Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Mutiara Puasa (Membungkus Angan-Angan)

6 April 2023   23:05 Diperbarui: 6 April 2023   23:10 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup adalah sebuah perjuangan merupakan sebuah kalimat yang sering diucapkan dan didengar dalam kehidupan ini.  Dan hal ini bukan merupakan sebuah kekeliruan manakala diri mampu menemukan bentuk perjuangan yang sesungguhnya dalam kehidupan di dunia ini.  Namun manakala diri tak bisa menemukan hakekat maknanya maka sebuah akan menemukan kekeliruan jalan yang ditempuh dan menghasilkan  bentuk perjuangan yang dilakukan berbeda.

Perjuangan yang dilakukan diri selama ini diwujudkan dalam bentuk aktivitas sehari-hari adalah bagaimana usaha agar selalu lebih baik dari hari kemarin. Layaknya sebuah perdagangan maka manakala diri lebih baik dari kemarin maka dikatakan sebagai orang yang beruntung dan manakala diri lebih buruk maka dikatakan orang yang merugi.  Sedangkan ketika hari ini  sama dengan hari kemarin dikatakan termasuk kategori diri yang lalai.

Ungkapan tersebut merupakan pegangan dan motivasi diri dalam kehidupan di dunia ini.  Sehingga kerja keras adalah bentuk upaya diri agar selalu termasuk golongan orang yang beruntung.  Namun kebanyakan diri sering kali dalam melakukan kerja keras bukan karena sebuah perjuangan hidup tapi untuk tujuan target pribadi yang diluar hakekat kehidupan yang semestinya.

Kemakmuran dan prestasi serta popularitas adalah hal yang umum untuk diraih dalam perjuangan kehidupan manusia.  Maka bukan hal yang aneh bentuk perjuangan yang dilakukan bukan dilakukan dengan keseimbangan kehidupan tetapi dengan mengorbankan sisi yang mengkontrol perjalanan diri.  Keterlenaan adalah sisi lain yang ditinggalkan perjalanan sehingga menjadikan diri semakin "liar dan rakus" dalam perjuangan untuk hidup ini.

Ketiga hal (kemakmuran, prestasi dan popularitas) tersebut merupakan sebuah angan-angan diri agar dapat dikatakan sebagai manusia yang berhasil atau sukses.  Padahal angan-angan seperti itu ibarat diri minum air laut yang tak pernah sampai pada ujungnya.  Semakin diri "sehat dan bertenaga" maka hiasan yang muncul dalam angan angan semakin panjang dan tak mungkin dapat terpuaskan.

Demikian juga dalam hubungannya dengan kondisi yang dialami dalam peribadatan di bulan puasa ini. Apa yang sekarang diri angankan dalam melakukan ibadah puasa? Hanya sekedar kebahagiaan di waktu berbuka dengan makanan yang enak atau hal yang lain mungkin terbesit dalam angan-angan yang masih menjadi penjara aktivitas diri.  

Manakala diri dalam kondisi seperti ini pasti diri masih termasuk dalam kategori kurang memahami tentang makna sejati dari adanya bulan puasa.  Padahal kondisi ini masih merupakan fenomena umum bahkan peribadatan dikatakan sebagai sebuah pesta yang megah dengan adanya buka puasa, terawih dan sahur bersama.  Diri tidak bisa menertawakan atau menyalahkan hal tersebut manakala diri memiliki pemahaman yang sama dengan mereka.

Diri yang berakal akan menghindari euforia dengan datangnya bulan puasa.  Karena bulan puasa adalah sebuah kemah peribadatan yang merupakan ujian diri untuk mendapatkan tiket mudah menemui Sang Tercinta.  Kesadaran akan diri sebagai makhluk yang berakal adalah modal utama dalam menyemarakkan bulan yang mulia ini.

Bukan mengumbar angan-angan diri dalam beraktivitas dalam bulan puasa, namun membangun kesadaran adalah hal yang lebih utama dilakukan oleh setiap pribadi yang berpuasa.  Karena berpuasa tanpa kesadaran menjadi ibadah yang percuma karena ego diri masih belum mampu untuk ditundukkan.  Penundukkan ego diri adalah kunci utama dalam membungkus angan-angan yang dimiliki oleh setiap diri manusia agar mampu menjalankan ibadah dengan baik.

Terbui dengan Angan-angan Diri

Angan-angan adalah raja yang menguasai diri dalam beraktivitas yang tidak memiliki tempat tinggal di tubuh manusia.  Karena angan merupakan sebuah kekuatan ekternalitas yang muncul akibat lemahnya atau membatunya hati yang dimiliki.  Banyak disebutkan dalam literatur manakala hati tidak hadir dalam kehidupan maka diri akan selalu berbuat yang kurang baik.   

Proses munculnya angan dikarenakan diri tak mampu mengenal kondisi diri manusia sebagai makhluk yang sempurna.  Sangat disayangkan jika karena ketidakkenalan dengan kondisi diri akibat diri malas untuk "baca dan belajar". Sehingga dalam kehidupan diri jauh dari unsur kesadaran dalam aktivitas kehidupannya.

Munculnya angan sebagai dominasi diri manusia disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 

Pertama, Diri yang kurang memahami potensi manusia.  Seperti diri ketahui bahwa Sang Pencipta memberikan potensi diri yang berupa "pikir-perasaan-keinginan" serta hati yang digunakan sebagai poros kerja.  Hati digunakan sebagai poros agar tidak terjadi dominasi dari salah satu unsur potensi diri atau kombinasinya.  Diri yang tidak kerja maksimal dan tidak dapat menemukan potensi diri maka akan mengakibatkan hasrat dan kuasa diri  selalu memanjakan ego yang dimiliki.

Hal itu mengakibatkan angan selalu berhubungan dengan hal yang bersifat kuasa ego diri manusia yang berhubungan dengan pencapaian kemakmuran-prestasi-popularitas diri.  Walaupun angan mungkin hal yang bersifat baik namun karena muncul tidak dengan hati maka sifat dan perilaku yang tidak baik akan menyertainya dalam perjalanan.  Sebuah kerugian yang besar jika kondisi diri selalu dalam kondisi seperti ini karena tidak pernah memiliki hati dalam aktivitas kehidupan.

Masalah potensi diri yang seharusnya dapat dimaksimalkan adalah tugas utama diri dalam kehidupan ini (baca: Memahami potensi diri ).  Namun banyak diri salah mengartikan potensi diri akibat malas menggali pemahaman yang benar menurut ajaran atau ilmu yang diberikan oleh Sang Pencipta.  Maka tidak heran terjadi banyak ketidakseimbangan dan fenomena-fenomena ketidakadilan dalam kehidupan yang disebabkan diri salah dalam berpegang pada pemahaman.

Kedua,  Angan muncul karena tercemarnya prinsip diri.  Berbicara tentang prinsip diri memang sangat dibutuhkan sebuah kehadiran kesadaran karena berhubungan dengan hal yang bersifat sensitif. Dikatakan dalam area sensitif karena diri pasti tidak mau dikatakan sebagai manusia yang tidak berprinsip atau memiliki prinsip hidup yang salah.

Realitas dalam kehidupan ternyata diri tidak pernah selalu memperjuangkan secara konsisten prinsip hidup yang benar.  Bahkan prinsip hiduppun dapat dijual belikan atau dipertukarkan agar sesuatu dapat di capainya. Hal ini memang sudah kodrati diri sebagai manusia karena memiliki penyakit umum dan kronis yang berupa kekhawatiran dan was was. 

Ketika diri selalu berselimut dengan penyakit tersebut maka hidup tidak pernah tenang dan nyaman akibat ketakutan menyertai dalam perjalanan aktivitas kehidupan yang dijalani di dunia ini.  Ibarat diri yang seperti orang yang tidur dan berselimut dalam kondisi yang dingin maka malas untuk bangun dari tempat tidur adalah hal yang biasa.  Maka apapun akan dilakukan karena diri tak pernah yakin bahwa dingin adalah bagian dari penjara kehidupan yang harus dilawannnya.

Agar diri mampu memurnikan maka diri perlu baca dan belajar secara maksimal tentang hidup yang benar.  Bukan sebuah aktivitas yang mudah karena banyak kekuatan yang berasal dari eksternalitas menguasai panggung kehidupan ini dan bagaikan jalan alternatif yang mudah untuk menjalani hidup dengan nyaman.  Mengorbankan prinsip adalah hal yang mudah karena anggapan bahwa prinsip yang diperjuangkan adalah sama dengan prinsip diri mereka yang lain.   

Ketiga, Terpenjara oleh kondisi yang berlaku umum.  Hal yang biasa ditakuti diri kita apabila dikatakan sebagai pribadi yang berbeda dan aneh oleh orang asing.  Jika kata-kata itu ditujukan pada diri kita maka mungkin usaha yang mudah untuk dilakukan adalah diri akan merubah cara hidup agar tidak diasingkan. 

Banyak diri yang pada waktu muda adalah gemar untuk belajar  mencari bekal dan selalu bersabar dalam menghadapi ujian hidup. Semua hal tersebut dilakukan agar diri mampu mewujudkan angan diri dan mendapatkan posisi yang tinggi.  Godaan akan muncul akibat rasa haus yang menyertainya sehingga menjadikan diri seperti "bermata sempit dan kurang pendengarannya". 

Kehausan ini akibat kekuatan yang mempengaruhi diri dalam menjalani kondisi kehidupan sehingga perlu melakukan sesuatu yang kurang benar namun masih dianggap sebagai sebuah kebenaran.  Ego berubah menjadi kuasa diri dan mengakibatkan hati sebagai poros penyeimbang kalah dengan logika perasaan dan keinginan.  Karena kondisi umum biasanya yang bermain adalah logika perasaan dan keinginan yang menjadi dominasi dalam kehidupan diri manusia umum.

Agar diri mampu terlepas dari kondisi ini maka memurnikan pemahaman wajib dilakukan secara terus menerus dengan baca dan belajar" tentang panduan kehidupan manusia.  Ukuran kehidupan sudah digariskan oleh Sang Pencipta maka tugas diri hanya selalu berpegang pada garis yang ada dan bukan dengan melakukan penyimpangan terhadap garis tersebut. Berpegang pada garis dibutuhkan sebuah kekuatan yang besar karena garis itu sangatlah kecil dan mudah patah sehingga dibutuhkan keyakinan yang membentuk prinsip hidup yang benar.

Bersambung pada Membungkus angan-angan

Penutup

Hanya sekedar humor sufi sebagai bentuk alternatif untuk membangun pemahaman baru tentang kesadaran hidup yang benar.  Tidak ada yang lucu dalam artikel ini,  namun perbedaan pemahaman yang menjadi bahan untuk ditertawakan.

Diri seolah hanya sekedar pengumpul kabar.... Muatannya laksana ilmu dan tubuhnya hanya sekedar  keledai atau bangsanya... Sungguh keledai itu tidak akan pernah sadar dan tahu... Bahwa dirinya hanya sekedar hidup di peralat yang tak pernah tahu kapan datang dan perginya. 
Sadarlah bahwa diri bukanlah keledai... Diri adalah manusia yang memiliki jati diri... Hidup dengan ilmu dan keyakinan sejati... Agar diri dapat mengemban amanah Sang Illahi.
(KAS, Angan Diri)

Magelang, 6/4/2023

Salam 

KAS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun