Lupa menemukan identitas diri akibat  tidak memiliki itikad untuk mengenal identitas yang sudah diberikan sebagai makhluk yang memiliki derajat tertinggi.  Kehilangan identitas diri ini menjadikan sebuah kesalahan yang fatal dan mengakibatkan hidup diri kita tidak pernah mencapai level menjadi manusia yang sesungguhnya dan bahkan mungkin hidup sebagai makhluk yang memiliki derajat yang terendah.  Hal ini sudah tergambarkan dan malah mungkin menjadi takdir diri sebagai manusia jika hidup selalu memikul beban yang berat di punggungnya.
Menyikapi rotasi kehidupan di dunia ini agar tidak menjadi sebuah beban maka perlu diri untuk belajar agar mampu menangkap makna dan hakekat serta mampu mengelolanya. Â Ada empat tahapan yang harus dilewati agar diri mampu menumukan identitas sebagai manusia sempurna. Â Dan keempat tahap tersebut merupakan sebuah struktur atau tingkatan yang harus diselesaikan per tahapnya dan melewatinya dengan berpegang pada Buku Pedoman kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta.
Pertama, Rotasi sebagai sebuah perjalanan. Hidup di dunia ini adalah awal dari perjalanan kehidupan diri yang sesungguhnya dalam menemukan bekal untuk kembali kepada Sang Tercinta. Â Diri hidup di dunia ini sudah otomatis akan terjebak pada rotasi kehidupan yang dimulai saat dilahirkan bahkan mungkin akan terus terjebak di dalamnya sampai akhir perjalanan hidup manakala diri tidak pernah mau untuk belajar.
Posisi diri yang menjalani kehidupan dalam kondisi yang baik ataupun sengsara semuanya akibat diri masuk dalam rotasinya. Â JIka diri hanya melihat dari unsur materi mungkin kondisi hidup dalam kecukupan dipandang tidak dalam rotasi yang salah. Â Namun apabila diri secara sadar mau merenung tentang kondisi (baik berkecukupan atau kekurangan) akan tetap merasakan hal yang sama yaitu selalu terbebani dengan kondisi kehidupan yang dijalani. Hal ini mungkin akan menjadi pemicu diri untuk mencari mengapa hidup selalu memikul beban kondisi ini.
Rotasi yang ada dan selama ini menjadi arah perjalanan hidup diri bisa jadi tidak membawa ke tujuan yang sesungguhnya. Mencari dan menemukan hakekat arah perjalanan yang seharusnya di tempuh dalam kehidupan di dunia ini adalah hal pertama dan utama yang dilakukan. Â Hal ini dilakukan agar diri mampu menemukan prinsip hidup untuk menjadi pedoman dalam perjalanan dalam memasuki rotasi kehidupan dunia ini agar menemukan arah yang lurus dan tidak mengalami kehancuran akibat dari benturan dengan yang lain.
Rotasi yang benar inilah yang disebutkan dalam ajaran yang mampu membentuk pribadi yang berkepribadian sebagai cikal bakal untuk menemukan identitas diri. Â Ibarat biji atau atom yang diberikan oleh Sang Pencipta dan seharusnya bisa tumbuh berkembang agar menjadi manusia sejati akan mati manakala diri tidak pernah menemukan pemahaman tentang ajaran. Â Proses diri menemukan ajaran adalah langkah awal diri agar diri mampu melewati rotasi kehidupan yang selama ini menjadi penjara dalam perjalanan hidup umat manusia.Â
Kedua, Rotasi sebagai sebuah perputaran. Hidup yang merupakan sebuah siklus perjalanan yang diciptakan berpasang-pasangan.  Jika diri tak mampu menangkap secara simbolik yang tidak hanya sekedar ukuran fisik maka tidak akan mampu menemukan hakekat ataupun jalan keluar dari beban rotasi yang menyebabkan terpenjara dalam kondisi tersebut.  Agar tidak terjebak dalam perjalanan yang keliru maka diri harus memahami arah atau kebenaran rotasi yang selama ini menjadi arus tumpangan kehidupan di dunia ini.
Sebagai sebuah perputaran yang kadang gelap ataupun terang manakala diri tidak pernah mampu memahami maka akan selalu mengakibatkan kesibukan untuk mencari obat atas kekhawatiran tentang kondisi yang dijalani.  Rasa khawatir inilah yang seharusnya dihilangkan agar diri mampu menemukan unsur kenikmatan dan kebahagian yang ada.  Menghilangkan rasa khawatir ini dapat dilalui manakala diri sudah memahami arah ajaran dengan benar agar diri menemukan ritme kehidupan yang mampu mengelola  kekahawatiran akan rotasi yang dijalaninya.
Memahami rotasi sebagai sebuah putaran dengan berdasarkan pemahaman yang diyakininya a kan menjadikan diri sebagai pribadi yang tangguh dan siap dalam menghadapi segala kondisi yang ada. Â Ibarat biji yang sudah mulai tumbuh dan siap untuk menjadi tanaman maka menunjukkan diri yang sudah mulai tahu diri dan siap untuk menemukan identitasnya. Â Pribadi diri dalam rotasi perputaran ini adalah diri yang sudah mengenal pemahaman tentang ajaran dan hidup dengan banyak bersyukur serta menjalankan ajaran yang sesuai dengan KehendakNYA. Â
Tanaman yang mulai tumbuh inilah membuat diri akan selalu di perhatikan oleh Sang Kekasih dan terasa hidup ini seperti ada yang selalu memperhatikan dan menjaganya. Â Maka diri sudah terbiasa dengan kesadaran hidup dan tidak pernah mabuk dengan rotasi kehidupan di dunia ini. Â Posisi diri dalam pemahaman rotasi perputaran ini sudah menjadikan diri sebagai pribadi yang mampu mengalahkan dominasi kekhawatiran dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Ketiga, Rotasi sebagai sebuah  Perpindahan. Dikatakan sebagai makhluk yang hidup maka pasti akan mengalami perpindahan.  Bentuk perpindahan ini tidak hanya dalam fisiknya (tempat) melainkan juga perlu melakukan perpindahan baik secara dekonstruksi maupun rekonstruksi dalam pemahaman atau ilmu yang dimilikinya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!