Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Humor Sufi: Mutiara Puasa (Terbebas dari Neraka)

18 April 2023   07:00 Diperbarui: 18 April 2023   07:24 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, Penghuni Neraka. Penduduk yang menghuni adalah setan dan makhluk yang memiliki kepribadian yang serupa.  Keserupaan ini adalah memiliki pribadi yang menentang pada perintah Allah SWT.  Untuk setan jelas kekeliruan yang terbesar adalah ketidakmauannya dalam "sujud" kepada Adam AS sebagai makhluk yang diciptakan sempurna.  Setan menganggap bahwa manusia (Adam AS) memiliki derajat lebih rendah karena berasal dari tanah dan apabila dibandingkan dirinya yang diciptakan dari api.

Kekeliruan ini bukanlah tanpa dasar dan logika dari pemahaman yang dimiliki oleh para setan.  Namun karena nilai perintahNYA bila dibandingkan dengan kepemilikan pemahaman yang dimiliki para setan.  Namun karena tidak menuruti perintahNYa yang diluar logika yang dimilikinya maka dianggap para setan adalah pembangkang.   Maka hakekatnya seharusnya menempatkan ajaran (perintah Tuhan) diatas logika yang dimiliki.

Setan bukanlah makhluk yang tidak mengabdi kepada Allah dan tidak memiliki "ketulusan cinta" kepada Sang Khaliq.  Namun egolah yang sebetulnya menjadi penjara pemahaman yang menjadikan dirinya mengambil sebuah keputusan yang keliru dan menyebabkan terusir dari surga. Maka mengutamakan ego diri akan mengalahkan ajaran. Dan jika diri menjalankan ajaran atas dasar ego bukanlah hal yang benar untuk dijadikan dasar dalam menjalani kehidupan.

Maka manakala diri kita juga hidup di dasarkan atas ego bukan atas konektivitas akal yang menjadikan diri menjadi makhluk sempurna pasti akan menjadi penghuni neraka.  Padahal mungkin diri kita sekarang ini hidup selalu mengutamakan ego diri dan melupakan nilai-nilai kemanusiaan.  Hal ini diakibatkan diri tidak pernah mampu membangun kesadaran dikarenakan terlalu jauh dengan buku Panduan (Al Qur'an)

Perlu dilakukan pembangunan potensi diri sebagai manusia yang sempurna dan bukan hidup sebagai manusia umum yang hanya berbekal pada pengetahuan dan pemahaman yang umum.  Tugas belajar adalah unsur utama diri diciptakan sebagai manusia agar mampu memaksimalkan akal sehingga mendapatkan konektivitas diri dengan Sang Pencipta. Belajar kepada Kalam Illahi yang tidak hanya tercantum dalam Al Qur'an perlu dilakukan dari diri kita dilahirkan hingga maut menjemputnya.

Penghuni neraka yang berasal dari manusia bukanlah diri manusia yang bodoh dan tidak berpengetahuan.  Namun karena hidup dengan mendasarkan pada ego diri menjadikan diri keliru dalam memilih jalan bahkan menjadikan Tuhan sebagai nomor dua dibandingkan dengan tuhan-tuhan yang disembahnya.  Penuhanan atas pemahaman yang dimiliki disebabkan ego diri yang tak mampu menjabarkan hakekat ilmu yang sebenarnya

Ketika diri tanpa memiliki kesadaran maka ego lah yang bermain dalam setiap aspek pengambilan keputusan dalam aktivitas sehari hari.  Namun dengan memenjara ego dilakukan dengan selalu "baca dan belajar" menjadikan aktivitas berdasarkan konektivitas diri melalui hati sebagai "as kerja" dari elemen pikir-rasa-keinginan yang dimiliki oleh setiap diri manusia/

Sebuah kerugian manakala diri sudah bersusah payah berpuasa selama sebulan lamanya, namun diri tak pernah mengenal "neraka" sebagai akhir perjalanan kehidupan manusia.  Ketika diri tak mengenal neraka maka ada kemungkinan kehidupan diri kita di duania adalah perjalanan menuju neraka itu sendiri.

Penutup

Hanya sekedar humor sufi yang mengajak diri untuk membangun kesadaran akan pentingnya pemahaman yang didasarkan atas buku panduan (Al Qur'an) bukan atas dasar "kata orang" atau cerita-cerita yang berlaku umum.  Tidak ada yang lucu dalam tulisan ini dan yang pantas ditertawakan adalah perbedaan alur pemahaman yang berbeda.

Kau menjadi tempat berlabuh perjalanan panjang di dunia... Karena jiwaku dalam kepedihan... Kau menjadi harta nurani yang ku temukan... Dalam penerimaan diri yang penuh dengan kegetiran.
Jasadku akan tersiksa dalam kesengsaraan... Nuraniku berterian dalam kepedihan... Jiwa menangis dalam kenestapaan... Karena bodohnya diri tak mampu menangkap pengetahuan dari ajaran. (KAS, 18/4/2023. Neraka)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun