Mohon tunggu...
muh alhusaini19
muh alhusaini19 Mohon Tunggu... Lainnya - publikasi

Menulislah jika itu bisa membuat segalanya reda~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Refleksi V

19 Februari 2021   05:06 Diperbarui: 19 Februari 2021   05:48 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Satu tahun berlalu, Mataram 2016

          Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. cari buku itu. Mari jatuh cinta - Najwa Shihab

di tahun ini, sang putra ratu bertekad untuk melawan rasa jenuh dan kantuk untuk membaca buku, ia mempersiapkan senjata dengan matang, mulai dari niat yang sangat kuat, waktu main dipersingkat, hingga pengeluaran yang diperketat. Setengah akhir tahun lalu ia mulai menabung hanya untuk mendapatkan bahan bacaan.

sedikit beruntung baginya, gramedia telah hadir di kota yang ia tempati tahun ini sehingga ia bisa dengan mudah mendapat buku-buku yang sedang populer. dengan membeli buku yang sedang heboh mungkin akan cukup membantu ia untuk segera terbiasa dengan aktivitas membaca. 

Sabtu malam ditemani gerimis ia menuju toko buku, malam yang biasanya dihabiskan oleh muda-mudi untuk memadu rasa juga raga. "hmm, malam minggu adalah malam biasa yang terlalu di dramatisir oleh sebagian orang", ucapnya ketus.

Setibanya di sana, entah mengapa perasaan tenang tiba-tiba menyelimutinya, semoga ini pertanda baik untuknya, jikalaupun ada, yang sedikit menjadi buruk malam itu adalah ketika ia melihat sepasang muda-mudi yang bersatu megusir kesepian.

Kita sebut saja sang putra ratu sedang iri hati, namun jika pria ini mendengar kita sedang menertawakan kesepiannya, pasti ia menimpali kita dengan kata-kata "Pria setangguh apapun takan sanggup menahan kesepian kawan". 

Pemandangan lain yang ia temukan adalah segerombolan remaji tanggung sedang memilih komik-komik, dan buku pintar bahasa korea dalam 30 hari, orang tua sedang berdiskusi kecil dengan anakya, dan rak-rak buku berjejer rapi dengan begitu lengkap mulai dari koleksi novel, komik, sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. jelas ia tidak menuju pada buku-buku hukum, ia memilih untuk memulainya dengan rak buku yang berisi novel-novel.

Sang putra ratu memboyong beberapa novel milik Tere Liye yang berjudul rembulan tenggelam di wajahmu, pulang, dan kumpulan puisinya yang berjudul daun yang jatuh tak pernah membenci angin. apakah ia akan menghabiskan semua bacaan ini sekaligus malam ini, mustahil.

Ia memulai dengan rembulan tenggelam di wajahmu, tak sampai lima menit ternyata matanya yang tenggelam di balik guling empuknya.
sial, namun ia tak kehilangan semangat, Bukankah kita perlu langkah-langkah pendek untuk memulai perjalanan yang panjang. semangatnya tetap membara.

Benar saja, hari berikutnya ia kembali menggeluti bacaannya, intensitas dan durasi membacanya semakin bertambah, sepuluh menit, hari berikutnya setengah jam, satu jam, tiga jam, sampai akhirnya ia tidak ingin berhenti membaca, ia merasa larut dalam cerita, kadang setuju, kadang membangkang, kadang ia merasa bahwa ia adalah lakon yang sedang berlaku dalam bacaannya, ia hanyut, "benar saja kata najwa, ia telah jatuh cinta pada buku".

Kebiasaan membaca telah menjadi sesuatu yang ia gemari, ia lebih rajin menabung dan tentu saja semakin rajin membeli buku. Ia mulai berkenalan dengan tulisan-tulisan sastra yang menajubkan, dari aan mansyur, sapardi djoko damono, eka kurniawan dan beberapa nama lainnya .
dari buku-buku penulis hebat itu banyak hal baru yang ia ketahui tentang, kebajikan, memanipulasi luka-luka, kebijaksanaan, cinta, dan pandangan terhadap posisi perempuan dalam buku eka kurniawan yang berjudul cantik itu luka.
buku-buku itu seakan mengajarinya untuk merefleksikan segala hal termasuk perlakuan dari sang raja terhadapnya sebagai anak.

apakah dia memang tak pernah memikirkanku atau kebencian yang teramat dalam membuat aku tak bisa melihat sisi lain darinya?
apakah setiap tindakannya tak pernah melibatkankan sesuatu yang berharga untukku atau aku yang tak pernah melebur ke dalam tindakannya?
apakah seorang ayah benar-benar tak ingin peduli pada anaknya?
keraguan-keraguan mulai menghampirinya. semoga ia bisa mendapat jawaban untuk semua ini.

               Di sunyi subuh ini aku mencari secercah harapan menyambut kedamaian kita datang
               merayu embun menyentuh kepulangan kita
               beradu obrolan disaksikan sagu atau kopi
               bertengkar mulut menyemburkan kasih dan cinta
               untuk kita, semoga semesta menyiapkan pesta.
              A Y A H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun