Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Mutiara Puasa (Membungkus Angan untuk Keteduhan)

11 April 2023   22:30 Diperbarui: 11 April 2023   22:31 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jalan mudah dalam menemukan keteduhan adalah menerima segala yang sudah ada baik itu materi maupun non materi.  Penerimaan diri akan segala materi yang sudah berada ditangan diri (entah benar atau keliru jalannya) dipetakan dan dinikmati dengan hikmat kenikmatan.  Ibarat diri menutup mata dan telinga dari "iklan" yang muncul dan menggoda hasrat hidup untuk kenikmatan semu.

Sedangkan penerimaan diri yang berupa non materi dan biasa berhubungan dengan kepemilikan pengetahuan yang ada sekarang dipetakan dan di analisis apakah sesuai dengan buku atau tidak.  Maka tugas diri adalah melakukan "baca dan belajar" baik dari Buku Panduan ataupun dari kejadian atau peristiwa yang terjadi di depan mata untuk selalu direnungkan dan dicari hikmahnya.  Ketika hal ini secara rutin di lakukan maka akan muncul siratan pemahaman baru yang dapat menganalisis apa yang ada dan mampu menunjukkan langkah yang tepat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Kesucian bulan puasa tidak akan mampu terjadi manakala diri tidak mampu menjadi diri yang teduh.  Karena puasa mengajak dan mengajarkan diri untuk belajar mencari hakekat diri yang sebetulnya dengan membungkus angan-angan  akibat kebiasaan memanjakan hasrat dan kuasa diri.  Perjalanan hidup bukan tidak selalu stagnan posisinya (bisa diatas atau dibawah) namun yang stagnan adalah keikhlasan diri dalam menjalaninya tanpa mengharapkan imbalan atas aktivitas yang dilakukan.

Membungkus angan

Kesadaran diri akan bahayanya membiarkan angan menjadi dominasi diri dalam kehidupan harus segera dibangunkan. Ibarat diri mungkin tidur dengan memakai selimut yang tebal maka tugas diri harus bangun dan segera beraktivitas kembali.  Maka dibutuhkan sebuah pemahaman yang benar tentang membuka selimut dan melakukan aktivitas yang benar agar diri mampu membungkus angan yang dimiliki.

Diri tidak mungkin dapat membungkus angan karena itu bukan sebuah aktivitas fisik/jasadiyah melainkan sifat abstrak dan non materi.  Untuk mencapai dimensi abstrak dan non materi maka diri harus memiliki bekal yang berupa pemahaman yang benar dan sesuai dengan Buku Panduan.  Karena dengan pemahaman ini ibarat diri "mendudukkan jiwa" dengan membangunkan rumah untuknya yang selama ini tertutup oleh selimut dan aktivitas yang berorientasi pada hal yang fana.

Maka langkah yang dilakukan adalah: 

Pertama, Juallah dunia dan belilah akhirat. Diri yang sadar akan berpikir untuk beraktivitas yang selalu membawa pada keteduhan hidup yang abadi dan bukan yang sementara.  Hal ini tidak dapat terjadi manakala diri selalu berorientasi pada hal-hal yang bersifat keduniawian semata.  Memang kepentingan dan kebutuhan duniawi adalah utama tapi manakala hal ini menjadi orientasi aktivitas maka yang diukur adalah untung dan rugi semata bukan sebuah keteduhan yang abadi.

Pantaskah jika diri menginginkan sebuah keteduhan yang abadi hanya mengorbankan dengan hal yang sedikit.  Ukuran sedikit atau banyak adalah hubungannya dengan waktu.  Maka ketika diri tidak segera memiliki kesadaran dan terlibat dalam jual beli yang benar maka diri selalu rugi karena lupa dengan waktu yang ada. 

Manajemen waktu yang benar bukan diukur dari ukuran kuantitas ataupun target fisik yang dicapai melainkan cara menikmati waktu untuk keseimbangan dunia dan akhirat.  Ilmu dan pengetahuan lah yang menunjukkan cara untuk dapat mengelola waktu dengan benar.  Karena sama-sama beraktivitas yang sama tapi tidak didasarkan oleh kehidupan akhirat  dan di dasarkan dengan kehidupan dunia akan menghasilkan hal yang berbeda.

Tugas diri hanya mengintrospeksi kepemilikan ilmu yang selama ini digunakan untuk hal ini.  Kesadaran hal utama untuk menumbuhkan dan melakukan introspeksi diri.  Singkatnya umur dan waktu kehidupan adalah hal yang sama dimiliki oleh semua manusia.  Namun manusia yang tidak rugi adalah diri yang memiliki pemahaman yang benar tentang ilmu keseimbangan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun