Mohon tunggu...
muh alhusaini19
muh alhusaini19 Mohon Tunggu... Lainnya - publikasi

Menulislah jika itu bisa membuat segalanya reda~

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cintaku Cintamu Cinta-Nya

6 Mei 2021   22:45 Diperbarui: 6 Mei 2021   23:08 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

            "Jika ada yang lebih panas dan bercahaya namun tidak menjadikan kita arang maka itulah cinta". Sepenggal kalimat yang tercantum dalam puisi yang berjudul kau harus Maluku untuk mencintaiku. Memahami cinta sama halnya dengan memahami apa yang sering kali tidak bisa kita pahami, cinta adalah misteri perjalanan lahiriah dan batiniyah seseorang. Dimensi cinta begitu luas sehingga cinta tak pernah terbatas pada relasi manusia dengan manusia lainnya ataupun manifestasi Tuhan lainnya bahkan relasi antara cinta manusia dan Tuhan itu sendiri.

            Dari segala macam pengalaman persentuhannya dengan Cinta, manusia kemudian mencoba untuk mencari apa itu Cinta, dari mana ia berasal dan ke mana ia pergi. Para musisi menjelaskan arti Cinta lewat syair-syair lagu dan musik mereka. Para penggubah puisi menjelaskan arti Cinta lewat jalinan kata-kata indah. Para pemahat menorehkan Cinta lewat hasil karya seni pahatnya. Para pendaki gunung merasa menemukan Cinta ketika mereka berjalan setapak demi setapak mendaki gunung-gunung. Para sufi menemukan cinta dalam keheningan dan meditasi mereka tentang kehidupan. Lantas dimanakah dan apakah Cinta di tengah segala macam keberagamannya ini?

Cinta Plato

            Bagi Plato, Cinta adalah sebuah kekuatan, sebuah penggerak bagi jiwa untuk selalu mengarah pada Sang Idea. Di dunia, jiwa manusia adalah pengembara yang berjalan untuk kembali kepada Sang Idea. Jiwa manusia adalah yang selalu terhubung pada Dunia Idea. Jiwa manusia tak pernah berhenti mencari Sang Idea agar ia dapat kembali ada kesatuan asalinya. Mengapa? Karena dari sanalah jiwa manusia yang abadi itu berasal. Kekuatan yang menggerakkan jiwa manusia sehingga tak pernah berhenti mencari Sang Idea adalah Cinta. Cinta tak bisa mematikan. Cinta menghidupkan. Cinta menggairahkan jiwa-jiwa yang lelah mengembara di dunia. Dalam gairah itu, jiwa manusia berkelana mengenali pasangan jiwanya. Mengapa? Karena konsep platonian memperkenalkan jiwa manusia sebagai satu kesatuan asali. Itulah sebabnya ketika satu pasang manusia sedang jatuh cinta, mereka terarah untuk menyatukan seluruh hidup mereka. Sudah pada kodratnya, menurut Plato, manusia digerakkan oleh Cinta untuk bersatu.

            Plato melihat bahwa manusia-manusia terbaik adalah mereka yang memiliki Cinta di dalam dirinya. Sebagaimana ia membagi fungsi jiwa manusia ke dalam tiga bagian: epithumea (nafsu makan, minum, seks), thumos (afeksi, rasa, semangat, agresi) dan logistikon (berpikir), Plato mengelompokkan manusia terbaik sebagai manusia yang mencintai kebijaksanaan (philosopos). Plato meyakini bahwa Cinta yang menggerakkan manusia terbaik ini untuk mencari apa yang terbaik bagi dirinya, yaitu kebijaksanaan. Cinta memang menggerakkan manusia untuk menemukan hal terbaik bagi hidupnya.

Cinta Rumi

            Rumi dalam mendasarkan cintanya pada proses panjang dengan melihat alam sebagai perwujudan cinta. Alam dijadikan sebuah media untuk mengenal Allah. Karena tanpa alam, akan sulit untuk mengenal Allah. Bagi Rumi, cinta adalah segala-galanya. Alam semesta ini adalah alam cinta. Apa yang terjadi dalam proses kehidupan ini adalah muncul dari cinta. Demikian pula proses alam yang lain.

            Rumi membagi cinta menjadi dua bagian, yakni dari dari segi panampakan dan penempatan. Dari segi penampakan, cinta tumbuh ketika Tuhan sebagai wujud menampakkan kecantikan-Nya kepada alam, yang pada saat itu masih berupa realitas potensial. Rumi melihat bahwa penampakan inilah yang menjadi sebab ia jatuh cinta kepada Tuhan. Sedangkan penempatan cinta menurut Rumi adalah bahwa cinta tidak hanya dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya saja, tetapi juga dimiliki alam semesta, atau disebut dengan Cinta Semesta atau Cinta Universal.

entang bagaimana semesta ini diciptakan, Rumi berkeyakinan bahwa penciptaan adalah manifestasi diri Tuhan (izhar). Untuk mendukung pandangan ini, Rumi layaknya sufi lainnya, mengutip hadits qudsi terkenal yang mengatakan bahwa Tuhan adalah kekayaan tersembunyi; Dia menciptakan dunia ini agar bisa dikenali.

            Sekarang mari kita lihat bagaimana semesta dihubungkan Rumi dengan cinta. Seperti telah kita lihat, hal pertama yang diciptakan Tuhan adalah cinta, prioritas cinta ketimbang makhluk yang lain terbukti karena cintalah yang memotivasi Tuhan untuk menciptakan semesta. Dengan begitu, Rumi menganggap cinta sebagai kekuatan kreatif paling dasariah, yang menyusup ke dalam setiap makhluk dan menghidupkan mereka. Dan akhirnya seperti kata Rumi, "Bila cinta Tuhan menyala dalam hatimu, tentu Tuhan telah mencintaimu." 

Melihat pandangan kedua tokoh di atas tentang cinta, mengisyaratkan bahwa cinta membawa manusia untuk lebih jauh menyela kedalam dirinya yang paling terpencil untuk memahamu hakikat dari cinta, sungguh dalam cinta terdapat aktivitas kesenian yang sangat menggungah, apakah cinta, dalam artian lebih luas mencintai dan dicintai adalah sebuah seni? Mari kita lihat pandangan cinta dari seorang tokoh yang bernama erich fromm.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun