Mohon tunggu...
Muhamad Redho Al Faritzi
Muhamad Redho Al Faritzi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa - Pengajar Madrasah - Anggota Media Dakwah Digital

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep dan Budaya Tangan di Atas: Manifestasi Akhlak Nabi dalam Mengatasi Kemiskinan

26 Desember 2023   21:31 Diperbarui: 27 April 2024   06:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
attaqwafor.blogspot.com

Budaya "tangan di atas" ini juga merupakan salah satu cara menghilangkan sifat kikir dalam diri. Budaya ini sangat ditekankan bagi orang kaya, karena terkadang semakin bertambah harta semakin bertambah pula sifat kikir di dalam dirinya. Mereka tidak akan pernah bahagia karena dalam hidupnya mereka senantiasa berada dalam ketakutan dan kedengkian. Ketakutan akan hartanya yang tak kunjung tiba juga gelisah hartanya akan habis dan berkurang. Padahal Rasulullah saw sudah mengingatkan bahwa dengan sedekah, harta tidak akan berkurang.

:

"Ada tiga hal yang aku bersumpah untuk ketiganya dan aku sampaikan satu hadits lain, maka ingatlah." Beliau bersabda: "Tidak akan berkurang harta seorang hamba karena sedekah, tidaklah seorang hamba dizhalimi satu kezhaliman lalu ia bersabar atasnya melainkan Allah akan menambah kemuliaannya, dan tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta (kepada orang lain) melainkan Allah akan membukakan untuknya pintu kefakiran."[19]

Makna hadits ini adalah bahwa orang kaya jangan merasa berat untuk sedekah, karena dengan sedekah harta tidak akan berkurang. Begitu pula dengan orang miskin, dengan sedekah tidak akan membuat dirinya menjadi tambah miskin. Orang miskin yang mulia adalah dengan tetap mampu berinfaq meski dirinya tidak memiliki banyak harta. Miskin harta bukan berarti membuat diri menjadi senang meminta-minta, karena justru dengan meminta-minta itu akan menjadikannya tambah miskin.

Kedengkian di dalam diri orang yang kikir akan membuat dirinya enggan berbagi perasaan bahagia dan melihat orang lain bahagia. Mereka hanya ingin diri merekalah yang sukses dan bahagia. Mereka tidak akan terima jika ada yang lebih sukses dan bahagia dari dirinya. Dalam hal ini Allah swt berfirman :

Nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."[20]

            Ayat ini jelas memberitahukan bahwa jika ingin terbebas dari sifat kikir maka bersedekahlah. Secara tidak langsung juga ayat ini menyampaikan bahwa orang-orang yang beruntung atau bahagia adalah mereka yang senantiasa bersedekah dan terjauh dari sifat kikir. Untuk orang kaya, tidak baik harta yang melebihi kebutuhan pokok disimpan dan ditumpuk tanpa disumbangkan untuk mereka yang membutuhkan. Membeli emas, tanah, rumah atau harta lainnya, semua itu hanya menambah kekayaan dunia, hanya menambah tingkat kesengsaraan. Berikanlah kepada fakir miskin atau fi sabilil-'Llah yang mungkin lebih membutuhkan. Masih banyak orang miskin yang berjuang mencari uang untuk makan atau bekerja keras hanya untuk menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Banyak juga orang miskin yang tidak memiliki mobil atau rumah. Setidaknya disalurkan dalam bentuk bantuan pinjaman atau biasa disebut Al-Ma'un.[21]

Penutup

            Oleh karena itu, budaya "tangan di atas" adalah budaya yang harus dilestarikan dan diajarkan kepada generasi-generasi muslim selanjutnya. Membiasakan budaya ini bukanlah suatu hal yang mudah kecuali ada keimanan di dalam diri. Iman kepada Allah berarti percaya terhadap takdir-takdir-Nya, percaya terhadap rezeki yang Allah sudah atur seluruhnya. Ragu, takut, dan khawatir terhadap rezeki berarti dirinya tidak Iman kepada Allah swt. Karena ketakutan-ketakutan itu keluar tiada lain dari sifat kikir yang tidak pernah berusaha untuk dihilangkan dalam diri. 

        Maksud kemiskinan dalam tulisan ini pun bukanlah kemiskinan secara hakiki atau miskin harta duniawi, melainkan kemiskinan hati. Kemiskinan hati inilah yang menyebabkan miskin harta menjadi suatu hal yang signifikan dan ditakutkan. Padahal ketika hati sudah kaya, maka miskin harta tidaklah menjadi soal. Miskin harta, namun kaya hati itu baik. Kaya harta dan kaya hati itu jauh lebih baik. Karena penyakit kikir tidak muncul dalam diri orang kaya saja, namun orang miskin juga bisa terkena penyakitnya. Maka bebaskanlah diri dari sifat kikir dengan membiasakan dan menjalankan budaya "tangan di atas" yang telah Nabi ajarkan dari sejak lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun