Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Romantika Taman

2 Mei 2023   22:10 Diperbarui: 2 Mei 2023   22:08 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika berbicara tentang taman mungkin tidak lepas dari adanya  sungai (air yang mengalir)  yang berada di dalamnya. Bahkan sekarang pun banyak diantara kita yang terobsesi dengan penciptaan taman-taman mungil dirumah sebagai bentuk healing atas kepenatan aktivitas hidup yang dijalani setiap hari.  Mengapa taman begitu menjadi obsesi dan pelampiasan diri manusia padahal diri tak pernah mampu menangkap isyarat-isyarat yang tersurat di dalamnya akibat kebiasaan dan keterbatasan kepemilikan dan ketajaman pemahaman.

Lemahnya kepemilikan dan tumpulnya ketajaman diri dalam mencerna antara keterkaitan antara taman yang memberikan nuansa yang lengkap secara indrawi jika dilihat dari mata dan pendengarannya dengan kondisi atau keadaan diri sebagai manusia. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang nyata kelalailan dan kebodohan diri dalam memahami  kesempurnaan atas ciptaanNYA serta seharusnya memberikan pelajaran penting bagi kehidupan apabila diri mampu mengambil pelajarannya. 

Gambaran taman yang lengkap tersebut sebetulnya merupakan sebuah bentuk pengetahuan tentang kehidupan dan arah perjalanan kehidupan yang dituju jika diri mampu memposisikan sebagai makhluk yang sempurna.  Sehingga taman ibarat sebagai sebuah refreshing diri dari kepenatan aktivitas sehingga manakala diri mengalami kepenatan hidup dan mencari tempat untuk melakukan refresh atau restart kehidupan. Namun mungkin jarang sekali diri mampu menangkap makna yang tersirat dari suratan atau siratan ini akibat diri hanya sekedar menikmati secara fisik  dan mungkin sekedar sebagai obat dahaga hati yang sejenak dari kesibukan indrawi yang dijalaninya.  

Kondisi yang demikian sebetulnya tidak hanya terjadi pada diri kita saja melainkan mungkin sebagian besar umat manusia yang sekarang ada tak pernah mampu memiliki kesadaran untuk memetik makna tentang perginya diri ke taman-taman.  Mungkin hanya sekedar mencari sensasi atau kenikmatan sesaat agar mampu memberikan inspirasi baru tentang hidup tapi tidak pernah mampu memahami dan mengkondisikan diri sebagai sumber pengetahuan.  Hal ini diakibatkan diri terbiasa dalam kebiasaan hidup yang hanya fokus pada "kulitnya" saja dikarenakan diri tidak mampu mengoptimalkan kepemilikan yang dibekalkan oleh Sang Pencipta.

Kelupaan dan kelalaian diri ini akan muncul manakala diri tidak memiliki kesadaran tentang hidup yang seharusnya dijalani. Kesadaran ini akan muncul manakala diri memiliki kebiasaan untuk selalu baca dan belajar tentang kehidupan yang seharusnya bukan yang "sebaiknya".  Kehidupan yang seharusnya membuat diri akan selalu untuk menjadi baik, tetapi kehidupan yang baik bukan merupakan ukuran tentang hal yang seharusnya dijalani dan dijadikan bekal untuk kehidupan diri di dunia ini.

Kondisi taman yang selalu memberikan "obat" pada diri kita adalah sebagai sebuah pengetahuan dalam bentuk seharusnya terjadi di kehidupan yang menunjukkan keseimbangan dan kesempurnaan hidup.  Sehingga taman yang baik adalah sebuah kondisi yang mampu memberikan keteduhan dan sumber "obat" bagi setiap pengunjung atau penghuninya.  Kondisi taman inilah hakekat diri manusia yang seharusnya menjadi kehidupan bagi manusia lain ataupun makhluk lainnya.

  

Romantika taman

Membahas taman sebagai sebuah romantika ibarat diri melakukan pekerjaan dengan analisis  yang komprehensip dan membutuhkan waktu atau perenungan yang dalam.  Mungkin ini bagi banyak orang dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang sia-sia karena dianggap membuang waktu dan tidak memiliki manfaat untuk keberlangsungan aktivitas diri dalam kehidupan di dunia ini.  Karena hasil yang ditemukan pun tidak akan mempengaruhi kehidupan yang dijalaninya.

Taman sebetulnya adalah  sebuah tempat yang dicari dalam kehidupan karena selalu dianggap sebagai tempat yang menyenangkan.  Demikian juga manakala diri dalam kehidupan hakekatnya adalah menuju ke sebuah taman kehidupan yang abadi.  Namun jarang sekali diri memiliki alur pemikiran yang panjang dan menghubungkan antara taman dengan perjalanan kehidupan diri di dunia ini.

Hal ini diakibatkan terlalu pendeknya diri dalam memaknai sebuah obyek yang dapat dilihat dan dirasakan secara fisik (indrawi) untuk dimasukkan di dalam hati sehingga memunculkan sebuah pemahaman.  Maka manakala melihat taman hanya dirasakan obat untuk indrawi (pikir-perasaan-keinginan) dan dirasa sudah cukup sebagai obat kepenatan atau memunculkan inspirasi baru untuk menjalani kehidupan ini.  Penjara ilmu lah sebetulnya yang menjadikan berperilaku seperti ini dan tidak pernah diri berani melakukan "out of the box" karena takut dikatakan menyimpang atau orang aneh.

Ketakutan dari perkataan orang karena dianggap menyimpang atau orang aneh itu sebetulnya merupakan sebuah "rekayasa" dari musuh agar diri tidak menemukan jalan kehidupan yang lebih baik.  Maka sebuah "kebodohan" diri manakala ketakutan itu menjadi penjara kehidupan dan agar tidak mendapatkan predikat tersebut maka upaya diri selalu hanya mengikuti apa yang menjadi anggapan "benar" dan berkembang di umum tanpa perlu mengembangkan pengetahuan.  Bahkan mungkin diri memiliki pendapat cukuplah diri menjadi pengikut umum agar hidup tenang dan dipandang umum sebagai manusia yang normal saja.

Dan manakala diri berperilaku seperti itu tidak lain diri hanyalah sebagai "pengunjung" atau outlier dari taman itu saja.  Ketika diri menjadi pengunjung maka tidak pernah merasakan kepemilikan atau malah mungkin melakukan perbuatan yang tidak baik sehingga membuat ketidakseimbangan kehidupan di dalam taman tersebut. Dan sebagai outlier maka keberadaan diri di dalam taman harus dihilangkan agar tidak menganggu hubungan atau pengaruhnya dalam kehidupan di taman itu.

Seluk beluk atau liku-liku  yang merupakan romantika yang taman yang terkandung di dalamnya merupakan heteroginietas atau ketidakseragaman kehidupan yang ada.  Ketidakseragaman dan beraneka macam kehidupan yang ada adalah bentuk rahmat dari Sang Pencipta dan yang membuat taman dapat menjaga keseimbangannya dengan sendirinya.    Masing-masing dapat mempertahankan dan dipertahankan dalam kehidupannya dan menjadikan keindahan dan kebergunaan taman semakin nyata.

Memang dibutuhkan campur tangan "sang pemilik" agar taman itu menjadi tertata dengan baik.  Campur tangan itu biasanya tertuang di dalam buku panduan yang di dalamnya berisi segala hal yang berhubungan dengan cara berkehidupan yang baik. Dan sang pemiliklah yang bertanggungjawab atas keberagaman dan keberlangsungan taman yang baik.

Bukankah romantika taman ini sebuah pelajaran diri yang seharusnya menjadi pengingat diri dalam kehidupan di dunia ini? Karena di dalamnya memberikan gambaran pemahaman luas tentang kehidupan yang mengatur subyek dan obyek agar dapat hidup dalam keseimbangan.  Subyek dan obyek kehidupan ini berbicara mengenai kepemilikan dan posisi atas taman itu sendiri. 

Subyek dalam romantika taman adalah membahas mengenai posisi diri dalam kehidupan di taman  itu.  Terdapat tiga subyek yang hidup dalam taman itu yaitu pemilik, penghuni dan pengunjung.  Dan masing-masing memiliki peran yang berbeda-beda dalam tugasnya.  Sedangkan Obyek ini membahas mengenai seluk beluk taman yang di dalamnya membahas tentang keseimbangan dan kebergunaan alam menjadi satu kesatuan.  

 (Insyaallah akan dibahas dalam Humor sufi: Romantika taman 2)

Penutup

Sekedar humor sufi yang berusaha memberikan pemahaman yang berbeda dalam melihat sebuah keindahan taman-taman yang ada.  Tidak ada yang lucu dan pantas ditertawakan dalam tulisan ini, namun perbedaan alur pikir dan pemahamanlah yang dimiliki oleh penulis yang mungkin pantas untuk ditertawakan.

 

Kawan lihatlah eloknya taman... Kuncup bunga muncul dalam beraneka macam warna... Suara merdu bagaikan simponi terdengar dari nyanyian alam...  Semua ada karena hidup dalam keseimbangan nyata
Kawan lihatlah taman telah rusak... Kehadiran para manusia yang tak pernah menyadari perilakunya... Tugas untuk menjadi pemilik tak pernah di hiraukan dalam perjalanan... Karena asyik menikmati sebagai pengunjung yang terlena keindahan dunia.
Kawan sadarlah diri semua... Kembalilah ke taman-taman sebagai pemilik yang sebenarnya... Karena taman adalah akhir perjalanan para manusia... Hiasi dan rawatlah dengan penuh keikhlasan.
(KAS, Romantika Taman)

Magelang, 2/5/2023
Salam
KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun