Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... -

Pemikir Radikal, Rasional, Fundamental, Filosofis, Oposisi Pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Teologi, Manusia dan Eksistensi Tuhan

12 November 2018   23:40 Diperbarui: 13 November 2018   07:54 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi, mereka hanya mengakui bahwa pencipta alam semesta adalah Tuhan, namun objek penyembahan mereka bukanlah Tuhan tersebut. Ini adalah tindakan yang secara tak langsung "meremehkan" Tuhan. Seolah, dengan kebesaran dan kuasa Tuhan dalam meng-ada-kan apa yang sebelumnya tak ada, begitu remeh. Dan eksistensi yang Tuhan ada-kan adalah suatu realitas yang sebenarnya luar biasa.

Perilaku meng-ilah-kan Tuhan bukanlah suatu permintaan pribadi Tuhan pada manusia, walaupun misalkan, ekstrimnya, tak ada manusia pun yang disana menyembah Tuhan, kebesaran dan kuasa dari Tuhan pun tetap luar biasa, tak berkurang sedikitpun. Doktrin mitologi Yunani, malah dketahui mempunyai konsep yang berkontradiksi dengan hakikat dari Tuhan, mereka meyakini, jika manusia meninggalkan aktivitas Penyembahan, maka Tuhan akan menjadi semakin lemah tak berdaya. 

Seolah Tuhan punya sifat yang kemakhlukan, dan sifat itu tak mungkin menjadi ciri dari Tuhan, karena Tuhan sangat berbeda dengan makhluknya, dan itu wajib. Tanpa itu, entitas itu tak bisa menjadi Tuhan sampai kapanpun. Seluruh entitas kemakhlukan adalah memiliki batasan ruang dan waktu. 

Misalkan manusia. Manusia merupakan entitas yang terbatas oleh raga kita, maka kita disebut sebagai realitas fisik. Meja misalkan, meja terbatas oleh seberapa besar meja tersebut, walaupun meja itu sebesar bumi sekalipun, meja itu pun masih punya batasan ruang dan waktu. 

Bahkan realitas bumi atau matahari pun masih punya batasan ruang dan waktu. Dan terakhir, realitas kosmos, alam semesta pun punya batasan / ruang dan waktu. Tanya saja para astronom, mereka tau bahwa alam semesta punya batasan maksimal, yang walaupun tiap momen selalu berkembang lebih luas lagi, tak menghilangkan hakikatnya bahwa bagaimanapun kosmos beserta isinya adalah realitas yang terbatas dimensi ruang dan waktu.

Selain berbagai realitas fisik, kita sama - sama mengakui bahwa memang ada realitas lain di luar realitas fisik, yaitu realitas metafisik seperti jin dan kawan - kawannya. Namun, bagaimanapun, realitas itu pun masih punya bentuk, walaupun misalkan tak beraturan (dengan kata lain, masih tergolong sebgai realitas yang terbatasi oleh dimensi ruang dan waktu).

Dan diluar seluruh realitas yang terbatas akan dimensi ruang dan waktu itu, ada realitas lainnya, yang absolut, mutlak, tak punya ukuran, massa, atau apapun yang disana menjadi ciri khas dari makhluk dalam dimensi ruang dan waktu. Karena bersifat absolut - metafisik, entitas itu bisa disebut dengan "Tuhan". 

Karena kita dan kosmos semua adalah realitas kemakhlukan yang terbatasi dimensi ruang dan waktu, maka kita akan mendefinisikan bahwa entitas (Tuhan) itulah yang telah menciptakan kita semua dari yang awalnya tak ada menjadi suatu yang ada. Tuhan telah "berbaik hati" menjadikan kita hidup hari ini.

Di masa kita masih dalam kandungan ibu, awalnya kita hanyalah sebuah raga tanpa arti. Dan Tuhan-lah yang mengirimkan jiwa pada raga kosong kita, untuk mengisi dan membuat raga kosong ini menjadi bermakna, bukan lagi raga yang mati, tapi raga yang bergerak dan hidup. Tuhan menciptakan raga kita melalui hukum kausalitas (hukum biologis / proses reproduksi manusia), dan meng-ada-kan jiwa kita dengan proses penciptaan yang masih belum terjangkau akal manusia, lalu mengirimkannya pada raga kosong manusia.

 Bolehlah jika manusia mengatakan bahwa mereka tak mau menyembah Tuhan. No problem. Kekuasaan Tuhan tak akan berkurang sedikitpun karena keengganannya menyembah Tuhan. Itu merupakan kehendak bebas manusia untuk menentukan pilihannya untuk menyembah siapa. Atau bahkan memutuskan untuk tidak percaya dengan Tuhan (Atheisme).

Penyembahan "Tuhan" & Aksiologi Kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun