Mohon tunggu...
muh alhusaini19
muh alhusaini19 Mohon Tunggu... Lainnya - publikasi

Menulislah jika itu bisa membuat segalanya reda~

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cintaku Cintamu Cinta-Nya

6 Mei 2021   22:45 Diperbarui: 6 Mei 2021   23:08 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apakah Cinta adalah sebuah seni?

            Dengan mengatakan seni, berarti Cinta mengandung unsur keindahan. Adakah keindahan dalam Cinta? Erich Fromm mencoba mendalami arti Cinta dengan pertanyaan sederhana semacam ini. Jika bukan sebuah seni, apakah Cinta merupakan sebuah kesenangan belaka? Bagi Fromm, masalah dewasa ini adalah jamaknya manusia yang menekankan sisi being loved (dicintai) daripada loving (mencintai). Manusia merasa berarti ketika dia dicintai oleh sesamanya dan kemudian merasakan sebuah beban ketika dia harus mencintai orang lain. Semacam inikah Cinta yang disebut seni itu?

            Banyak orang berpikir bahwa to love (mencintai) adalah sebuah persoalan sederhana, apalagi pada abad ini. Persoalan Cinta selalu dikaitkan dengan pernikahan. Apa maksudnya? Pada manusia jaman ini, Cinta menjadi hal yang direduksi hanya pada pra-syarat untuk menikah. Pernikahan adalah sebuah kontrak sosial dimana Cinta menjadi syaratnya. Dengan demikian, Cinta menjadi begitu kecil, hanya berputar pada lingkaran pernikahan.

            Sesederhana itukah Cinta? Erich Fromm melihat Cinta sebagai jawaban atas permasalahan eksistensial manusia. Ketika manusia diciptakan, ia langsung dapat menyadari bahwa dirinya itu sendiri dan terasing dari yang lainnya. Apa yang terjadi pada Adam dan Hawa pada kisah penciptaan menggambarkan bagaimana situasi dosa menjadikan manusia memiliki jarak pada diri dan sesamanya. Adam menjadi malu pada Hawa, begitu juga sebaliknya, karena mereka tahu kalau mereka telanjang. Fromm melihat bahwa kesadaran akan keterpisahan mereka sebagai manusia, tanpa adanya penyatuan oleh Cinta, yang menjadikan Adam dan Hawa malu. Hal ini juga yang muncul ketika manusia mengalami rasa bersalah dan terasing.

            Dengan demikian, hanya Cinta yang kemudian dapat mempersatukan manusia pada kodrat asalinya yang satu dan tak "malu" pada sesamanya. Hanya Cinta yang dapat menjadikan manusia sebagaimana keadaannya saat pertama kali diciptakan di mana tak ada kebencian dan kejahatan. Tanpa Cinta, humanitas tak akan pernah ada barang seharipun, kata Erich Fromm.

            Berikut ada kutipan menarik dari tulisan Erich Fromm dalam bukunya, The Art of Loving:

            Love is an activity, not a passive effect; it is a 'standing in', not a 'falling for'. In the most general way, the active character of love can be described by stating that love is primarily giving, not receiving. 

Memang benar. Cinta memang bukan tentang "jatuh cinta" melainkan berdiri menerima Cinta. Manusia tidak menerima dalam keadaan jatuh (falling for), melainkan berdiri menyambutnya (standing in). Ketika merasakan Cinta, manusia berdiri di dalamnya, menikmati setiap sisi dan sentuhan Cinta. Ketika merasakan Cinta, manusia mengalami kepenuhan kodratinya sebagai manusia. Ketika dua manusia mengalami Cinta, yang ada dalam diri mereka hanyalah kesatuan, bukan keterpisahan. Dalam hal ini pula Erich Fromm memperoleh kebenarannya, yaitu ketika ia mengatakan bahwa hanya Cinta yang dapat membawa manusia pada keadaan awalinya yang satu dan tanpa malu. Dalam Cinta, manusia dapat melihat sesamanya bukan sebagai yang asing melainkan dirinya yang lain. Demikianlah Cinta kemudian merasuki segenap manusia.

            Sungghu cinta sangat bernuansa misteri, teka-teki yang sangat menggugah sehingga tak heran jika banyak syair-syair atau puisi yang mengakomodir keagungan dari cinta. Salah satu puisi yang sangat terkenal dari seorang penyair besar Indonesia, Sapardi Djoko Damono menulis puisi yang berjudul "Aku Ingin"

Aku Ingin...

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun