Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Humor Sufi: Mutiara Puasa (Tiba-tiba Hari Raya)

19 April 2023   07:00 Diperbarui: 19 April 2023   07:04 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Jika diri berlaku seperti ini maka pantas harus diingatkan bahwa tugas sebagai seorang manusia adalah baca dan belajar pada Buku yang benar dan bukan hanya sebagai pendengar saja.  Karena tugas baca dan belajar adalah modal dasar diri untuk mendapat tiket pas sebagai diri yang takwa karena tidak mungkin tercapai manakala diri tidak memiliki pengetahuan yang banyak dan benar.

Penyebab Tiba-tiba Hari Raya

Tiba-tiba hari raya akan terjadi manakala diri berani berkata jujur dan tidak menutupi kebenaran.  Perilaku jujur dan tidak menutupi kebenaran sejati terjadi manakala diri amanah dengan tugas yang diembannya karena akuntabilitasnya tidak hanya untuk  duniawi saja.  Memang banyak dasar yang digunakan untuk alasan agar tiba-tiba hari raya tidak terjadi dan itupun sahih karena didasarkan atas kabar periwayatan yang benar. 

Namun hati nurani hakekatnya tidak mungkin dapat berbohong menyuarakan kebenaran sehingga peristiwa tiba-tiba hari raya terjadi.  Karena beratnya "ego" yang harus dipikulnya maka suara hati nurani serasa tidak di dengar ataupun hanya dianggap sebagai ilusi angan diri saja.  Maka perilaku akan menjadi diri yang harus menunjukkan "ego" siapa yang berilmu dan berkuasa serta menganggap pendapat orang lain adalah kurang tepat.

Agar diri tidak berperilaku seperti ini maka wajib untuk melakukan perenungan agar mampu membangun kesadaran dalam memegang ilmu secara kuat.  Faktor utama terjadinya tiba-tiba hari raya adalah masalah perjuangan untuk memuaskan "ego diri"  agar diri mampu memenuhi hasrat dan kuasa untuk berkuasa.  Karena berhubungan dengan ego maka yang mempengaruhi ego diri adalah masalah internal yang ada dalam diri manusia.

Bagaimana diri hidup dalam penjara ego? hal ini terjadi manakala diri gagal dalam membangun potensi diri sebagai manusia.  Dan ketika diri tidak mampu menemukan potensi diri hakekatnya diri bukanlah menjadi manusia yang sempurna.  Karena diri bukan menjadi yang sempurna maka posisi diri menjadi jatuh dan seburuk-buruknya makhluk yang ada.

Banyak pelajaran yang diambil dari kasus "setan" yang diusir dari surga, bukan masalah kepemilikan ilmu karena setan adalah makhluk yang cerdas dan memiliki pengetahuan.  Namun diusirnya setan karena perjuangan memperjuangankan ego dirinya sebagai makhluk tertinggi derajatnya karena diciptakan dari api dan tidak mau sujud kepada Adam AS.  Perjuangan ego yang keras oleh setan tersebut menjadikan dirinya menentang ajaran atau perintah Allah SWT dan menjadikan dirinya terbuang ke tempat yang buruk.

Maka tugas diri dalam hidup ini harusnya selalu membangun potensi diri dengan membaca dan belajar agar diri mampu memenjara ego yang dimilikinya.  Ketika diri mampu memiliki pemahaman yang maknawi tidak hanya sekedar kulitnya maka akan mampu mengalahkan ego yang biasanya berhubungan dengan sifat materi (baik input atau output).  

Ego diri yang berifat input adalah merupakan sebuah pembangunan diri manusia.  Ketika diri gagal dalam membangun diri maka yang hidup dalam diri kita adalah perilaku jasad yang dipengaruhi oleh dominasi pikiran-perasaan-keinginan.  Dominasi tersebut akibat dalam hidup "hati' yang berguna sebagai poros untuk menggerakkan kerja dari pikiran-perasaan-keinginan dapat saling berinteraksi, maka keputusan atau tindakan yang keluar adalah hal-hal yang bersifat kebaikan dan kebenaran.

Sedangkan ego diri yang bersifat output adalah sebagai bentuk hasil dari kerja diri manusia.  Ukuran kerja diri dari pikiran-perasaan-keinginan yang tidak di landasi dengan hati maka target yang dicapai adalah materi yang berupa materialitas dan popularitas.  Maka haus akan kekayaan dan pujian agar diri populer dan terkenal adalah muara akhir dalam kefanaan.  Ingatlah bahwa kefanaan tidak akan dibawa mati dan mungkin malah menjadi beban dalam mempertanggungjawabkan.

Tiba-tiba hari raya seharusnya tidak terjadi manakala diri mampu hidup dengan kepemilikan potensi diri yang sesuai dengan harapan Tuhan dengan diciptakannya manusia.  Kemah peribadatan yang dilakukan dalam bulan puasa ini hakekatnya adalah diri mampu kembali pada rel kehidupan yang benar sehingga keluar dari kemah mampu menemukan potensi dirinya kembali.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun