Kehausan ini akibat kekuatan yang mempengaruhi diri dalam menjalani kondisi kehidupan sehingga perlu melakukan sesuatu yang kurang benar namun masih dianggap sebagai sebuah kebenaran. Â Ego berubah menjadi kuasa diri dan mengakibatkan hati sebagai poros penyeimbang kalah dengan logika perasaan dan keinginan. Â Karena kondisi umum biasanya yang bermain adalah logika perasaan dan keinginan yang menjadi dominasi dalam kehidupan diri manusia umum.
Agar diri mampu terlepas dari kondisi ini maka memurnikan pemahaman wajib dilakukan secara terus menerus dengan baca dan belajar" tentang panduan kehidupan manusia. Â Ukuran kehidupan sudah digariskan oleh Sang Pencipta maka tugas diri hanya selalu berpegang pada garis yang ada dan bukan dengan melakukan penyimpangan terhadap garis tersebut. Berpegang pada garis dibutuhkan sebuah kekuatan yang besar karena garis itu sangatlah kecil dan mudah patah sehingga dibutuhkan keyakinan yang membentuk prinsip hidup yang benar.
Bersambung pada Membungkus angan-angan
Penutup
Hanya sekedar humor sufi sebagai bentuk alternatif untuk membangun pemahaman baru tentang kesadaran hidup yang benar. Â Tidak ada yang lucu dalam artikel ini, Â namun perbedaan pemahaman yang menjadi bahan untuk ditertawakan.
Diri seolah hanya sekedar pengumpul kabar.... Muatannya laksana ilmu dan tubuhnya hanya sekedar  keledai atau bangsanya... Sungguh keledai itu tidak akan pernah sadar dan tahu... Bahwa dirinya hanya sekedar hidup di peralat yang tak pernah tahu kapan datang dan perginya.Â
Sadarlah bahwa diri bukanlah keledai... Diri adalah manusia yang memiliki jati diri... Hidup dengan ilmu dan keyakinan sejati... Agar diri dapat mengemban amanah Sang Illahi.
(KAS, Angan Diri)
Magelang, 6/4/2023
SalamÂ
KAS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H