Kondisi yang demikian menjadikan diri termasuk golongan diri yang disibukkan urusan kehidupan dunia. Â Jubah dan pakaian popularitas adalah output dari kesibukan pengumpulan materi. Â Dan kelupaan diri akan tugas menjadikan diri hidup dalam kehidupan yang diluar batas.
Sentilan Sang Pencipta melalui bahasa alam berupa bencana atau musibah, dan saling menumpahkan darah diantara saudara adalah bentuk gesekan materi agar diri kembali hidup dalam kesadaran. Harapan dari sentilan ini adalah semangat baru dengan munculnya percikan api kesadaran yang akan berubah menjadi cahaya yang hidup serta mampu menerangi diri manusia. Â Penerangan ini adalah sebuah bentuk lentara perjalanan untuk menemukan potensi dan alur perjalanan diri manusia agar mampu menjalankan tugasnya sebagai wakilNYA.Â
Memang tidak banyak diri yang akan muncul kesadaran dari sentilan itu bahkan diri kita pun akan mencari kambing hitam atas musibah dan peperangan yang terjadi. Â Hal ini sudah terbiasa dalam hukum alam karena setiap peristiwa akan selalu muncul dua kubu yaitu kubu yang mampu mendapat hikmah dan kubu yang tak dapat apa-apa.Â
Harapan yang baik pasti untuk diri kita agar selalu dapat menangkap isyarat bahasa alam dan menjadi sebuah kesadaran agar mampu bangkit dari segala peristiwa yang ada. Â Dan bukan diri yang semakin terpuruk dan berkeluh kesah dengan peristiwa yang terjadi.
Penutup
Hanya sekedar humor sufi dan tidak ada yang pantas untuk ditertawakan. Â Namun ketika terjadi sebuah perbedaan pemahaan dan dianggap lucu, itulah yang pantas untuk ditertawakan.
Setiap diri manusia adalah seorang musafir.... Â Baik diri yang baik maupun yang belum baik... Â Karena hakekatnya diri memiliki hati... Untuk bekal dalam perjalanan hidup yang hakiki
Diri yang baik akan menjadi salinan Sang Pencipta... Yang berguna sebagai cermin kehidupan di alam yang fana... Tak perlu sedih dan gundah gulana... Berteriaklah inilah aku sebagai cermin untuk peta perjalanan.
Magelang, 30/12/2022
SalamÂ
KAS