Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Potensi Diri (Hidup yang Selalu Berkeluh Kesah)

10 Desember 2022   07:00 Diperbarui: 10 Desember 2022   07:00 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kehidupan sekarang ini jika diri mau jujur akan melihat dan mendengar bahwa setiap manusia (termasuk diri kita) selalu dalam kondisi yang ber keluh kesah.  Memang ini bukan hal yang tidak aneh karena sudah digariskan bahwa setiap diri manusia akan memiliki "penyakit" ini.  Bahkan penyakit ini tidak hanya dilakukan oleh orang yang berkecukupan dan berpangkat akan tetapi juga sering didengar dari mereka yang serba kekurangan.

Diri kita yang berkecukupan mungkin tanpa sadar akan selalu berkeluh kesah atas pencapaian hasil yang kurang maksimal dari tindakan yang telah dilakukan dan bahkan sering merasa iri atas keberhasilan dari pihak lain.  Misalnya tidak diterimanya proyek yang diharapkan untuk dapat menambah pundi-pundi penghasilan ataupun adanya sebuah aturan baru yang mengurangi kebebasan dalam usahanya.

Demikian juga bagi diri kita yang dalam hidup mengalami kekurangan akan selalu mengungkapkan dampak dari kondisi akibat dari naiknya harga kebutuhan pokok ataupun aturan yang membatasi gerak dalam mencari uang untuk nafkah kebutuhan hidup sehari-hari.  Dan mungkin juga jeritan atas kondisi atas posisi diri yang selalu diinjak-injak oleh penguasa dan digunakan sebagai korban atas keberhasilan para pemilik kekuatan untuk tangga kesuksesan karir mereka.

Maka tak heran jika diri berkumpul atau berkomunikasi dengan diri manusia lain pasti akan selalu mendengar keluh kesah dengan macam variasi yang ada.  Ibarat sebagai sebuah kebiasaan keluh kesah dianggap sebagai hal yang lumrah dan wajar bagi setiap diri manusia yang hidup di dunia ini.

Padahal penyakit keluh kesah merupakan sebuah halangan awal yang dihadapi oleh setiap diri manusia untuk menemukan potensi yang dimiliki. Karena sebelum diri manusia diciptakan sudah dinyatakan bahwa keluh kesah merupakan sifat alami yang dimiliki akibat dari "bahan dasar" diciptakannya sebagai makhluk Tuhan.  Karena berasal dari tanah maka bentuk sempurna dari tanah tergantung pada respon dari kondisi eksternal yang ada.

Kondisi eksternal yang selalu mengkondisikan "bentuk dan posisi" tanah tersebut menjadikan ketidak terimaan atas diri dengan kehidupan yang dijalani.  Penyakit ketidak terimaan atas kondisi inilah menjadikan diri sulit untuk mencapai derajat sempurna manakala keluh kesah menjadi dominasi dalam kehidupan dan mengalahkan aktivitas baca dan belajar agar diri mampu hidup dengan memiliki kemampuan adaptasi atas pengaruh eksternal yang ada.

Ketika kondisi diri kita seperti ini maka hidup akan seperti penjara akibat kondisi selalu menjadi modal awal untuk kesibukan dalam berkeluh kesah.  Maka tak dipungkiri lagi bahwa keluh kesah akan menjadikan batu sandungan karena diri tidak pernah menemukan pijakan awal untuk menemukan potensi diri menuju manusia yang sempurna. Sebuah kerugian manakala diri tak pernah menemukan kesadaran atas kondisi diri yang didominasi keluh kesah ini.

Arti keluh kesah

Kesadaran harus dibangun dalam diri dengan secara rutin dan kontinyu selalu melakukan aktivitas baca dan belajar.  Aktivitas ini akan memberikan tambahan bahan dan pemahaman tentang penyakit keluh kesah agar diri mampu mengelolanya.  Kesadaran akan membawa diri untuk bisa melampaui penyakit bawaan dasar agar mampu menemukan potensi diri sebagai manusia sempurna.

Kesadaran dan perenungan atas penyakit dasar diri kita ini menjadikan diri mampu mendefinisikan aktivitas sehari-hari yang sering dilakukan sebagai bagian dari keluh kesah tersebut.  Terdapat lima aktivitas umum yang diri kita lakukan yang merupakan bagian dari penyakit keluh kesah tersebut yaitu: 

Pertama berkeluh kesah diartikan sebagai bentuk mengeluh. Mengeluh merupakan ketidakterimaan diri atas kondisi yang dialami akibat dari berat dan susahnya perjalanan kehidupan yang dijalaninya.

Kedua berkeluh kesah diartikan sebagai bentuk mengadu. Mengadu merupakan sebuah tindakan yang membenturkan dua kekuatan yang dirasa memiliki dominasi dan biasanya diikuti dengan keinginan diri seperti menghasut pihak yang tak disukai.

Ketiga berkeluh kesah diartikan sebagai bentuk mengomel. Mengomel merupakan bentuk tersentuhnya ego diri yang di sertai dengan sikap marah atau menggerutu atas peristiwa dan kondisi yang dialami dalam kehidupan.

Keempat berkeluh kesah diartikan sebagai bentuk merintih.  Merintih adalah sebagai bentuk ketidakberdayaan diri atas sebuah kondisi yang dirasakan tidak mampu untuk dihadapi atau dijalani.

Kelima berkeluh kesah diartikan sebagai bentuk kelah. Kelah yang bermakna bentuk pemberitahuan yang disertai permintaan. Kelah ini tidak hanya dilakukan kepada diri manusia lain yang dirasa lebih memiliki power  ( kekuasaan dan kekuatan) namun juga kepada Sang Pencipta agar menindak atau memberikan perhitungan kepada orang yang telah menindas diri kita.    

Ketika diri mampu memahami arti dan makna dari keluh kesah ini mungkin diri merasa malu karena aktivitas berdoa pun mungkin merupakan bagian dari keluh kesah.  Memang bukan hal yang dilarang dalam berdoa diri mengungkapkan keluh kesah kepada Sang Pencipta.  Namun apakah diri tak pernah memiliki rasa bersyukur atas posisi yang dijalani ini merupakan bagian dari langkah pendewasaan agar menjadi manusia sempurna.

Mungkin dapat dikatakan manakala diri setiap hari hanya mengungkapkan hal keluh kesah ini ibarat diri seperti menggugat Sang Pencipta dengan ketidak terimaan kondisi yang dijalani.  Ketika hal ini selalu diungkapkan mungkin Tuhan bukan memberikan kabar gembira yang dengan ditambahnya kenikmatan agar diri mampu merasakan kebahagiaan hidup tetapi menambah panjang perjalanan yang sulit agar diri sadar dengan posisi yang harus diembannya.

Maka tak heran sekarang ini fenomena kondisi hidup yang berat dari mulai musibah yang diakibatkan oleh manusia itu sendiri dan campur tangan alam melalui bencana hanya sekedar untuk mengingatkan diri agar jangan berkeluh kesah.  Tugas diri adalah menerima dengan lapang dada atas posisi dan kondisi hidup agar diri selalu menerima dan berupaya untuk bangkit dari keadaan.   Karena tugas diri bukan berkeluh kesah melainkan menemukan potensi diri agar mampu mengemban amanat sebagai bentuk bersyukur diciptakan sebagai makhluk sempurna.

Penyebab Keluh Kesah Dan Hilangnya Potensi Diri

Introspeksi yang menimbulkan kesadaran diri memberikan pemahaman bahwa penyebab keluh kesah adalah sifat ketidak inginan hidup susah dan rasa iri hati.  Ketidakinginan hidup susah adalah sifat dasar utama semua makhluk hidup bahwa diri kita tidak ingin hidup susah.  Karena ini diakibatkan oleh pemahaman yang keliru bahwa diciptakan diri dan alam semesta adalah diberikan untuk kebahagiaan manusia maka menjadikan sifat manja dan malas memenjara kehidupan.

Hidup yang serba gampang dan berkecukupan adalah harapan yang dimiliki.  Namun manakala keluh kesah sudah menjadi budaya dalam kehidupan sehari hari maka harapan itu berubah menjadi sebuah angan belaka.  Hal ini bisa terjadi karena sifat penerimaan diri hilang tertutup dengan pemberontak atas kondisi yang dialami.

Penyebab keluh kesah yang lain adalah rasa iri hati.  Iri hati muncul apabila diri tak pernah hidup dalam kesadaran akibat dari kepemilikan rasa sakit akibat dari melihat nasib baik diri makhluk lain.  Rasa iri hati ini digerakkan oleh indra (perasaan) diri kita yang dominan dalam kehidupan. Dominasi perasaan yang mengalahkan indra lain (pikir dan keinginan) dan hati yang tak mampu bekerja akibat tak pernah kerja menjadikan kehidupan diri hanya selalu digerakkan oleh angan dan kekhawatiran tentang kehidupan yang dijalani.

Rasa iri hati merupakan penyakit yang kronis bagi makhluk hidup.  Karena dari iri hati inilah menjadikan diri turun derajat menjadi makhluk yang sempurna menjadi manusia yang memiliki derajat paling rendah dibandingkan dengan yang lain.  Ketidak terimaan atas nikmat yang diberikan kepada orang/makhluk lain inilah sebetulnya merupakan sebuah pembangkangan diri kepada Sang Pencipta.

Sebuah kesalahan yang fatal jika diri tak memiliki kesadaran akan hal ini.  Karena diri tak mampu memaksimalkan Potensi diri yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia.  Ibaratnya diberikan hal yang penting untuk menjalani kehidupan agar mampu meraih kebahagian namun diri tak pernah memiliki kesadaran untuk memilikinya.

 Maka perlu kiranya memahami akan potensi diri sebagai bekal awal untuk menjalani kehidupan diri.  Potensi diri akan dapat diraih manakala diri mampu mengenal hakekat dan kerja dari indra yang diberikan agar diri mampu meraih keseimbangan atau kemanunggalan hidup dan bukan meraih ego diri akibat diri tak mampu meng"kerja"kan indra secara prosedur yang benar.

Potensi diri yang merupakan kerja diri sebagai manusia dapat bekerja secara maksimal adalah dimulai dengan mengembalikan hati menjadi bersih agar mampu bekerja sebagai poros kerja dari indra (pikir, perasaan, dan keinginan).  Kerja yang maksimal inilah yang mampu menghilangkan penyakit keluh kesah dan penyakit-penyakit bawaan yang ada pada diri manusi.  Namun manakala hati tak pernah mampu menjadi bersih maka harapan diri untuk meraih potensi diri tidak mungkin dapat tercapai.

Penutup

Hanya sekedar humor sufi yang tidak ada bahan untuk ditertawakan.  Namun pemahaman yang berbeda tentang potensi diri yang terbelenggu oleh rasa keluh kesah ini yang mungkin sebagai bahan tertawaan dan kajian untuk para pembaca.

Tanpa pengetahuan tak mungkin diri mampu menemukan teknologi...  Karena pengetahuan yang menimbulkan kecerdasan dan kesadaran pentingnya kehidupan ini..
Tanpa pengetahuan tak mungkin diri mampu keluar dari rasa keluh kesah ini... Karena pengetahuan yang akan membukakan hati untuk menemukan potensi diri.

Magelang, 9/12/2022

Salam  KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun