Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Mutiara Puasa (Membungkus Angan untuk Keteduhan)

11 April 2023   22:30 Diperbarui: 11 April 2023   22:31 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kedua, Tinggalkan ciptaan dan dekati Penciptanya.  Aktivitas ini adalah hubungannya dengan "rasa Cinta".  Cinta diri kepada ciptaan ternyata yang selama ini menjadi prioritas diri dalam kehidupan di dunia ini.  Karena pemahaman yang menjadikan diri berlaku seperti ini karena menjadi ukuran keberhasilan hidup dan "keteduhan jiwa" yang fana.

"Cinta palsu" yang selama ini diperjuangkan dan menjadi dominasi hidup ternyata merupakan penghalang utama diri untuk mendapatkan "Cinta sejati".  Hal ini dapat dibuktikan manakala diri beribadah pun yang seharusnya hadir dengan "cinta sejati" hilang atau diganggu dan selalu disertai hadirnya angan tentang "cinta palsu".  Fokus dan orientasi dalam beribadah tidak hadir secara penuh bahkan mungkin ibadah hanyalah gerakan jasmani fisik tanpa hadirnya jiwa.

Maka kesadaran diri untuk meninggalkan ciptaan dan mendekati penciptanya adalah elemen utama dalam beribadah.  Secara logika pun manakala diri berhasil mendekati Sang Pencipta maka semua ciptaan akan tunduk pada diri kita.  Butuh tekat dan keyakinan yang kuat agar rasa khawatir dan was-was yang selalu menjadi penjara diri dapat dirubuhkan dan dengan pemahaman baru akan menemukan jawaban bahwa diri hidup sudah dipikirkan dan dipenuhi oleh Sang Pencipta.

Penutup

Hanya sekedar humor sufi yang mengajak untuk mengintrospeksi diri atas perilaku yang selama ini sudah dilakukan.  Tidak ada yang lucu dan pantas untuk ditertawakan, Namun perbedaan  pemahaman adalah hal yang bisa menjadi bahan tertawaan dalam tulisan ini.  

Hari ini diri lihat tangga menuju langit... Yang mungkin dapat dilihat oleh orang lain... Namun mungkin bentuk penangkapan yang berbeda yang dimiliki setiap diri...  Dan tidak setiap diri tergerak untuk menaiki.
Matahari sudah tenggelam dengan malu... Bulanpun bersinar dengan redup...Hembusan angin hanya sebagai teman dalam alur perjalanan menuju tempat MU... Bukan jasmani untuk menaikinya, hanya ruhani yang mampu menembus jalan pulang kerumah MU.

Seribu waktu yang tersedia dan disediakan... Membumbunglah runahi diri  ke langit sana... Menaiki tangga  hingga waktu fajar...  Hanya doa yang terucap untuk meraih puncak tertinggi dari langit yang ada. ( Puisi Lailatul Qodr)

Magelang, 11/4/2023
Salam
KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun