Mohon tunggu...
Muhamad Abdul Aziz
Muhamad Abdul Aziz Mohon Tunggu... Guru - Guru Otomotif

Hidup Untuk Menghidupi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif

21 Agustus 2024   22:37 Diperbarui: 21 Agustus 2024   22:55 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Diseminasi Budaya Positif

Aksi Nyata Modul 1.4

Budaya Positif

Pendidikan berkualitas tidak dapat dipisahkan dari budaya positif yang berpusat pada murid. Budaya positif adalah kumpulan nilai, keyakinan, dan kebiasaan di sekolah yang mendorong siswa untuk tumbuh menjadi individu yang kritis, hormat, dan bertanggung jawab. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif, seluruh warga sekolah dan stakeholder perlu bekerja sama, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai luhur yang telah disepakati bersama. Agar tujuan mulia ini tercapai, seorang pemimpin pembelajaran membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk mengembangkan sekolah dan mewujudkan budaya sekolah yang positif sesuai dengan standar pengelolaan yang telah ditetapkan. 

Guru memiliki peran sentral dalam membangun budaya positif di sekolah. Perubahan paradigma dari pendekatan kontrol ke pendekatan yang lebih positif adalah langkah awal yang krusial. Selama ini, banyak guru yang merasa perlu mengontrol perilaku siswa agar sesuai dengan harapan. Pendekatan ini seringkali melibatkan pemberian hukuman atas kesalahan dan imbalan atas perilaku baik. Namun, pendekatan yang lebih efektif adalah dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan siswa, di mana siswa merasa dihargai, dipercaya, dan memiliki tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Misalnya, guru dapat melibatkan siswa dalam pembuatan aturan kelas, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mendorong kolaborasi antar siswa."

Pembelajaran Paradigma Baru

Paradigma pembelajaran baru telah bergeser dari pendekatan stimulus-respons menuju pendekatan yang lebih berpusat pada siswa. Dengan menerapkan prinsip diferensiasi, pembelajaran dirancang agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan potensi individunya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila yang holistik dan siap menghadapi masa depan 

Disiplin Positif

Dalam budaya kita, kata 'disiplin' seringkali diartikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang untuk memaksa orang lain patuh. Akibatnya, kita cenderung mengaitkan disiplin dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Sebagai pendidik, tujuan kita adalah membentuk peserta didik yang memiliki disiplin diri yang kuat. Artinya, mereka mampu mengatur perilaku sendiri berdasarkan nilai-nilai luhur dan memiliki motivasi dari dalam diri untuk berbuat baik. Disiplin positif adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan kemampuan peserta didik untuk bertindak sesuai nilai-nilai baik tanpa perlu dipaksa atau diberi imbalan. Dengan kata lain, disiplin positif mendorong peserta didik untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Meskipun kata 'disiplin' sering diartikan sebagai tindakan memaksa, disiplin positif justru menekankan pada pengembangan diri. Pendekatan ini bertujuan untuk membangun kepercayaan diri dan kemampuan mengendalikan diri pada peserta didik, sehingga mereka dapat berperilaku sesuai nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Kebutuhan Dasar Manusia

Seringkali, tindakan indisipliner siswa merupakan cerminan dari kebutuhan dasar mereka yang belum terpenuhi. Lima kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi penyebab perilaku tersebut adalah: bertahan hidup, kasih sayang, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan.

Motivasi Perilaku Manusia

Motivasi seseorang dapat dikategorikan menjadi tiga:

  1. Menghindari ketidaknyamanan atau hukuman: Seseorang melakukan sesuatu untuk menghindari konsekuensi negatif.
  2. Mendapatkan imbalan atau penghargaan: Seseorang melakukan sesuatu untuk mendapatkan keuntungan atau pengakuan.
  3. Menghargai nilai-nilai kebajikan: Seseorang melakukan sesuatu karena meyakini bahwa hal tersebut adalah benar dan baik.

Berdasarkan motivasi tersebut, guru dapat merespons tindakan siswa dengan dua pendekatan yang berbeda:

  • Konsep disiplin identitas gagal: Pendekatan ini berfokus pada hukuman dan penghargaan untuk mengendalikan perilaku siswa. Hukuman adalah tindakan yang menyakitkan atau tidak menyenangkan yang diberikan sebagai akibat dari perilaku yang tidak diinginkan. Penghargaan adalah pemberian imbalan sebagai motivasi untuk melakukan sesuatu.
  • Konsep disiplin identitas sukses: Pendekatan ini lebih menekankan pada konsekuensi logis dan restitusi. Konsekuensi logis adalah akibat alami dari suatu tindakan, baik positif maupun negatif. Restitusi adalah proses memperbaiki kesalahan yang dilakukan dengan tujuan membantu siswa belajar dari kesalahannya dan tumbuh sebagai pribadi yang lebih baik."

Penerapan Posisi 5 Kontrol

Lima Posisi Kontrol Guru adalah berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengelola perilaku siswa di kelas. Kelima posisi tersebut adalah:

  • Penghukum: Guru menggunakan hukuman fisik atau verbal untuk mengendalikan perilaku siswa.
  • Pembuat Rasa Bersalah: Guru membuat siswa merasa bersalah atas tindakannya dengan kata-kata yang menyindir atau mencela.
  • Teman: Guru berusaha menjadi teman bagi siswa, membangun hubungan yang akrab, dan menggunakan humor untuk mempengaruhi perilaku siswa.
  • Pemantau: Guru memantau perilaku siswa secara terus-menerus dan memberikan umpan balik secara berkala.
  • Manajer: Guru berperan sebagai manajer kelas, mengatur lingkungan belajar, dan memberikan arahan yang jelas kepada siswa."

Keyakinan Kelas

Menurut Gossen (1998), keyakinan pribadi dapat menjadi motivasi intrinsik yang kuat. Seseorang cenderung lebih terdorong dan bersemangat untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya daripada hanya sekadar mengikuti aturan.

Tujuan utama dari Penerapan Keyakinan Kelas adalah:

  • Memusatkan pembelajaran pada siswa: Menjadikan siswa sebagai pusat proses pembelajaran, sehingga mereka lebih aktif dan terlibat.
  • Meningkatkan keterlibatan siswa: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam menentukan suasana dan aturan kelas, sehingga mereka merasa memiliki tanggung jawab atas kelas mereka.
  • Membangun komunikasi yang efektif: Memupuk hubungan yang saling menghormati antara siswa dan guru, serta menciptakan lingkungan belajar yang terbuka dan nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun