Setiap diri manusia diciptakan untuk menjadi manusia langitan. Â Namun tidak semua menyadari dan mau mencari tahu secara detail tentang makna dan hakekatnya agar diri menjadi manusia langitan yang sejati. Â Bahkan sampai hal yang sekecilpun untuk menjadi seorang manusia langitan yang berhubungan dengan kepantasan pakaian tidak pernah diperhatikan karena berhubungan dengan langkah awal untuk mencapai posisi tersebut.
Banyak diri manusia memiliki persepsi bahwa pakaian agar menjadi manusia langitan adalah pakaian yang bagus dan mahal serta disibukkan dengan masalah etika atau hal-hal yang berhubungan dengan batas-batas kesopanan. Â Bahkan mungkin malah dapat dikatakan manusia sibuk menyiapkan "jubah kebesaran" dan "topeng" yang menjadikan penutup identitas diri sebagai hakekat manusia yang sempurna. Â Kesibukkan diri yang demikian ini menjadikan diri malah melupakan hal-hal yang utama mengenai pemahaman masalah pakaian apa yang seharusnya digunakan agar diri menjadi manusia langitan.
Fenomena demikian terjadi manakala diri tidak pernah mau "baca dan belajar" secara detail tentang apa makna dari manusia langitan. Â Dan ketika hal ini terjadi maka asumsi yang dimiliki digunakan sebagai dasar untuk menyiapkan pakaian yang dimaksud. Â Dan ditambah pemahaman yang dibawa oleh para "nenek moyang" digunakan sebagai literatur acuan untuk mengembangkan pakaian yang dimaksud.
Tidak salah kiranya manakala diri manusia selalu diingatkan bahwa "apakah diri tidak pernah berpikir" atau "nikmat mana yang kau dustakan" ketika hal ini terjadi. Hal ini dikarenakan sifat alamiah dari diri manusia yang terpenjara pada "kondisi" kehidupan yang dijalani dan menyebabkan kepemilikan rasa kuatir dan tergesa-gesa yang menjadi penjara dalam hidupnya. Â Sebuah pernyataan yang halus ditujukan pada diri yang seharusnya menjadi makhluk yang terbaik dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Agar diri tidak termasuk golongan manusia yang selalu diingatkan tersebut maka seharusnya memiliki kesadaran bahwa menjadi makhluk langitan lah seharusnya diri berusaha masuk dalam kategorinya. Â Namun bukan hal yang mudah agar diri menjadi manusia langitan tersebut. Â Proses awal untuk menjadi manusia langitan adalah menyiapkan pakaian yang pantas agar diri sesuai dengan kehendakNYA.
Pakaian adalah identitas dasar yang digunakan untuk mengenali asal atau kelompok mana posisi diri berasal. Â Maka ketika membahas masalah manusia langitan hal yang pertama adalah memahami pakaian apa yang dikenakannya. Â Makna pakaian langitan ini tidak hanya sekedar yang dapat dilihat secara fisik melainkan sebuah pemahaman yang komprehenship atau komplit dan dapat dilihat dari unsur kasad dan non kasad mata.
Hal yang mudah untuk memberikan gambaran tentang pakaian manusia langitan adalah manakala dihubungkan dengan pakaian astrounout. Â Mengapa demikian? karena astronout merupakan diri manusia yang disiapkan untuk naik ke langit atau angkasa yang digambarkan jauh dari bumi yang memiliki perbedaan "kondisi" sehingga perlu dirancang keselamatan agar mampu bertahan hidup di kondisi yang berbeda. Â Jadi pakaian astronout hasil dari logical thingking yang dimiliki para ahli agar diri manusia mampu menjalani kehidupan dengan perbedaan kondisi yang ada.
Pakaian astronout pun mengalami perubahan dari dimensi waktu dan mungkin suatu saat akan berbeda dengan gambaran yang sekarang ini ada dalam benak kita karena sejalan dengan perubahan logical thingking yang dimiliki oleh para pakar di bidang tersebut. Dan sekarang yang dapat disaksikan dan dibuktikan bahwa pakaian astronout adalah sesuatu pakaian yang berbeda dengan pakaian yang biasa dikenakan di bumi dan sesuatu yang rigid (detail) strukturnya sehingga terlihat berat dan sulit untuk dipakai dalam aktivitas di bumi ini. Â Dan manakala diri merasa bukan manusia yang akan pergi ke langit maka tidak mungkin akan memakainya karena dirasa tidak nyaman bahkan dikatakan aneh jika dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Hal senada juga terjadi manakala masyarakat tidak pernah memiliki pemahaman tentang hakekat diri sebagai manusia langitan. Â Karena tidak adanya pemahaman bahwa setiap diri manusia yang dilahirkan dibumi ini adalah manusia langitan maka tidak pernah ada gambaran untuk mencari pengetahuan tersebut karena melihat bahwa mereka adalah orang-orang pilihan. Â Bahkan mungkin manakala diri menemui orang-orang yang betul-betul memakai pakaian langitan dikatakan orang gila atau orang pilhan yang hanya terjadi manusia tertentu saja.
Sebuah kependekan akal manakala diri melakukan hal ini merasa melihat sesuatu yang asing di tengah keterasingan atau jauh dari hakekat kebenaran. Â Hal ini dikarenakan diri manusia memiliki rasa malas dalam "baca dan belajar" yang mampu memunculkan analytical thingkingnya. Karena semua ini diri sudah menemukan kenyamanan atau mencari nilai kenyamanan kehidupan di mata manusia secara umum (generalization of daily living). Â Maka mungkin ini dikatakan hidup diri hanya karena kebiasaan bukan hidup yang didasarkan atas ilmu kehidupan.
Pakaian astronout manusia Langitan
Hakekat kebenaran menyatakan bahwa setiap manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna dan untuk mencapainya harus mencapai derajat manusia langitan. Â Memang mungkin pemahaman ini jarang sekali disadari atau bahkan dikenal dalam pengetahuan yang berkembang sekarang ini. Â Hal ini dikarenakan diri merasa sudah nyaman dalam kehidupan sekarang dengan bekal pemahaman yang ada dan dimiliki manusia sekarang ini.
Pemahaman yang ada mungkin dianggap kebenaran mutlak karena sudah umum dan berlaku turun temurun yang tidak mungkin diri manusia berani untuk mengubahnya. Â Bahkan manakala diri masuk ke ranah menyalahkan pemahaman umum dianggap diri manusia yang aneh bahkan gila dan pantas dikatakan sebagai orang yang sakit jiwa. Â Walaupun mungkin ide tentang kondisi ini muncul dalam diri sebuah kesadaran mempertanyakan mengenai kondisi kehidupan sekarang ini dengan kebingungan akan sebuah "kebenaran umum" namun dirasa bukan sebuah kebenaran.
 Sebuah keberanian harus dimunculkan setiap diri manusia agar mampu menemukan hakekat hidupnya diciptakan sebagai manusia.  Karena hal ini akan memunculkan dekonstruksi pemikiran tentang arah perjalanan yang benar agar selamat dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Pengenalan tentang kebenaran ilmu yang sejati atau mengubah pemahaman tentang cara hidup yang benar harus selalu ada yang melakukan karena tugas diri manusia harus selalu mengingatkan akan kebenaran dan mengingatkan manakal ada kesalahan tentang arah perjalanan hidup di dunia ini.
 Pakaian astronout adalah hal yang mudah digunakan sebagai ciri untuk menjadi manusia langitan.  Karena manusia langitan tidak hanya hidup horizontal di dunia ini saja melainkan juga hidup yang tegak lurus atau vertikal sesuai dengan perintah diri pada waktu dilahirkan dibumi ini.  Hal ini senada manakala diri memiliki kesadaran bahwa hidup adalah jalan horizontal dan vertikal.
Jalan vertikal adalah tugas pertama yang harus dicari terlebih dibandingkan dengan jalan horizontal. Â Memang hal ini kebalikan dari pemahaman yang ada sekarang dan lebih mengutamakan jalan horizontal terlebih dahulu baru mencari kehidupan untuk jalan vertikal. Â Hal ini bukan kesalahan karena diri kita diciptakan dalam kondisi pemikirian umum yang demikian namun perlu kesadaran bahwa jalan vertikal adalah utama dalam kehidupan di bumi ini.
Tugas diri untuk tegak lurus atau menjadi manusia langitan haruslah menyiapkan pakaian astronout tersebut. Â Pakaian astronout yang harus disiapkan sama dengan pakaian yang dipakai oleh astronout secara umum yaitu pakaian dalam ( Liquid cooling and ventilation garment) dan pakain luar serta helm. Â Namun ketiga hal ini berbeda makna dan hakekatnya. Â Perbedaan makna dan hekekatnya ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Bagian pertama, Pakaian dalam. Pakaian dalam yang digunakan oleh manusia langitan adalah sebuah proses pencarian hal-hal yang bersifat batiniah ataupun ruhaniah. Â Proses pencarian hal yang hidup dalam diri manusia (ruh) yang seharusnya menjadi baterai kehidupan manusia harus di temukan. Â Bagian ini adalah qolbu (hati) yang merupakan motor penggerak indra manusia (baca : mengenal indra manusia ).
Manusia yang hidup dengan didasarkan hati sebagai penggerak adalah merupakan modal dasar agar diri dapat hidup secara sempurna. Â Karena hati yang baik dan ditemukan adalah pembeda antara manusia yang sempurna sebagai makhluk yang memiliki derajat tertinggi dibandingkan dengan manusia yang hidup tanpa hati. Â Maka menemukan pakaian dalam terutama dalam hal menemukan hati adalah hal utama yang harus dilakukan agar diri dapat menjadi manusia langitan.
Hati yang baik akan mampu menggerakkan keseimbangan kehidupan dengan sesama manusia ataupun dengan makhluk lain dan terlebih mampu menempatkan diri pada posisi manusia yang sesungguhnya.  Sedangkan manakala hati hanya sekedar benda yang ada dalam diri manusia dan tak pernah menjadi dominasi dalam hidup  manusia maka tidak ada bedanya perilaku diri dengan binatang.  Hati yang bersih dan baik adalah pakaian dalam yang harus ditemukan oleh manusia langitan dalam menemukan pakaian untuk hidup tegak lurus dengan Sang Pencipta.
Bagian yang kedua adalah penutup bagian bawah dan bagian dada. Bagian penutup bawah adalah hal-hal yang berhubungan dengan menutup aurat atau "nafsu" dan bagian atas adalah untuk menutup sebagian dada manusia. Menutup bagian bawah adalah sifatnya wajib karena diri harus mampu mengelola manajemen nafsu yang berhubungan dengan "sifat kebinatangan" manusia, sedangkan bagian dada ditutup separuhnya karena tugas hidup manusia adalah vertikal dan horizontal.
Dua hal yang disiapkan ini berhubungan dengan dada (langit pada diri manusia) yang berhubungan bahwa kondisi hidup yang sekarang dijalani adalah dalam kekuasaan perasaan dan keyakinan tentang pemahaman pengetahuan kebenaraan dalam hidup ini (upper torso and arm assembly). Â Dua bagian ini adalah menunjukkan dua tugas dalam kehidupan di dunia ini yang berupa kesadaran diri bahwa hidup karena kehendak untuk mencari Sang Pencipta sehingga bersifat tertutup. Sedangkan yang separuh adalah adanya kesadaran bahwa hidup ini adalah sebuah keterbukaan karena untuk kepentingan sosial baik dengan sesama manusia atau dengan alam semesta.
Pakaian luar inilah hakekat diri menemukan identitas sebagai manusia yang tanpa jahitan (tanpa topeng). Â Dengan memakai pakaian luar inilah sebetulnya merupakan persiapan diri dalam komunikasi dengan Sang Pencipta sebagai primary life support systems yang mampu mengontrol kehidupan sebagai manusia langitan. Â Dengan identitas pakaian inilah diri mampu mengontrol kinerja diri sebagai manusia yang sesungguhnya sebagai wakil Sang Pencipta dan rahmat bagi alam semesta.
Bagian ketiga adalah helm. Â Bagian ini adalah bersifat abstrak karena tidak tampak jika dilihat dengan mata secara fisik. Â Namun keberadaan helm adalah hal yang bersifat abstrak karena merupakan penemuan akal manusia sebagai koneksi dan pertahanan utama dari pemahaman-pemahaman yang keliru.
Diri menemukan akal seharusnya modal utama diri dalam kehidupan manusia. Â Akal adalah kerja otak yang digerakkan oleh Sang Pencipta dengan syarat diri sudah memiliki hati sebagai motor dalam kerja indra sebagai manusia. Â Bukan hal yang mudah untuk dicapai diri sebagai manusia dengan pakaian yang berat ini sebagai manusia langitan. Â Namun jaminan dariNYA bahwa setiap manusia mampu mencapainya.
Penutup
Hanya sekedar humor sufi yang tidak ada lucunya dalam tulisan ini. Â Yang berbeda adalah mengajak diri untuk berpikir dan menemukan jalan kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Â Perbedaan pemahaman adalah hal yang lucu dan pantas ditertawakan dalam artikel ini. Â Selamat merenung dalam kesendirian agar menemukan jalan kebenaran untuk mendapatkan ilmu yang baik.
Terima kasih
Pakaianku tak terlihat biasa... Lusuh dan mungkin terlalu sederhana bila di lihat mata... Namun hakekatnya adalah sebuah pakaian langitan... Yang memiliki banyak makna karena kesederhanaan
Pakaianku tak terlihat biasa... Mungkin gampang untuk dilepas karena tanpa jahitan...  Rawan lepas karena godaan... Namun itulah hakekat pakaian langitan untuk menjadi manusia makhluk  yang sempurna.
Pakaianku tak terlihat biasa... Mungkin banyak yang menertawakan... Karena diri layaknya orang yang meninggal... Namun semua itu sebetulnya sebuah isyarat diri bahwa hidup di dunia itu adalah fana.
Pakainaku tak terlihat biasa... Â Mengingatkan aku pada posisi sebagai manusia... Yang seharusnya hidup dengan cinta... Karena cinta adalah tujuanku untuk pulang.
Magelang, 1/9/2023
KAS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H