Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Manusia Langitan (Melawan Rotasi)

27 Agustus 2023   06:00 Diperbarui: 4 Maret 2024   21:37 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpindahan dalam makna yang komprehensip inilah sebetulnya menjadi pemahaman diri jika diri dikatakan sebagai makhluk hidup.  Namun tanpa kepemilikan kesadaran yang penuh perpindahan dalam pemahaman akan menjadi sebuah ketakutan yang menjadi tembok penghalang dalam memahami rotasi sebagai perpindahan.  Dan hal ini banyak terjadi pada diri kita yang memiliki ketakutan untuk melakukan perpindahan dalam makna kemprohensip akibat terkotak oleh ketakutan dikatakan sebagai diri yang tidak umum.   

Rotasi sebagai perpindahan yang komprehensip ini menjadikan diri sebagai diri yang sudah siap untuk tumbuh menjadi pohon yang kuat dengan munculnya akar yang sudah berkembang sebagai pijakan atau pegangan.  Hal ini dikarenakan diri sudah memiliki identitas diri sebagai diri manusia yang sesungguhnya yang mampu menjalankan amanat dari Sang Pencipta karena kepemilikan pemahaman yang sesuai dengan ajaran yang diyakininya.  

Memang tidak setiap diri manusia mampu mencapai level ini akibat ketakutan yang dimiliki ataupun penjara rotasi yang ada disekitarnya.  Namun tugas diri melakukan perpindahan seharusnya dilewati oleh setiap insan manusia agar selamat dalam kehidupan di dunia ini.  Akan tetapi berdalih pada "ketidak umuman" akibat diri mencapai level rotasi sebagai sebuah perpindahan yang komprehensip maka banyak diri yang gagal mendapat identitas sebagai manusia yang sesungguhnya.  Hal ini pun sudah tersirat dalam Buku Panduan bahwa tidak semua diri manusia akan mampu mencapai level ini akan tetapi sesungguhnya setiap insan akan mampu melewatinya.

Keempat, Rotasi sebagai sebuah Pergerakan. Bergerak adalah ciri paling mudah dikatakan bahwa diri manusia adalah hidup.  Jika berpindah mungkin akibat diri hanya sekedar mengikuti arus  atau ikut-ikutan dalam kelompok yang sama.  Namun bergerak adalah hidupnya diri dalam kehidupan dalam rotasi kehidupan ini.

Dalam bergerak tidak hanya sekedar berpindah namun merupakan sebuah keberanian diri dalam menunjukkan eksistensi yang sejalan dengan tugas diri sebagai manusia.  Pergerakkan diri ini tidak sekedar pergerakan tanpa ritme ataupun ritme yang dihasilkan oleh persepsi diri manusia namun merupakan ritme pergerakkan yang digerakkan oleh Sang Tercinta.  Sudah tidak ada lagi tembok yang menghalangi dalam pergerakan baik yang diciptakan oleh manusia lain atau ketakutan yang ada dalam dirinya.

Rotasi sebagai sebuah pergerakan ini ibarat seperti diri mampu berhenti dari arus rotasi manusia lain akibat diri tegak lurus ataupun menemukan dan mempertahankan arus yang benar.  Ibarat pohon yang sudah mulai tumbuh secara sempurna maka arus airpun tak mampu menjatuhkan karena diri perpegang dan berserah diri kepada Sang Pencipta.  Diri dalam rotasi pergerakan ini bukan tidak memiliki kesadaran namun melampaui kesadaran umum yang dimiliki oleh manusia lain.

Posisi rotasi pergerakan ini ibarat diri memiliki tiket pas yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas apapun termasuk bertemu dan menumpahkan rasa rindu kepada Sang Tercinta.  Tahap keempat inilah sebetulnya diri menemukan hakekat diri sebagai manusia yang sempurna maka apapun yang dilakukan dalam kehidupan ini adalah kepanjangan tangan dan untuk mendapatkan ridla dari Sang Tercinta.

Penutup

Hanya sekedar humor sufi yang membahas tentang rotasi dunia yang selama ini hanya diartikan sebagai arus kehidupan yang layak dijalani oleh manusia.  Tidak ada yang lucu dan pantas ditertawakan dalam tulisan ini. Namun perbedaan pemahaman dalam menggali makna dari rotasi kehidupan diri dalam menjalani kehidupan di dunia inilah yang mungkin pantas untuk ditertawakan.

Hidup bagaikan gigi persneling kendaraan... Akan salah manakala diri tidak memahami cara dan pemakaiannya..  Hanya orang bodohlah yang nekat hidup tanpa memiliki pemahaman...  Dan pemahaman bukan dari nenek moyang dan tradisi yang sudah ada.
Hidup bukan sekedar mengikuti arus yang ada... Karena diri bukan kotoran manusia...  Yang dibuang karena pantas untuk dibuang... Dan diri yang tak berilmu sepantasnya disebutnya
Hidup diri adalah sebagai manusia... Yang diciptakan dengan kasih dan cintaNYA... Maka tak pantas dan salah jika diri tak pernah membaca... Buku pedoman kehidupan bagi umat yang ada.

Magelang, 26/8/2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun