Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Potensi Diri (Renungan Akhir Tahun 2022)

30 Desember 2022   19:30 Diperbarui: 30 Desember 2022   19:30 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tahun 2022 hampir dipenghujung dan banyak fenomena kondisi kehidupan yang seharusnya menjadi bahan kajian agar diri tetap fokus dalam orientasi "baca dan belajar".  Mulai dari bahasa alam yang berupa musibah dan bencana akibat perilaku diri yang membuat ketidakseimbangan kehidupan alam hingga pertumpahan darah antar sesama manusia.  Sebagai bukit alam pun mulai tidak bersahabat dengan munculnya bencana yang merata di seluruh dunia, hingga pembunuhan baik karakter maupun pertumpahan darah semakin banyak terjadi.

Dua kondisi ini diakibatkan oleh tidak adanya kontrol diri manusia dan mungkin melupakan status sebagai makhluk yang sempurna.  Pentingnya diri dapat mengontrol perilaku sebagai makhluk yang memiliki derajat mulai mungkin tidak cukup apabila diri hanya hidup dengan pemahaman yang berkembang dan ada sekarang.  Maka orientasi "baca dan belajar" harus berubah kiblat agar perjalanan kehidupan tidak tersesat yang mengakibatkan menjadi pribadi yang berperilaku diluar batas kehidupan.

Ketika diri menjadi pribadi yang hidup diluar kendali dan menjadi pribadi yang diluar batas ini menjadikan diri seperti tuhan-tuhan baru bagi alam dan sesama manusia lain. Maka segala kehendak yang dimiliki harus menjadi kenyataan karena hidup hanya sekedar untuk hasrat dan kuasa agar dapat berkuasa.  Kondisi ini hakekatnya sebetulnya diri sebuah kemunduran kualitas kehidupan dan menjauhkan dari kesempurnaan hidup serta terjerumus dalam lubang kehinaan.

Ego dirilah sebetulnya menjadikan diri berperilaku demikian.  Ego diri  digunakan sebagai sebuah dasar keyakinan yang dipakai sebagai pijakan atau dasar untuk pengambilan keputusan dalam beraktivitas dalam mencari bekal kehidupan.  Dan ego pasti ditemukan serta dimiliki oleh setiap diri manusia namun kualitas ego dipengaruhi oleh benar atau kelirunya pemahaman yang selama ini dicari.

Pemahaman ego yang benar dengan "baca dan belajar" dengan pengetahuan yang diberikan oleh Sang Pencipta akan menjadikan manusia menemukan potensi diri sebagai makhluk yang baik.  Sehingga output yang dihasilkan adalah sejalan dengan tugas dan wewenang diri sebagai manusia yang sesungguhnya.  Maka perilaku diri yang memiliki ego "golongan kanan" adalah pribadi diri yang selalu hidup dalam keseimbangan kehidupan.

Namun manakala diri memiliki pemahaman yang keliru dengan hanya sekedar baca dan belajar pemahaman yang ada maka akan  tidak pernah berhasil menemukan potensi sebagai makhluk yang sempurna.  Sebuah kerugian manakala diri tak memiliki kesadaran tentang hal ini.  Hal ini mengakibatkan diri terjebak pada perilaku yang mementingkan diri karena menganggap bahwa kebutuhan diri adalah sebagai prioritas kehidupan dalam hidupnya.

Musibah dan bencana alam merupakan sentilan dari rekan koalisi dalam kehidupan akibat diri terlalu memuja atau memuaskan ego diri. Keinginan untuk menjadi tuhan bagi semesta alam yang selama ini menjadi orientasi kehidupan agar diri menjadi populer dan mampu mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya merupakan hal yang biasa dan merupakan bagian dari pemuasan hasrat diri.  Hal ini akibat dari diri yang "kurang gaul" dan kesadaran tentang tujuan hidup.

 Perilaku diri seperti ini dapat dikatakan sebagai "kelompok ego kiri" dan menjadikan diri selalu dalam arah perjalanan yang keliru.  Potensi diri tidak pernah ditemukan dan mengkibatkan diri sulit untuk mencapai titik kepuasan dan kebahagian hidup.  Maka untuk mencari kepuasan dan kebahagiaan hidup adalah dengan mencari "nilai hidup yang palsu" karena tempat untuk nilai itu tak pernah ditemukan.

Musibah Dan Potensi Diri Manusia

Perilaku yang dapat melakukan syukur adalah buruan dari setiap makhluk.  Karena dengan mendapatkan perilaku ini diri akan menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi segala bentuk kehidupan baik dalam kondisi susah atau senang.  Hal ini mengakibatkan diri akan menjadi manusia yang selalu "enjoy" dalam segala kondisi dan tenang ketika menghadapinya.

Banyak diri yang tak pernah mendapatkan pribadi yang dapat melakukan syukur.  Ketika merasa bersyukurpun kadang hanya sekedar kiasan bibir yang tak pernah didukung oleh syukur yang berasal dari kepemilikan potensi diri.  Kepemilikan Potensi diri  yang belum optimal ini menghalangi langkah untuk selalu menerima realita perjalanan kondisi kehidupan.

Ketika diri tak pernah menemukan potensi diri yang hakekatnya diberikan kepada semua manusia maka hidup akan terbelenggu oleh sebuah rasa ketamakan yang tanpa batas.  Ketamakan ini mengakibatkan diri menjadi tak terkendali karena menginginkan hal yang diluar batas keseimbangan kehidupan alam semesta dan mengakibatkan diri menjadi pribadi yang turun derajatnya.

Posisi diri yang diluar keseimbangan akibat dari ketamakan ini menjadikan  pribadi yang tak dapat mencapai makna bersyukur.  Akibatnya diri selalu lupa bahwa hidup memiliki aib dan melupakan kritik atau ajaran tentang kehidupan yang baik.  Sebuah peta langkah kehidupan yang mungkin umum di temui pada diri kita.

Bencana dan musibah serta peperangan merupakan ujian dalam kehidupan manusia.  Karena dengan tiga hal tersebut diri diharapkan untuk mampu mendengar bahasa alam dan mampu mengambil hikmah atau nilai lain yang ada dalam setiap peristiwa yang terjadi.  Mendengar bahasa alam dan mampu mengambil hikmah dapat dilakukan manakala diri memiliki kesadaran.

Kepemilikan atas sebuah kesadaran mungkin dapat dimunculkan dengan sebuah benturan peristiwa yang hebat.  Hal ini dikarenakan kebiasaan diri yang terlalu merasa nyaman dalam kehidupan.  Maka dengan adanya bencana dan musibah serta fenomena lain yang dirasa menjadi beban yang berat pada setiap diri kita dapat memercikkan cahaya kesadaran yang selama ini mati akibat dari kesibukan dalam beraktivitas.

Kesibukan diri yang tak pernah menemukan kesadaran ini akibat diri tak pernah mencari nilai hikmah dan penalaran yang seharusnya digunakan.  Karena pemahaman dan pengetahuan tidak pernah menjadi sebuah bekal kehidupan manakala pencarian hikmah dan nalar tidak pernah dikembangkan.  

Musibah Akibat Pencarian Materi

Potensi diri lah sebetulnya muara dari dua hal (hikmah dan penalaran) tersebut.  Karena mengenal dan memaksimalkan kerja dari Indra dan hati yang dimiliki adalah proses kerja diri untuk menemukan potensi diri.  Potensi diri ini akan memunculkan konektivitas diri dengan hakekat pemahaman kehidupan sehingga memunculkan hidup diri dalam kesadaran yang hakiki.

Ketika potensi diri mampu ditemukan dan digunakan dalam aktivitas kehidupan maka segala bentuk pemikiran, penalaran, perenungan dan akal akan selalu menjadi "teman diskusi" dalam mengambil setiap keputusan tindakan.  Potensi diri inilah yang sebetulnya merupakan "materi diri" yang harus diperjuangkan dalam kesibukan aktivitas dan bukan materi yang ada sekarang yang diraih untuk bekal kehidupan.  

Pengubahan makna materi inilah sebetulnya akan menjadi diri menjadi manusia yang sesungguhnya.  Sama sama hidup memperjuangkan materi namun materi yang satu adalah bentuk perjuangan untuk menemukan potensi diri.  Dengan mengumpulkan pemahaman untuk mencari materi ini maka hidup akan mampu dalam alur perjalanan yang benar dan outputnya adalah keseimbangan kehidupan alam semesta.

Arti materi yang ada dalam menemukan potensi diri bukan sebagai sebuah yang fisik melainkan sesuatu yang abstrak dan berupa pemahaman atau pengetahuan.  Karena dengan kepemilikan pengetahuan tentang hidup diri menjadi pribadi yang tak pernah melampaui batas kehidupan.  Kondisi ini diri bukan menjadi orang yang terpenjara dengan materi melainkan menjadi pribadi yang selalu mampu bersyukur dalam kehidupan akibat kesadaran yang dimilikinya.

Namun manakala diri menemukan materi dalam definisi fisik maka kesibukan hanya diibaratkan seperti "sibuk mengumpulkan kayu bakar".  Hal ini dikarenakan aktivitas diri hanya seperti "membakar diri" dalam kehidupan.  Maka rasa dahaga dan kurang adalah sesuatu yang biasa dalam kehidupan.

Kondisi yang demikian menjadikan diri termasuk golongan diri yang disibukkan urusan kehidupan dunia.  Jubah dan pakaian popularitas adalah output dari kesibukan pengumpulan materi.  Dan kelupaan diri akan tugas menjadikan diri hidup dalam kehidupan yang diluar batas.

Sentilan Sang Pencipta melalui bahasa alam berupa bencana atau musibah, dan saling menumpahkan darah diantara saudara adalah bentuk gesekan materi agar diri kembali hidup dalam kesadaran. Harapan dari sentilan ini adalah semangat baru dengan munculnya percikan api kesadaran yang akan berubah menjadi cahaya yang hidup serta mampu menerangi diri manusia.  Penerangan ini adalah sebuah bentuk lentara perjalanan untuk menemukan potensi dan alur perjalanan diri manusia agar mampu menjalankan tugasnya sebagai wakilNYA. 

Memang tidak banyak diri yang akan muncul kesadaran dari sentilan itu bahkan diri kita pun akan mencari kambing hitam atas musibah dan peperangan yang terjadi.  Hal ini sudah terbiasa dalam hukum alam karena setiap peristiwa akan selalu muncul dua kubu yaitu kubu yang mampu mendapat hikmah dan kubu yang tak dapat apa-apa. 

Harapan yang baik pasti untuk diri kita agar selalu dapat menangkap isyarat bahasa alam dan menjadi sebuah kesadaran agar mampu bangkit dari segala peristiwa yang ada.  Dan bukan diri yang semakin terpuruk dan berkeluh kesah dengan peristiwa yang terjadi.

Penutup

Hanya sekedar humor sufi dan tidak ada yang pantas untuk ditertawakan.  Namun ketika terjadi sebuah perbedaan pemahaan dan dianggap lucu, itulah yang pantas untuk ditertawakan.


Setiap diri manusia adalah seorang musafir....  Baik diri yang baik maupun yang belum baik...  Karena hakekatnya diri memiliki hati... Untuk bekal dalam perjalanan hidup yang hakiki
Diri yang baik akan menjadi salinan Sang Pencipta... Yang berguna sebagai cermin kehidupan di alam yang fana... Tak perlu sedih dan gundah gulana... Berteriaklah inilah aku sebagai cermin untuk peta perjalanan.

Magelang, 30/12/2022

Salam 

KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun