Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Romantika Taman (Kehidupan Diri Manusia)

12 Mei 2023   05:30 Diperbarui: 12 Mei 2023   05:27 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Romantika taman merupakan pemahaman tentang keberadaan atau eksistensi sebuah subyek sebagai pelaku dan  obyek yang keindahan, keberagaman dan kehidupan memberikan sebuah pesona untuk dinikmati. Keberadaan taman yang baik akan  memberikan pengaruh positif terhadap diri yang berhubungan dengannya.  Maka romantika taman adalah sebuah satu kesatuan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan keberadaannya menjadi indah dan dapat dinikmati.

Sebagai sebuah bentuk satu kesatuan maka keterikatan antara subyek dan obyek diperlukan agar eksistensi taman tersebut terjaga.  Banyak diri yang  tidak paham atau melupakan jati dirinya tentang posisi  sebagai tugas sebagai pelaku  (subyek) maka akan mengorbankan tugas lain yang seharus ada menjadi hilang sehingga muncul ketidaksempurnaan. Penghilangan fungsi inilah sebetulnya menjadi sebuah fenomena yang sering muncul sekarang ini pada pribadi yang menikmati taman dan menjadikan keberlangsungan taman tidak terjadi bahkan diri yang mengaku subyek bukan menjadi pribadi yang menjaga malah melakukan tindakan pengrusakan dan penghancuran.

Pemahaman tentang pelaku (subyek) adalah merupakan pribadi  yang dapat menikmati keberadaan taman tersebut.  Subyek tersebut seharusnya sebagai satu kesatuan yang menjadi diri sebagai pemilik atau penghuni dan pengunjung taman tersebut.  Ketiga tugas subyek tersebut bukan merupakan unit (diri) yang terpisah melainkan sebagai satu kesatuan yang melekat pada diri yang menikmati keindahan taman tersebut.

Tugas sebagai pemilik menunjukkan bahwa diri adalah person yang berkepentingan atas tujuan dari taman tersebut di dirikan.  Taman di buat merupakan bentuk penerjemahan visi dan misi yang dimiliki agar tujuan dari kepemilikan kepentingan diri dapat terwujud.  Maka bentuk dan hakekat taman akan disesuaikan dengan kehendak yang dimilikinya.  Agar dapat terwujud tujuannya diri sebagai pemilik akan campur tangan langsung agar eksistensi taman dapat terwujud sehingga dapat memberikan kepuasan dan kebahagiaan terutama untuk dirinya.

Tugas sebagai penghuni adalah mereka yang menempati taman tersebut.  Keberagaman kehidupan adalah hal yang lumrah namun dalam koridor keseimbangan hidup bagi penghuni.  Maka sebagai penghuni haram hukumnya melakukan perbuatan yang salah dan melampaui batas sehingga berdampak pada kerusakan kehidupan taman.  Sebagai penghuni yang baik akan hidup sesuai dengan aturan yang sudah diberikan oleh para pemilik dan berusaha untuk taat dan patuh dalam kesadaran tinggi agar eksistensi taman dapat terwujud.

Pengunjung adalah mereka yang hanya sekedar mampir untuk menikmati atau tamu di dalam taman.  Maka aturan yang ada adalah sebatas bagaimana etika berkunjung yang di dalamnya tidak mengatur tentang tata cara kehidupan di taman tersebut.  Tugas utamanya adalah menjunjung etika diri sebagai seorang tamu karena hanya bagian eksternalitas yang di dalamnya tidak menyangkut masalah kepemilikan taman. 

Sedangkan obyek adalah merupakan sebuah bentuk  yang menjadi sasaran untuk diperhatikan atau dinikmati dari aktivitas yang ada di dalam taman.  Maka ketika diri membahas masalah romantika taman dalam hubungannya dengan tugasnya maka ketiga tugas itu akan memiliki keinginan yang berbeda-beda.  Ketidaksamaan dari masing-masing diri (subyek) tersebut adalah bentuk menghilangkan fungsi dan kesempurnaan yang seharus terjadi dan berubah menjadi pribadi yang berorientasi egoistis pada tujuannya..

Pentingnya diri memahami romantika taman ini adalah sebagai bentuk pembelajaran diri agar mampu mencapai kesempurnaan kehidupan di dunia ini.  Pemahaman romantika taman sebetulnya bukan hanya melihat sebuah taman yang kecil melainkan sebagai "cermin diri" agar mampu menempatkan ketiga tugas menjadi satu kesatuan dalam menikmati taman dunia ini.  Karena hidup di dunia ini adalah bentuk mengenal seluk beluk dan bagaimana diri mampu menikmati kehidupan taman dunia ini.

Romantika taman dalam diri

Taman merupakan hakekatnya adalah sebuah penggambaran atau bentuk pengetahuan tentang keseimbangan kehidupan yang seharusnya menjadi pelajaran bagi diri manusia.  Tak ubahnya taman adalah sebagai sebuah  keberagaman kehidupan dunia dan mungkin gambaran kehidupan yang akan dijalani di masa setelah kematian.  Karena keberhasilan kehidupan di dunia dapat dilalui dengan baik akan dinikmati pada kehidupan di taman masa depan. 

Maka kehidupan di taman adalah pelajaran diri apakah diri nanti hidup sebagai pemilik taman atau penghuni bahkan mungkin hanya sekedar pengunjung yang sesaat menikmati indahnya taman tersebut. Memposisikan diri secara benar karena diri adalah bagian dari taman itu maka minimal harus berlaku sebagai penghuni taman bukan sebagai pengunjung.  Walaupun sebetulnya target diri dalam kehidupan ini adalah sebagai pemilik yang memiliki dan dapat mengelola taman dengan benar karena ini adalah tugas person yang diciptakan sebagai manusia yang sempurna.

Memang sebuah tugas yang berat manakala diri bertindak sebagai pemilik dan dibutuhkan pemahaman yang harus selalu di update agar tidak terjadi kerusakan dan eksistensi taman dapat terjaga.  Hanya dibutuhkan pengorbanan waktu dengan terus belajar sebagai bentuk investasi diri agar dapat menjadi seorang pemilik.  Belajar pada Buku Panduan adalah cara belajar yang benar dan bukan belajar atas hal-hal yang sudah di bukukan dalam literatur umum yang menjadi rujukan untuk belajar.

Meminjam istilah "kemanunggalan dengan Pemilik" dalam diri akibat dari pendelegasian wewenang yang sudah diberikan dikala diri diciptakan sebagai manusia adalah merupakan tugas prioritas yang harus dicapai dalam belajar di kehidupan di dunia ini.  Karena dengan kemanunggalan ini diri akan mampu menciptakan keseimbangan dan dapat mengelola kehidupan taman dengan baik karena memiliki kekuatan, pengetahuan dan kewenangan yang penuh atas taman tersebut.  Ketika diri tidak mampu meraihnya maka kehidupan diri di taman adalah ibarat indekos/kontrak yang tak memiliki kewenangan khusus, bahkan mungkin bukan tugas mengatur dan memelihara tapi malah membuat kerusakan keseimbangan kehidupan di taman yang ditempatinya.

Godaan yang berat untuk menuju "kepemilikan taman" tersebut sangat dirasakan dalam kehidupan ini akibat diri secara manusiawi memiliki penyakit "khawatir dan tergesa-gesa".  Penyakit ini muncul karena diri tidak pernah mampu mengenal bekal kehidupan yang sudah diberikan akibat rasa malas dan sifat mudah putus asa.  Maka tidak heran banyak diri yang hidup di dunia ini tidak pernah merasakan kenikmatan taman yang sesungguhnya karena diri hanya sekedar penghuni ataupun sekedar pengunjung.

Memaksimalkan kerja indra (pikir, rasa dan keinginan dengan di dasarkan atas hati yang bersih) adalah langkah awal diri lepas dari godaan tersebut.  Ketika mampu memaksimalkan kerja diri  maka ini berarti diri sudah menjadi person yang memiliki personality yang baik (insan kamil) dan memiliki kesadaran hidup dalam kehidupan di dunia (taman).  Hidup dalam kesadaran inilah hakekat diri sebagai manusia sesungguhnya yang mampu mengemban amanat yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta.

Output dari hidup dalam kesadaran ini menjadikan diri selalu hidup dengan kerja hati dalam aktivitas kehidupan di dunia ini.  Hadirnya hati menjadikan diri memiliki jiwa empati dan kasih sayang terhadap penghuni lain di taman kehidupan.  Dan hal ini menjadikan eksistensi keindahan kehidupan di taman selalu terjaga dan bahkan menjadikan hidup adalah sebuah perjalanan dalam keindahan dan penuh kebahagiaan.

 

Penutup

Hanya sekedar humor sufi yang mengajak diri untuk berpikir tentang segala sesuatu yang seharusnya menjadi kajian untuk direnungkan agar dapat menjadi pengetahuan.  Karena segala bentuk yang ada di depan mata seharusnya dapat dicerna sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan agar tidak menganggu perjalanan di kehidupan di dunia ini.


Tak ada yang dimuka bumi ini lebih menderita dibandingkan dengan pemabuk cinta... Menemukan cinta adalah sebuah perjuangan yang berat... Dengan belajar adalah usaha dan cara yang dilakukan... Jalan terjal dan mendaki ibarat rute perjalanan yang harus ditempuhnya.
Tangis dan air mata karena siksa perjalanan akibat beban penderitaannya.. Pedihnya mata dan panas telinga karena ejekan atau cemooh orang adalah teman perjalanannya... Kehausan dan kelaparan adalah pakaiannya... Karena cinta itu tak mudah untuk diraihnya
(KAS, 11/5/2023)

Salam
KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun