Penutup
Hanya sekedar humor sufi yang membahas tentang mutiara puasa (bulanpun luluh). Â Masih ada sambungan mengenai pembahasan bulanpun luluh berikutnya. Jika terjadi perbedaan pemahaman dan pengetahuan tentang tulisan ini maka pantas ditertawakan karena ini hanya sekedar humor.
Jasadku bagaikan bulan.. Yang hidup terbatas oleh cahaya... Pipiku montok karena banyak materi yang ku makan.. Akalku tidur nyenyak karena berselimut hangat dengan pemahaman yang tak pernah ku cari kebenarannya.
Jasadku bagaikan bulan.. Â Yang hidup hanya pada sisi malam.. Hatiku gelap karena tak pernah ku perhatikan... Gelap gulita bagaikan batu hitam yang kelam.
Oooiii... Apakah ini hidupku yang seharusnya kujalani.. Pantaskah diri untuk pulang ke rumah Sang Kekasih... Dan pantaskah dir untuk menemui NYA
Magelang, 2/4/2023
Salam
KAS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H