Mohon tunggu...
Muhamad Alfin Firdiansyah
Muhamad Alfin Firdiansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Sport Enthusiast

Menulis supaya tetap waras.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Anomali Piala Dunia 2022: Noda Hitam atau Prestasi

29 November 2022   17:00 Diperbarui: 29 November 2022   17:02 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pekerjan migran sedang menonton pertandingan | Independent.co.uk

Opening ceremony Piala Dunia di Lusail Stadium | Dezeen.com
Opening ceremony Piala Dunia di Lusail Stadium | Dezeen.com

Sengaja dibangun mengusung konsep entertainment city dengan stadion nya yang menggelegar untuk menutupi kurangnya atmosfir hegemoni yang seharusnya lumrah di event Piala Dunia, tapi tidak terjadi di edisi kali ini. Lusail ibarat fatamorgana yang mencoba untuk bisa menarik atensi para pelancongnya.

Lucunya, Qatar bahkan memutar suara burung di taman-taman publik agar terlihat lebih alami.

Ditambah adanya klaim sepihak yang dibangga-banggakan Qatar yang menyebutkan bahwa turnamen ini akan menjadi turnamen Non-Karbon pertama dan direspon dengan cemoohan oleh para komunitas pecinta lingkungan seperti Greenly.

Kenyataannya sangat jauh dari apa yang mereka bicarakan, menurut penilaian Mike Berners Lee, seorang profesor dan peneliti jejak karbon.

"Piala Dunia kali ini akan menjadi event dengan tingkat karbon tertinggi untuk acara yang pernah digelar umat manusia, terlepas dari perang", jelasnya.

Sebuah pemborosan energi yang membuat upaya daur ulang botol plastik menjadi terlihat seperti sia-sia.

Bahkan hingga artikel ini tayang, proyek konstruksi masih berjalan, dengan masih banyaknya petak-petak lahan yang belum selesai dan para pekerja migran yang masih terus membenturkan martil-martil mereka.

Konsep "Turnamen Hijau" yang digaungkan Qatar tidak terlihat sama sekali disini. Semuanya tampak seperti artificial alias buatan. Bahkan Souk Waqif, sebuah tempat yang memiliki identitas keaslian Qatar dan sekarang dijadikan tempat berkumpulnya para supporter, adalah hasil restorasi yang selesai di tahun 2008 silam.

Benturan Budaya Timur vs Budaya Barat

Tak dapat dipungkiri, penyelenggaraan ajang super masif sekaliber Piala Dunia yang notabene histori nya lebih condong ke kultur barat, sudah tentu akan berbenturan ketika event ini diadakan di negeri muslim yang memegang erat budaya timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun