Kedua unsur tersebut yang bercampur akibat diri tak memiliki pemahaman yang benar biasanya tidak menjadikan hal yang bercahaya namun menjadi hal yang gelap. Dua unsur tersebut merupakan hal yang melekat dan menjadi kewajiban manusia agar menjadikan diri yang bercahaya. Â Untuk menjadikan diri yang bersinar dan bercahaya maka dibutuhkan baca dan belajar pada pemahaman yang benar bukan berdasarkan pada "kata orang".
Puasa yang merupakan salah satu sarana kemudahan yang diberikan untuk menjadikan diri kita bercahaya dan terlepas dari unsur kegelapan. Â Namun apabila diri tak memiliki pemahaman tentang puasa tersebut maka diri hanya mengandalkan unsur kekuasaan dalam menjalani ibadah yang ada. Â Sebuah kerugian manakala diri beraktivitas pada bulan puasa jika dalam kondisi yang demikian.
Keringanan dalam beraktivitas vertikal yang terasa selama bulan puasa sebetulnya merupakan modal besar untuk membiasakan diri tidak fokus hanya pada aktivitas horisontal yang selama ini menjadi dominasi dalam kehidupan. Â Pengurangan dan pelepasan dominasi aktivitas horizontal ini seharusnya tidak hanya terjadi pada bulan puasa namun dalam kehidupan sesungguhnya di bulan bulan lain.
Kehendak yang bersih akibat menyeimbangankan antara kekuasaan yang dimiliki untuk menuju sebuah kesempurnaan sebagai sebuah makhluk. Â Dan kehendak merupakan pintu awal diri dan sebagai lapis pertama yang mempengaruhi motivasi diri dalam beraktivitas. Â Positif atau negatif hasil dari sebuah aktivitas tergantung pada kehendak yang dimiliki oleh diri masing-masing.Â
Kedua, Ketertarikan (Muhabbah). Â Ketertarikan merupakan hal atau merupakan keadaan diri terhadap apa yang ada. Â Ketertarikan bukan merupakan sekedar unsur fisik (jasadiyah) semata melainkan juga hal-hal yang bersifat non fisik (ruhuniah). Â Hal ini dikarenakan diri juga memiliki unsur yang sama yaitu hal fisik dan non fisik.
Ketika sebuah ketertarikan hanya  di dominasi pada satu unsur maka diri tidak akan mungkin mencapai sebuah kesempurnaan sehingga menjadikan diri bercahaya.  Perlunya diri menyelaraskan dua unsur yang ada tersebut agar dapat menimbulkan sebuah kesadaran diri yang berkeinginan untuk melakukan aktivitas tertentu.  Karena ketertarikan merupakan alur kedua setelah diri mampu memahami masalah kehendak yang dimilikinya.Â
Ketertarikan terhadap bulan puasa adalah merupakan kesadaran secara ruhaniah yang selama ini jarang di pikirkan dalam kehidupan diri. Â Ketika kesadaran ini muncul maka ibarat sebuah perencanaan akan membangun sebuah bangunan tempat ruh manusia. Dan ibadah puasa adalah "me-nihil-kan" unsur fisik agar diri membangun dengan memperbanyak materi non fisik yang akan berdampak pada penambahan muatan unsur pada diri kita.
Dominasi ketertarikan non fisik inilah sebetulnya merupakan unsur utama yang harus di gunakan dalam beribadah bulan puasa. Â Unsur fisik yang sekedar menahan lapar, haus dan hasrat seksualitas bukanlah prioritas utama dalam beribadah di bulan tersebut karena puasa bukan untuk menunjukkan eksistensi diri di depan manusia lain. Â Dan unsur fisik itulah yang sebetulnya merupakan godaan diri manusia dalam melupakan kesadaran dalam aktivitas kehidupan yang sesungguhnya.
Ketiga, Kecenderungan (Hawa). Kecenderungan merupakan kualitas karakter diri yang biasanya meliputi pada kebiasaan, persiapan, keadaan persiapan untuk bertindak dengan cara tertentu. Â Kecenderungan ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman ilmu yang dimilikinya. Â Dan ketika diri berilmu dengan benar sesuai dengan teori-teori yang benar bukan relevan maka akan menghasilkan tindakan yang baik dan benar.
Kecenderungan positif adalah sebuah hal yang diharapkan akibat dari diri memiliki kehendak dan ketertarikan akan sebuah obyek dan disertai dengan kepemilikan pemahaman yang benar. Â Hasil dari kecenderungan positif akan berdampak untuk kebaikan seluruh alam semesta karena diri mampu memposisikan sebagai makhluk yang sempurna. Hal inilah sebetulnya alur ketiga yang dikehendaki dan seharusnya di miliki oleh diri dalam beraktivitas. Â
Dan demikian juga sebaliknya manakala terjadi kecenderungan negatif maka bukan manfaat yang baik dan benar yang dihasilkan melainkan sebuah kerusakan dan ketidakseimbangan kehidupan. Â Sebuah kerugian manakan diri dalam kondisi seperti ini.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!