Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Sejenak Bersama Jiwa (3)

26 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2023   07:09 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pemahaman yang ada menyebutkan ada empat langkah diri agar mampu menemukan jiwa manusia yang selama ini hilang dalam kehidupan.  Keempat langkah atau tahapan ini harus dilalui agar diri menjadi insan yang berkesimbangan seperti kehendak Sang Pencipta.  Keempat langkah tersebut adalah 1) Melepaskan Penyiksa Jiwa; 2) Melakukan Penyaksian Jiwa; 3) Menemukan Jiwa Yang hakiki; dan 4) Bersama jiwa untuk menjalani dan menemukan Sang Tercinta. 

Pertama Melepaskan penyiksa jiwa.  Melepaskan penyiksa jiwa ini adalah sebuah istilah yang menyederhanakan gambaran tentang perjalanan kehidupan diri kita.  Karena setiap langkah dalam perjalanan hidup diri selalu di dasarkan atas kepemilikan pengetahuan yang menjadi pegangan dalam kehidupan ini.  

Sadar atau tidak bahwa sebetulnya orientasi semua pemahaman yang diri miliki sekarang ini hampir semuanya berorientasi pada kehidupan dunia dan diukur dengan ukuran fisik (materi).  Jika hal demikian terjadi maka dapat dikatakan bahwa asupan yang diterima oleh diri kita adalah asupan materi untuk kepentingan fisik dan mempertahankan kehidupan nyawa manusia.  Maka tidak heran diri selalu hidup seperti "seorang pemabuk" yang tidak pernah memikirkan keseimbangan kehidupan dan selalu merasa "payah" dalam menjalani perjalanan ini.

Ternyata hidup diri sekarang ini  seperti disiksa akibat dari sebuah dis-orientasi (yang kurang benar) akibat kepemilikan pengetahuan yang dimiliki.  Terlalu fokus pada asupan material dan melupakan asupan immaterial yang sebetulnya merupakan penguatan diri dalam kehidupan di dunia ini.   Padahal seharusnya diri  selalu berusaha untuk menyeimbangkan asupan (material dan immaterial) agar jiwa yang merupakan bagian dari ruh yang diberikan oleh Sang Pencipta juga bertumbuh dan sejalan dengan pertumbuhan fisik manusia.

Pelepasan ini bukan berarti melupakan seluruh ilmu yang sudah dimiliki namun sekedara meng"off"kan ilmu yang ada dengan mencari sisi immaterial dari pengetahuan yang dimiliki.  Cara yang dilakukan adalah dengan mengembalikan ilmu yang dimiliki kepada hakekat ilmu yang sesungguhnya dengan mencari akar dari ilmu tersebut untuk menguatkan kepemilikan pengetahuan yang ada.  Kesadaran diri yang terbangun akan memberikan pengaruh yang kuat dan mengakui bahwa kepemilikan pemahaman yang sekarang ini ternyata menjadi penjara orientasi dan menjauhkan hakekat diri untuk menjadi manusia yang bebas.

Kedua Melakukan penyaksian jiwa.  Penyaksian jiwa adalah langkah selanjutnya manakala diri sudah memiliki kebebasan dari penjara yang menyiksa jiwa  dan memiliki  kesadaran baru untuk membangun bangunan diri menjadi makhluk yang sempurna.  Karena jiwa adalah "tulang kehidupan" manusia agar mampu menjalani perjalanan diri di kehidupan di dunia ini.

Jiwa sebagai tulang kehidupan ini akan ditemui manakala diri memiliki pemahaman yang benar yang mungkin sangat berbeda dengan pengertian yang selama ini dimilkinya.  Karena dengan kepemilikan tulang ini maka diri akan menjadi insan yang kuat dan tidak rapuh dengan setiap badai yang menerjangnya.  Maka tidak heran diri akan manusia yang memiliki prinsip yang kuat menjadi pegangan hidup  dan menjadi pribadi yang siap mengarungi bahtera kehidupan ini.

Penyaksian jiwa merupakan bentuk pengakuan diri menjadi pribadi yang terbangun menjadi makhluk sempurna karena terbangun dari dua dimensi yaitu materi dan immaterial.  Dan diri akan dikatakan "hidup yang sesungguhnya" dan selalu menjadi diri yang beruntung dalam akan mampu menjalankan misi yang diemban dalam kehidupan ini. 

Ketiga Menemukan jiwa hakiki.  Jiwa yang hakiki adalah tidak terlepas dari kodrat diri diciptakan menjadi manusia yang sempurna.  Dan jiwa hakiki menunjukan sebuah keseimbangan kehidupan yang seimbang dalam diri manusia yang selalu bertumbuh.  Karena jiwa hakiki akan ditemukan manakala diri sudah tumbuh menjadi "dewasa/baligh" dalam ukuran yang sesungguhnya.

Menemukan jiwa yang hakiki ibarat diri memiliki kebebasan yang penuh untuk menentukan jalan hidup  di kehidupan di dunia ini.  Kebebasan ini bukan berarti merupakan hal yang mutlak dan "semau gue" karena diri manusia masih memiliki koridor batasan yang berupa ajaran.  Namun kebebasan ini sebuah keterlepasan dari beban kehidupan yang dijalani di dunia akibat dari kepemilikan jiwa yang membangun keyakinan diri bahwa hidup itu sudah ada skenarionya dan diri tinggal menjalani dengan bahagia.

Karena diri adalah diciptakan dengan strata yang tinggi sebagai pemimpin di dunia ini.  Maka akan salah manakala diri tidak pernah menemui kebahagiaan atau "enjoy" dalam kehidupan ini karena diri adalah selalu dicukupinya.  Kesadaran lah yang akan menjadikan diri menjadi manusia yang tidak pernah berkeluh kesah  bahkan dalam kehidupan akan selalu menjadi pribadi yang bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun