Terbayang dalam diri kita ketika mendengar kata neraka akan berpikir sebagai sebuah kondisi kehidupan yang sangat menyeramkan dan tidak mengenakkan. Â Berbagai siksaan dan penderitaan yang diterima oleh setiap diri yang masuk dalam kehidupan akibat dari perilaku diri yang keliru dalam kehidupan yang dijalani semasa hidupnya. Â Perilaku keliru yang diakibatkan oleh ketidaksadaran ataupun dalam kondisi sadar karena memperjuangkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendakNYA.
Salah satu kehendakNYA yang diharapkan oleh Tuhan dalam bulan puasa ini adalah diri yang bisa terlepas dari kehidupan dineraka. Â Hal ini di capai manakala diri mampu menyelesaikan puasa dengan baik terlebih pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Â Namun manakala diri tidak mampu menyadarinya dengan seksama maka mungkin akan menemukan bentuk perilaku yang berbeda dalam mengartikan makna dari sepuluh hari terakhir di bulan puasa ini.
Memang tidak salah manakala diri dalam akhir bulan puasa melakukan iktikaf di masjid dengan penuh semangat agar diri mampu mencapai target akhir puasa yang dilakukan. Â Namun apabila diri tidak memiliki pemahaman dan melakukan ibadah hanya sekedar didasarkan oleh "kata orang" atau sekedar ikut-ikutan maka tidaklah mungkin akan menemukan makna yang terdalam dalam puncak bulan puasa ini. Dan jika ini terjadi maka yang diperoleh dalam iktikaf pun hanya sekedar kecapaian jasmani tanpa mampu memiliki asupan ruhani yang terdalam.
Tidak ada maksud "menggurui" ataupun memperlemah dan menyalahkan pemahaman yang berkembang sekarang ini. Â Namun tulisan ini hanya mengajak diri untuk berpikir dengan penuh kesadaran agar diri dapat terbebas dari hidup di tempat yang buruk (neraka) akan tercapai manakala diri tak pernah mampu belajar (hasil iktikaf) yang dilakukan. Â Maka tugas diri baca dan belajar dengan kesadaran dengan kembali merujuk pada ayat-ayat Tuhan harus menjadi prioritas utama.
Diri kita pasti sudah paham siapa yang hidup di neraka? jawabannya adalah setan dan sebagian manusia yang menjadi kroninya. Â Sebagai tempat yang paling buruk untuk menjadi terminal akhir dalam kehidupan maka neraka seharusnya dapat dihindari manakala diri mampu lepas dari status "kroninya". Â Agar diri dapat terlepas dari itu maka memahaminya adalah hal utama dalam "baca dan belajar" kehidupan yang benar.
Bagaimana diri mampu lepas dari kehidupan neraka dan dapat selamat dari timbangan amal dengan baik? Maka perlu memahami mengapa setan ditempatkan di neraka. Â Langkah-langkah untuk memahami adalah:
Pertama, Memahami Neraka. Neraka adalah terminal akhir kehidupan untuk makhuk ciptaan Allah SWT yang dikhususkan untuk diri yang membangkang pada perintahNYA termasuk di dalamnya adalah menentang pada ajaran kehidupan.  Dari difinisi ini jelas maka penghuni utama adalah para setan yang terbukti menentang perintah Allah SWT untuk sekedar "bersujud" kepada Adam AS karena dianggap sebagai makhluk yang sempurna.
Gambaran neraka sebagai tempat yang tidak mengenakkan dijelaskan banyak ayat-ayat dalam Al Qur'an secara jelas bagaimana kondisi kehidupan yang harus ada. Â Mulai dari tempat, makanan dan minuman yang disediakan untuk para penghuni. Â Sebuah kondisi yang mungkin bagi diri kita adalah situasi yang sangat tidak enak bahkan menyeramkan manakala setiap makhluk menjalani kehidupan disana. Â Bagaikan sebuah tempat hukuman yang berat dan tidak putus bahkan penghuni tidak akan pernah mengalami kematian dengan berbagai siksaan yang dijalaninya.
Sebagai tempat yang menyeramkan dan bukan untuk menakut-nakuti setiap diri makhluk, namun kondisi kehidupan yang real menyeramkan itu seharusnya menjadi rambu-rambu diri kita agar hidup dalam kewaspadaan dan kehati-hatian. Â Agar diri mampu terbebas maka hanya dengan berbekal pemahaman dan ilmu yang mampu menumbuhkan kesadaran tinggi perlu dicari agar hidup selalu dalam jalur yang benar.
Allah SWT Â sudah memberi peta jalur kehidupan yang benar yaitu Buku Panduan hidup untuk manusia yang berupa Al Qur'an sebagai pembeda yang benar dan keliru. Â Namun karena diri banyak yang lalai dan terlena menjadikan diri lupa bahwa buku utama tersebut dijadikan buku sekunder ataupun malah sebagai jimat untuk mendapatkan kebahagian kehidupan di dunia dan melupakan kehidupan yang sejati. Â Sebuah kerugian manakala diri terjebak dalam kehidupan yang demikian akibat diri lupa dan terlena ditambah dengan hasutan dari para setan.