pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan proses atau rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lain, meskipun tidak mengikuti rangkaian yang sistematis. Rangkaian itu berisi kegiatan menggerakkan, membimbing dan mengarahkan serta mengawasi orang lain dalam berbuat sesuatu, baik secara perseorangan maupun bersama-sama. Seluruh kegiatan itu dapat disebut usaha mempengaruhi perasaan, pikiran dan tingkah laku orang lain kearah pencapaian suatu tujuan. Oleh karena itu, kepemimpinan juga merupakan proses interaksi antara seorang (pemimpin) dengan sekelompok orang lain, yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang lain untuk berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak pemimpin.
George P. Terry berpendapat bahwa: “Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok” (Kartini Kartono, 1983:160). Kepemimpinan yang dimaksudkan tersebut adalah kemampuan untuk menggerakkan orang lain di bawah kepemimpinannya untuk mau berbuat sesuai dengan tujuan yang disepakati bersama.
Howard H. Hoyt, ia berpendapat bahwa “kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang” (Kartini Kartono. 1983:160). Dari defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepempimpinan merupakan seni untuk menciptakan kesesuaian paham dalam mencapai tujuan kelompok yang didukung oleh sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan dan kesanggupan pimpinan.
Kepemimpinan sebagai satu bentuk dominasi yang didasari oleh kapabilitas / pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama (Kartini Kartono, 1983:187). Kepemimpinan adalah suatu proses penggunaan terhadap orang lain untuk melakukan usaha lebih banyak dalam sejumlah tugas atau mengubah perilakunya (Kenneth N. Wexly dan Gary.
A.Yuki, 003:189). Hal itu dimaksudkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Dari pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kepemimpinan sebagai dasar atau rangkaian teori yang dapat dipahami oleh seorang pimpinan kepala sekolah, untuk memotivasikan dan mengarahkan bawahannya untuk menjalankan kegiatan proses belajar mengajar sesuai rencana yang telah ditetapkan.
asas asas kepemimpinan
Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Teori kesifatan atau sifat dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu dalam Handoko dan Edwin Ghiselli, dalam Utami R. Mutamimah. (2006:17-18), mengemukakan teori mereka tentang teorikesifatan atau sifat kepemimpinan yang meliputi. 6 (enam) sifat kepemimpinan yaitu:
- Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability) atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen.
- Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses.
- mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir.
- Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
- Kepercayaan diri, atau pandangan pada diri sehingga mampu menghadapi masalah.
- Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.
Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat kepemimpinan kepala sekolah adalah: 1) Kemampuan sebagai pengawas atau supervisor); ) Kecerdasan; 3) Inisiatif; 4) Ketegasan; dan 5) Stabilitas emosi. Sifat-sifat ini mampu memunculkan citra kepemimpinan bagi para pegawai dan guru dibawah pengawasannya.
jenis kepemimpinan
Dibawah ini terdapat tiga asas dalam Kepemimpinan yaitu
- Kemanusiaan, kepemimpinan mengutamakan sifat-sifat kemanusian, yaitu pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan-tujuan human.
- Efisien, efesiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materi, dan jumlah manusia, atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas manajemen modern.
- Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada tarap kehidupan yang lebih tinggi. Dari ketiga asas tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, seorang pemimpin mampu menciptakan situasi dan kondisi yang diharapkan oleh masyarakat atau bawahannya dan mampu mengarahkan dan memotivasikan masyarakat atau bawahannya dalam meningkatkan tujuan yang ingin dicapai secara merata.
etika dan propesi kepemimpinan
Di bawah ini ada beberapa etika dan profesi Kepemimpinan yaitu:
- Pemimpim harus memiliki satu atau beberapa kelebihan dan pengetahuan, ketrampilan sosial, kemahiran teknis serta pengalaman.
- Memiliki kemanpuan mengontrol diri yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan segenap perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan. Sehingga memunculkan sikap moral yang baik dan bertangung jawab.
- Selalu melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan, kebaikan).
- Sekaligus mampu menciptakan nilai-nilai yang tinggi atau yang berarti. Nilai adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia.
- Adanya norma perintah dan larangan yang harus ditaati oleh pemimpin demi kesejahteraan hidup bersama dan demi efisiensi organisasi, maka segenap tindakan dan kesalahan pemimpin itu dikontrol.
- Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin harus memiliki etika dan profesi untuk melaksanakan dan menyelenggarakan tugasnya sesuai dengan etika kepemimpinannya.
syarat syarat kepemimpinan
Kartono Kartini (2005:36-38), persyaratan kepemimpinan harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting yaitu :
- Kekuasaan, ialah kekuatan otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpim guna menggerakkan bawahannya untuk berbuat sesuatu.
- Kewibawaan, ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga mampu mengatur bawahan untuk patut dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
- Kemampuan, ialah segala daya kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau ketrampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam suatu organisasi, pemimpin harus mengarahkan tujuan yang baik untuk menciptakan kebahagiaan, kesejahteraan keadilan bagi masyarakat atau bawahannya dalam melakukan sesuatu guna mencapai tujuan kebersamaan.
sifat sifat kepemimpinan
Banyak teori yang mengungkapkan tentang kepemimpinan, sehingga muncul banyak jenis-jenis kepemimpinan yang dipahami dan juga diterapkan pada saat ini.Semua jenis kepemimpinan juga memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga dalam penerapannya perlu memperhatikan banyak hal. Nurkholis (2003) mengemukakan 6 jenis atau model kepemimpinan yaitu; koersif, otoritatif, afiliatif, demokratis, pecesetting, dan coaching yang tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing.
- Koersif
Jenis kepemimpinan ini bisa juga disebut dengan kepemimpinan otoriter. Pada jenis ini seorang pemimpin akan memerintah sesuai dengan kehendaknya sendiri tanpa ada orang yang boleh membantah semua perintahnya. Menurut pendapatnya seorang bawahan hanya akan bekerja jika diperintah. Selain itu pemimpin sudah menetukan ketentuan dari awal sehingga pada saat pelaksanaan tidak ada rencana atau usulan dari bawahannya. Pemimpin menjalankan semuannya sesuai dengan kehendak hati sang pemimpin sehingga bawahan hanya tinggal menjalankan apa saja tugasnya.
Kelebihan dari tipe ini adalah ketika sebuah organisasi atau kelompok membutuhkan pengambilan keputusan secara mendadak dengan cepat dan tepat. Pengambilan keputusan akan difikirkan secara matang. Selain itu saat pengambilan keputusan tidak perlu dengan adanya diskusi atau rapat dan terjadi perdebatan dari berbagai pihak yang hanya akan membuat keputusan tidak segera diambil. Sehingga pengambilan keputusan akan lebih cepat dan tepat jika diambil oleh seorang pemimpin saja. Selain itu pemimpin dengan jenis ini akan menumbuhkan sikap disiplin dari anggota atau bawahannya. Selain kelebihan jenis kepemimpinan ini juga memiliki kekurangan. yaitu ketika pelaksanaan tugas atau pelaksanaan program- program yang direncanakan bawahan atau anggota kelompok tidak bisa berfikir kreatif dan akan mudah bosan. Hal ini dikarenakan apa yang dikerjakan sudah ditentukan oleh pemimpinnya dan bawahannya tidak boleh melakukan hal lain yang tidak sesuai dengan ketentuan. Selain itu tidak akan ada perubahan pada organisasi atau kelompok tersebut karena pemimpinnya sulit untuk menerima perubahan dan usulan dari bawahan atau anggotanya.
- Otoritatif
Jenis pemimpin ini bukan jenis pemimpin yang oteriter, akan tetapi pemimpin yang mendapatkan kekuasaan dengan persetujuan dan kejelasan visi yang ia paparkan. Seorang pemimpinakan menjadikan orang lain bergerak menuju sebuah visi yang sudah ditentukan dengan bersemangat karena ia akan memberikan penghargaan yang pantas dan tujuan yang jelas tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga untuk jangka panjang. Pemimpin akan melakuakn perubahan-perubahan untuk mencapai visi dari organisasi tersebut. Pemimpin ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mudah untuk orang lain bekerja sama.
juga memiliki kekurangan yaitu saat organisasi yang dipimpinnya memerlukan keputusan yang cepat dan tepat dalam keadaan yang mendesak. Pemimpin jenis ini akan terlalu lama menentukan keputusan apa yang harus diambil. Selain itu pemimpin akan mengalami kesulitan saat anggota atau bawahannya tidak setingkat dengannya. Maksudnya para anggota atau bawahannya tidak mampu berfikir kreatip untuk sebuah perubahan. Selain itu pemimpin akan mengalami kesulitan saat bersama dengan tim ahli. Pemimpin ini akan dianggap terlalu angkuh atau sombong karena selalu berfikir kedepan dan menganggap orang lain tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan seperti dirinya.
Kepemimpinan yang otoritatif juga memiliki kelebihan yaitu ketika seorang pemimpin bertemu dengan anggota yang sepadan. Maksudnya, anggota yang mampu diajak bekerjasama dan mampu membuat perubahan-perubahan sesuai dengan kemajuan jaman.
- Afiliatif
Kepemimpinan yang afiliatif adalah seorang pemimpin yang memberikan jalan bagi anggotanya untuk bertindak. Seorang pemimpin mengedepankan kebahagiaan dari anggotanya. Setiap anggotanya memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan ide-ide untuk kemajuan dari organisasi. Pemimpin akan sangat disenangi oleh semua bawahan atau anggotanya karena dalam organisasi semua memiliki sifat terbuka.
Kelemahan dari teori ini adalah anggotanya akan merasa ketergantungan kepada pemimpinnya, karena pemimpin selalu membantu dan mengedepankan anggota atau bawahannya, pemimpin ibarat sebatang lilin yang rela terbakar untuk menerangi sekelilinganya. Selain itu apabila seseorang yang belum mengenal pemimpin tersebut akan menganggap remeh pemimpinnya, karena seorang pemimpin selalu terbuka dengan masalah yang dihadapi dan meminta pendapat dari bawahannya sehingga orang akan menganggap bahwa pemimpinnya tidak memilii kemampuan yang memadai.
Selain itu teori ini memiliki kelebihan yaitu terjadi harmonisasi antara pemimpin dan bawahannya karena adanya keterbukaan. Sehingga dalam mencapai tujuan organisasinya dapat saling bekerja sama dengan baik. Kelebihan yang paling utama adalah para anggotanya merasa senang karena pemimpin memprioritaskan semua kegiatan dan tujuannya pada anggotanya.
- Demokratis
Kepemimpinan jenis ini mengedepankan pendapat dari anggota untuk mengambil keputusan sehingga setiap masalah diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat. Kepemimpinan ini hampir sama dengan kepemimpinan afiliatif akan tetapi perbedaannya adalah seorang pemimpin tidak mengedepankan kebahagiaan dari anggotannya akan tetapi tujuan keterbukaan adalah untuk saling faham satu sama lain sehingga bisa tercapai kerjasama. Pemimpin akan mengambil keputusan sesuai dengan suara terbanyak dari anggota.
Kelemahan dari kepemimpinan jenis ini adalah jika seorang pemimpin tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat dan terjadi kontra antar anggota, selain itu apabila anggota tidak sepaham atau memiliki cara pandang yang berbeda dengan pemimpin sehingga pada saat pengambilan keputusan tidak terjadi titik temu hanya saling berdebat satu sama lain. Pengambilan keputusan juga tidak selalu sesuai karena suara terbanyak belum tentu keputusan yang terbaik. Adakalanya suara terbanyak justru menjerumuskan kehal-hal yang tidak baik Akan tetapi jenis kepemimpin ini juga memiliki kelebihan yaitu terjadinya keterbukaan antara anggota dan pemimpin jadi semua masalah yang terjadi dalam organisasi diketahui oleh semua anggota dan dapat turut menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga pemimpin juga tidak terlalu terbebani akan masalah yang dihadapi karena ditanggung bersama.
- Pacesetting
Jenis kepemimpinan ini menyatakan bahwa seorang pemimpin membutuhkan atau menuntut kesempurnaan dari anggotanya. Pemimpin membuat standar-standar yang harus dipenuhi oleh setiap anggotanya agar tercapai apa yang diinginkan pemimpinnya. Seorang pemimpin akan mengambil alih tugas dari anggotanya apabila apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan standar yang ia tetapkan. Pemimpin tidak segan-segan untuk mengganti anggota dengan orang lain jika ia merasa tidak cocok atau tidak memenuhi standar.
Kelemahan dari jenis kepemimpinan ini adalah jika angotanya adalah orang yang tidak suka berkembang atau sulit memotivasi diri maka anggota merasa tidak dianggap oleh pemimpin dan menjadi malas untuk mengerjakan tugasnya dan pada akhirnya hanya akan diganti dengan yang lain. Pemimpin memiliki banyak pekerjaan karena mengontrol setiap kegiatan dari anggotanya bahkan mengambil alih setiap pekerjaan yang tidak sesuai dengan standarnya.
Kelebihan dari jenis ini adalah apa yang dilakukan oleh anggota dari organisasi selalu sempurna. Karena sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemimpin. Selain itu pemimpin jenis ini juga akan sangat maju jika bertemu dengan anggota yang senang bekerja dan mampu membangun motivasi dirinya. Sehingga anggotanya akan memenuhi standar yang sudah ditetapkan oleh pemimpin jadi semua dapat selesai sesuai target.
- Coaching
Jenis kepemimpinan ini hampir sama dengan kepemimpinan pacesetting karena pemimpin ini juga menuntut kesempurnaan dari anggotanya. Akan tetapi jenis ini menetukan ketentuan yang berbeda-beda untuk setiap orang. Pemimpin ini menuntut anggotanya untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki masing- masing anggota. Karena pemimpin berpendapat bahwa dengan berkembangnya anggota maka akan berkembang pula organisasi yang dipimpinnya.
Kelemahan dari kepemimpinan jenis ini adalah seorang pemimpin memerlukan waktu yang lama untuk mengembangkan anggotannya satu persatu karena setiap individu berbeda-beda sehingga perlu diadakan pembicaraan secara langsung dengan anggota satu persatu. Selain itu anggota yang malas akan merasa tertekan karena selalu dituntut untuk melakukan hal-hal tertentu. Selain kelemahan tentunya jenis kepemimpinan ini juga memiliki kelebihan yaitu pemimpin akan mengenali semua anggota yang ada dalam organisasinya. Hal ini juga dapat untuk menggali kemampuan terpendam dari anggotanya dan juga memperbaiki kelemahan-kelemahan dari anggotanya. Setiap teori dan jenis kepemimpinan tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing.Sehingga apabila ingin menjadi seorang pemimpin perlu mengambil beberapa pertimbangan untuk mengambil keputusan. Seorang pemimpin dapat memadukan lebih dari satu jenis kepemimpinan agar dapat tercapai tujuannya.
tugas dan pungsi kepemimpinan
1. Tugas Kepemimpinan
a. Berdasarkan pengertian bahwa kepemimpinan adalah tingkah laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas penting seorang pemimpin (Wahjosimidjo 002:40).
b. Mendefenisikan misi dan peranan organisasi, misi dan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktur sebuah organisasi.
c. Pimpinan merupakan pengejewantahan tujuan organisasi, dalam tugas ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan kedalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
d. Mempertahankan keutuhan organisasi, pimpinan bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi dengan melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu melalui otoritas, peraturan, literally, melalui pertemuan, dan koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan.
fungsi kepemimpinan
Ada beberapa fungsi yang dilakukan oleh seorang pemimpin seperti diungkapkan oleh Mitfah Thoha dan Mintzberg, Dalam Djaenuri M. Aries. (1989:30) dalam bukunya Perilaku Organisasi bahwa fungsi-fungsi pokok pemimpin antara lain memotivasi, mengembangkan dan mengendalikan Pendapat Arifin Abdul Rachman (1986:37), juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa kepemimpinan itu apabila ditinjau lebih dalam berkisar pada tugas-tugas tertentu dalam fungsi menggerakkan; dengan mana pemimpin itu menjalankan peranannya. Pengarahan yang sering juga disebut directing itu pada hakekatnya mempunyai cakupan beberapa kegiatan antara lain seperti pemberian perintah, instruksi, pembinaan dan memberi arahan kepada masyarakat atau bawahannya dalam melaksanakan berbagai kegiatan. Sofwan Badari dalam Djaenuri, M. Aries. (1989:55), memberikan batasan pada konsep directing sebagai “aktivitas memberi perintah harus jelas siapa yang diberi perintah dan
Bertanggung jawab atas setiap bagian dari rencana”. Pendapat yang lebih luas dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo, yang berpendapat bahwa inti directing adalah mengajar, memberi tahu dan membuat bisa melakukan. Kesimpulan serupa juga didapati di dalam Ensiklopedi Administrasi yang menegaskan bahwa directing adalah aktivitas berupa memerintah, menugaskan, memberi arah dan menuntun bawahan untuk melaksanakan pekerjaan dalam mencapai tujuan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam fungsi pengarahan terdapat kegiatan yang dapat di kategorikan menjadi dua bagian, yaitu; Memberi Perintah dan Instruksi. Memberi perintah dan instruksi, adalah merupakan aktivitas pemimpin sehari-hari dalam rangka mengarahkan pelaksanaan tugas bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemberian perintah oleh pemimpin kepada bawahan merupakan salah satu wujud dari komunikasi vertikal. Perintah-perintah harus diberikan oleh pemimpin dalam rangka mengendalikan organisasi yang di pimpimnya.Aktivitas untuk memberi tuntutan atau pembinaan, merupakan salah satu unsur lain dari kegiatan pengarahan. Tujuan adalah agar orang-orang atau bawahan itu tahu dan mengerti apa yang harus dikerjakan serta timbul kemauan untuk mengerjakan sesuatu sesuai kehendak pemimpin.
pengertian peranan kepala sekolah
Defenisi tentang peranan kepala sekolah sangat berfariasi banyak orang yang mencoba mendefenisikan konsep ini. Defenisi peranan kepala sekolah secara luas meliputi proses mempengeruhi dalam menentukan tujuan organisasi sekolah, memotivasi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan bermutu. Apapun bentuk organisasi sekolah, dalam kenyataannya pasti memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu orang lain untuk menduduki posisi pimpinan/pemimpin. Seseorang yang menduduki posisi pimpinan dalam suatu organisasi sekolah mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan sekolah.
Kepala sekolah adalah seorang tenaga professional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Dari penjelasan tentang pengertian peranan kepala sekolah tersebut penulis berpendapat bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin hendaklah mempunyai kemampuan untuk memimpin, menggerakkan, melakukan koordinasi para guru dan segala sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat di daya gunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Fungsi Kepala sekolah
Dalam organisasi sekolah,fungsi kepala sekolah adalah tugas yang diemban oleh seorang pemimpin sekolah untuk memajukanorganisasi sekolahnya. Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepala sekolah berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi sekolah yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Fungsi kepala sekolah tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan situasi sosial yang terbentuk dan sedang berlangsung di lingkungan organisasi sekolah. Oleh karena situasi itu selalu berkembang dan dapat berubah-ubah, maka fungsi kepala sekolah tidak mungkin dilakukan sebagai kegiatan rutin yang diulang-ulang. Tidak satupun cara bertindak/ berbuat yang dapat digunakan secara persis sama dalam menghadapi dua situasi yang terlihat sama, apalagi berbeda di lingkungan suatu organisasi sekolah oleh seorang kepala sekolah.
Dengan demikian berarti juga suatu cara bertindak yang efektif dari seorang kepala sekolah yang berbeda dengan situasi sosial yang tidak sama, maka hasilnya juga akan berbeda. Cara bertindak dari seorang kepala sekolah didasari oleh keputusan yang ditetapkannya yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan menganalisa situasi sosial sekolahnya. Kepala sekolah yang baik akan selalu berusaha mengembangkan situasi yang bersifat kebersamaan yang mampu memberikan dukungan positif terhadap keputusan yang ditetapkannya
- Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, kepala sekolah sebagai Administrator sekolah merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, kapan dan dimana perintah itu dikerjakan oleh para guru dan pegawai lainnya agar keputusan dapat dilasanakan secara efektif. Kepala sekolah yang handal memerlukan kemampuan menggerakan dan memotivasi para guru dan pegawai lainnya agar mau melaksanakan perintah
- Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapan keputusan, kepala sekolah kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan guru dan pegawai lain yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultsi itu dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan.
fungsi partisipativ
Dalam menjalankan fungsi ini kepala sekolah berusaha mengaktifkan bahannya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilaksanakan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain
- Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat dan menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari kepala sekolah. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Wakil kepala sekolah atau guru penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu kepala sekolah yang memiliki persamaan prinsip, persepsi dan aspirasi
- Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepala sekolah yang sukses mampu mengatur aktivitas bawahannya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,pengarahan, koordinasi dan pengawasan. Berkaitan dengan fungsi kepala sekolah, Gerungan sebagaimana mengutip pendapat Ruch bahwa ada tiga fungsi dari kepala sekolah antara lain :
- Seorang kepala sekolah bertugas memberikan struktur yang jelas dari situasi-situasi yang rumit yang dihadap oleh kelompoknya (structuring the situation).
- Seorang kepala sekolah bertugas mengawasi dan menyalurkan perilaku bawahan yang dipimpinnya ini juga berartibahwa seorang kepala sekolah bertugas mengendalikan prilaku bawahannya dan prilaku itu sendiri.
- Seorang kepala sekolah bertugas sebagai juru bicara kelompok yang dipimpinnya (spokesman of the group). Seorang kepala sekolah harus dapat merasakan dan menerangkan kebutuhan-kebutuhan kelompok yang dipimpinnya ke dunia luar, baik mengenai sikap kelompok, tujuan, harapan-harapan atau hal-hal yang lain. Seorang kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin dan seorang pengendali atas orang-orang yang ada dalam bawahannya. Orang-orang yang dimaksud adalah para guru atau tenaga fungsional, tenaga administrative (staf), dan para siswa atau peserta didik. Seluruh fungsi tersebut diselenggarakan dalam aktivitas kepala sekolah secara integral. Adapun dalam pelaksanaannya kepala sekolah berkewajiban menjabarkan program pembelajaran, mampu memberikan petunjuk yang jelas, berusaha mengembangkan kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat, mengembangkan kerja sama yang harmonis, mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan batas tanggung jawab masing-masing,berusaha menumbuh kembangkan kemampuan memikul tanggung jawab, mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali. Melihat fungsi-fungsi tersebut di atas maka penulis menyimpulkan bahwa tidaklah ringan beban tugas yang diemban oleh seorang kepala sekolah, sehingga sudah barang tentu untuk menjadi pemimpin sekolah dituntut persyaratan-persyaratan tertentu agar dalam melaksanakan kepemimpinannya dapat berlangsung dengan baik
Pengertian Kinerja
Kinerja pada dasarnya merupakan satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Hal ini mengingat bahwa langkah, tindakan maupun perilaku guru dalam pelaksanaan tugas sangat pengaruh pada kualitas penggunaan optimal sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan, sehingga diperlukan informasi yang relevan, kinerja kerja masing-masing individu atau kelompok. Informasi demikian akan mempermudah perumusan kebijaksanaan lebih lanjut yang lebih efektif, sangat bermanfaat bagi dinamika perusahaan secara keseluruhan.
Prawiro Sentoso dalam Harbani Pasolong (1992:2) mengatakan kinerja adalah hasil karya yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Mangkunegara (2002:67) mengatakan bahwa kinerja adalah merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya
- balik Susilo Martoyo kinerja atau penilaian prestasi kerja (performanceappresial) adalah proses melalui mana organisasi- organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawai.
- Handoko penilaian prestasi kerja adalah salah satu proses yang dilakukan organisasi-organisasi untuk mengevaluasi dan menilai prestasi kerja yang dicapai pegawai. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan dan memberikan umpan para pegawai tentang pelaksanaan kerja pegawai.
- Hasibuan penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap pegawai. Dengan penilaian prestasi kerja tersebut, maka organisasi dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang berarti apakah pegawai akan dipromosikan atau balas jasanya dinaikkan.
- Berkaitan dengan beberapa pengertian di atas maka kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting yaitu; kemampuan dan minat para pekerja serta kemampuan untuk menerima penjelasan atas delegasi tugas serta peran atas motivasi seseorang bekerja. Dan penilaian prestasi kerja diperlukan bagi seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan atau kebijakan-kebijakan tentang umpan balik para bawahan maupun organisasi yang bersangkutan.
tujuan penilaian kinerja
Setiap penilaian prestasi kerja pegawai harus benar-benar memiliki tujuan yang jelas, tentang apa yang hendak dicapai.
Susilo Martoyo ada beberapa tujuan yang dicapai antara lain:
- Mengidentifikasi para pegawai mana yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan.
- Menetapkan kenaikan gaji atau upah pegawai
- Menetapkan kemungkinan pemindahan pegawai ke penugasan baru
- Menentukan kebijkan baru dalam rangka reorganisasi.
- Mengidentifikasi para pegawai yang akan dipromosikan ke jabatan tertentu.
Manfaat Kinerja
Susilo Martoyo ada 10 (sepuluh) manfaat dari penilaian kinerja antara lain :
- Perbaikan prestasi kerja. Umpan balik memungkinkan pegawai, manajer dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka demi perbaikan kinerja kerja.
- Penyesuaian-penyesuaian kompensasi evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kanaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
- Keputusan-keputusan penempatan. Promosi, transfer dan demosi (penurunan jabatan) biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya.
- . Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan. Prestasi kerja yang jelek mungkin membutuhkan latihan. Demikian juga, prestasi yang baik mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
e. Perencanaan dan pengembangan karier. Umpan balik prestasi kerja seseorang pegawai dapat mengarahkan keputusan- keputusan karier, yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.
f. Penyimpanan-penyimpanan proses staffing prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
g. Ketidak akuratan informasional prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisa jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia, atau komponen-komponen sistem informasi manajemen personalia lainnya.
h. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan tersebut.
I. Kesempatan kerja yang adil penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
j. Tantangan eksternal kadang-kadang prestasi di pengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti : keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah pribadi lainnya.
pengukuran kinerja
Syarif dalam Dharma (1985) pengukuran kinerja didasarkan pada mutu (kehalusan, kebersihan, dan ketelitian), jumlah waktu (kecepatan), jumlah macam kerja (banyak keahlian), jumlah jenis alat (ketrampilan dalam menggunakan macam-macam alat) dan pengetahuan tentang pekerjaan. Kinerja juga dapat dilihat dari individu dalam bekerja, misalnya prestasi seseorang pekerja ditunjukkan oleh kemandiriannya, kreativitas serta adanya rasa percaya diri.
Pengukuran prestasi kerja Lopez dalam Swasto (1996) menyatakan bahwa mengukur kinerja secara umum yang kemudian diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku kerja secara mendasar yaitu meliputi : (1) kuantitas kerja, (2) kualitas kerja, (3) pengetahuan tentang pekerjaan, (4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan, (5) keputusan yang diambil, (6) perencanaan kerja dan (7) daerah organisasi kerja.
Berdasarkan berbagai pandangan dan pemikiran diatas dapat disimpulkan banyak kriteria dan ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kinerja. Semua faktor tersebut pada dasarnya saling melengkapi dan dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja. Sehubungan dengan ukuran penilaian kinerja pegawai maka kinerja pegawai dalam penelitian ini secara operasional diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut;
(1) hasil kerja, hasil kerja kuantitas maupun kualitas; (2) ketangguhan dalam melaksanakan tugas; (3) sikap menghadapi perubahan pekerjaan, teman kerja dan bekerja sama.
paktor-paktor yang dapat mempengaruhi penilaian kinerja
Hasibuan (2002:95) ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja atau unsur-unsur yang akan dinilai antara lain :
- Kesetiaan. Penilaian mengukur kesetiaan pegawai terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesetiaan pegawai menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab.
- Prestasi kerja. Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan pegawai tersebut dari uraian pekerjaannya.
- Kejujuran. Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada bawahannya.
- Kedisiplinan. Penilai menilai disiplin pegawai dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
- Kreativitas. Penilai menilai kemampuan pegawai dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.
- Kerja sama. Penilai menilai kesetiaan pegawai berpartisipasi dan bekerja sama dengan pegawai lainnya secara vertikal maupun horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
- Kepemimpinan. Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
- Kepribadian. Penilai menilai pegawai dan sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberikan kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.
- Prakarsa. Penilai menilai kemampuan berpikir yang original dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya.
- Kecakapan. Kecakapan pegawai dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang terlibat dalam penyusunan kebijaksanaan di dalam situasi manajemen.
- Tanggung jawab dalam hal ini pegawai mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya sarana dan prasarana yang dipergunakan serta perilaku kerja.
- kerangka berpikir
- Kinerja merupakan perasaan dorongan yang diinginkan oleh guru dalam bekerja. Perbaikan kinerja guru dalam pembelajaran agar menjadi efektif dan efesien serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal, tentunya tidak terlepas dari peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat mewarnai kondisi kerja. Kebijakan sosial dengan para guru serta para murid dan juga tindakannya dalam membuat berbagai kebijakan, kondisi tersebut memberikan dampak pula terhadap kinerja para guru. Kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pemimpin pada saat dia mencoba untuk perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Norma perilaku tersebut diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan dalam aktifitas kepemimpinannya untuk mencapai tujuan suatu organisasi melalui orang lain.
Kepemimpinan seorang kepala sekolah akan dapat diterima oleh guru-guru apabila kepemimpinan yang diterapkan sangat cocok dan disukai oleh guru-gurunya. Sehingga guru akan memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kinerjanya. Dengan menggunakan gaya kepemimpinan kepala sekolah yang tepat, harapannya dapat meningkatkan kinerja para guru. Yang terpenting dalam gaya kepemimpinan kepala sekolah ini adalah pengarahan dan dukungan dari kepala sekolah yang dapat disesuaikan dengan tingkat kematangan seorang guru. Dengan demikinan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah memiliki kinerja guru khususnya sekolah dasar. Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin baik kepemimpinan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya maka semakin baik pula kinerja seorang guru. Secara ringkas kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada paradigma penelitian pada gambar dibawah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H