pendekatan ini demi keberhasilan dalam menanamkan nilai-nilai yang islami.
Dalam sejarah keilmuan Islam, kecintaan Imam Malik kepada Imam Syafi’i, dan Imam Syafi’i kepada Ahmad bin Hambal, sungguh telah menjadi busur yang melesatkan mereka semua menjadi maestro-maestro ilmu fiqh. Demikian juga cintanya Jalaluddin As-Suyuti kepada Jalaluddin Al-Mahally, dan Muhammad Abduh kepada Rasyid Ridha.
Suasana cinta dalam aktivitas pendidikan merupakan suatu kemestian yang harus dilaksanakan. Nabi bersabda, “Al-Dinu al-Nashihah” (agama adalah cinta). Para sahabat bertanya, kepada siapa ya Rasul, “Lillahi, wa lil Rasuli, walinnasi ajma’in”, (kepada Allah, kepada rasul, dan kepada segenap ummat manusia).
Erich Fromm dalam bukunya yang “tersohor itu”, The Art Of Loving, menulis,
“Bahwa manusia moderen sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita, penderitaan tersebut diakibatkan karena kehausan mereka untuk mencintai orang lain. Mungkin sudah waktunya kita beritahu mereka untuk belajar mencintai”.
Saya teringat dengan puisi Kahlil Gibran:
Mungkinkah akan datang suatu hari
Ketika orang bijak mampu menyatukan mimpi-mimpi pemuda
dengan kesenangan untuk belajar?
Apakah akan datang suatu hari ketika guru manusia adalah alam,
kemanusiaan adalah bukunya dan kehidupan adalah sekolahnya?
Adakah hari ini akan datang? Kita tidak tahu,
tetapi kita bisa merasakan dorongan yang menggerakan diri
untuk mencapai kemajuan batin,
dan kemajuan itu adalah sebuah pemahaman
terhadap keindahan semua makhluk
melalui perbuatan baik yang kita lakukan
dan kepada keindahan itu kita taburkan cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H