Kemalasan diri dalam belajar ini bukan berarti diri tak mau untuk terus belajar namun akibat dari diri yang selalu me"tuhan"kan pengetahuan yang sudah di miliki. Â Padahal mungkin diri mengetahui bahwa pengetahuan yang sekarang dimiliki memiliki pertentangan dengan hati nurani dalam pengaplikasiannya. Â Banyak contoh yang tidak perlu disebutkan ketika diri melakukan sesuatu namun hakekatnya bukan untuk tujuan baik melainkan sekedar untuk melampiaskan hasrat dan kuasa agar menjadi populer saja.
Perenungan atas kepemilikan ilmu yang ada sekarang perlu dilakukan agar memunculkan sebuah kesadaran diri atas kondisi bangunan diri yang sekarang dibangun. Â Hasil dari perenungan tersebut akan menemukan pertanyaan yang besar dan menumbuhkan semangat agar mampu merenovasi atau membangun ulang bangunan yang sudah ada.
Tugas Diri
Kepemilikan ilmu yang ada sekarang ini bukanlah hal yang keliru manakala dihubungkan dengan hakekat membangun potensi diri manusia. Â Karena kepemilikan ilmu sekarang yang dimiliki adalah sebagai modal dasar kehidupan diri dalam mencari nafkah dan kehidupan esok. Â Namun manakala dihubungkan dengan hakekat potensi diri yang sesungguhnya mungkin diibaratkan sebagai sebuah bangunan yang tidak layak ataupun mudah runtuh dan goyah dengan terpaan badai kehidupan.
Maka tidak heran manakala bangunan yang seperti ini diri miliki menjadikan diri sering kali mudah  runtuh atau goyah dan mengubah prinsip hidup manusia.  Fenomena diri mudah berubah prinsip hidup dan tidak siap menghadapi kondisi kehidupan sudah menjadi hal yang umum dan di anggap hal yang wajar karena alasan manusiawi. Alasan yang dikatakan manusiawi ini sebetulnya sebuah alasan yang menurunkan derajat kesempurnaan diri.  Karena ketika diri dikatakan manusiawi tak ubahnya dengan alasan karena diri bersifat hewani.
Kondisi yang demikian itu bukan karena diri tak memiliki ilmu namun akibat pengetahuan yang ada mengatakan bahwa alasan tersebut dapat diterima kebenarannya secara logika. Logika yang mana? Â itulah pertanyaan seterusnya. Â
Memang seperti masuk dalam kategori "diri yang tak berillmu" manakala diri mudah dalam berubah prinsip hidupnya, namun itulah sebetulnya hakekat bangunan yang kokoh dari membangun potensi diri. Â Padahal sebetulnya diri adalah orang cerdas dan pintar bahkan dikatakan manusia lain bahwa orang yang berilmu. Â Namun manakala pengetahuan yang dimiliki tidak didasarkan atas teori keseimbangan maka hakekatnya diri adalah miskin akan ilmu. Â Karena hanya mementingkan bangunan pada satu sisi (fisik atau rohani) sehingga menghasilkan bangunan yang lemah.
Sebuah kerugian manakala diri selalu dalam terpenjara dalam pemahaman yang seperti ini. Perenungan perlu dilakukan agar diri menemukan kesadaran untuk selalu mengevaluasi kondisi diri. Â Bentuk perenungan untuk menemukan kesadaran inilah hakekat dari proses belajar yang sesungguhnya yang merupakan tugas diri sebagai manusia yang memiliki potensi.
(Berlanjut pada tugas diri untuk membangun diri pada  artikel selanjutnya).
Penutup
Hanya sekedar humor Sufi yang tidak ada yang pantas untuk ditertawakan. Â Yang pantas ditertawakan adalah perbedaan pemahaman penulis dengan pembaca.