Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Subyektivitas Kebenaran

9 November 2022   05:00 Diperbarui: 9 November 2022   05:07 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arti Subyektivitas Kebenaran

Demikian juga dengan pemahaman tentang masalah arti atau makna dari kata subyektivitas kebenaran seharusnya diri juga melakukan sebuah penggalian makna sebelum mengatakan kata yang sama kepada diri manusia lain. Diri bukan diciptakan seperti burung beo yang bisa ngomong tapi tak tahu makna yang benar dari ucapan yang keluar dari mulut.   

Ketika diri kita berkata subyektivitas kebenaran namun hanya sekedar latah atau ikut-ikutan sehingga tidak pernah paham makna sesungguhnya maka posisi kita adalah laksana buih yang mengikut arus.  Sebuah kerugian jika diri masih dalam kondisi yang seperti ini karena diri tak pernah menemukan eksistensi sebagai makhluk yang sempurna.  Karena tak pernah mau menggunakan akal untuk belajar.  

Dua alur pemahaman yang ada tentang subyektivitas kebenaran yang sampai sekarang diyakini kebenarannya yaitu para pemikir klasik dan pemikir modern.  Para pemikir klasik mengatakan bahwa subyektivitas kebenaran adalah merupakan sebuah pengetahuan yang dimiliki oleh subyek dalam menangkap obyek baik secara empiris maupun secara logika.   Hasilnya mengakibatkan bahwa kebenaran merupakan sebuah kebenaran yang dapat dibuktikan secara umum/fisik/jasadiyah.

Pemahaman yang seperti ini mengakibatkan subyektivitas kebenaran adalah sebuah pendapat yang terpinggirkan atau memiliki kadar rendah walaupun dapat dibuktikan dengan fakta-fakta yang diterima oleh logika.  Namun karena peran dari subyek dominan dalam menyusun skenario agar dapat diterima kesimpulannya sebagai sebuah kebenaran.  

Pemikiran klasik yang demikian dapat dikatakan bahwa kebenaran adalah tergantung pada subyeknya  dan kebenaran itu sendiri dijadikan sebagai obyek atau tujuan akhir dari olah pikirnya  (baca : Obyektivitas kebenaran).  Maka seorang pemikir modern mengkritisi bahwa pemahaman ini dikatakan sebagai sebuah "kebenaran itu hanya jalanku untuk mencapai tujuan". 

Sedangkan pemikir modern mengubah orientasi menjadi lebih kearah in self (ke dalam diri).  Yang berarti bahwa kebenaran itu berasal dari luar dan masuk ke dalam dirinya.  Perbedaan ini menunjukkan bahwa diri adalah merupakan bagian dari umum.  Jika umum benar maka ketika diri menganggap itu dan bermakna untuk diriku adalah sebuah kebenaran maka dikatakan inilah sebetulnya subyektivitas kebenaran. Sebetulnya pemikir modern ini mendekati pada pemahaman pada kebenaran yang obyektif.  Yang artinya bahwa dikatakan sebagai sebuah kebenaran jika itu merupakan kebenaran dan memiliki manfaat untuk diri manusia pribadi.  

Dua alur pemahaman yang ada ini ternyata merupakan sebuah "permainan kebenaran" manusia untuk tujuan keberlangsungan kehidupan dan tidak dianggap sebagai orang yang tidak benar.  Karena usahanya baik secara subyek maupun obyek adalah untuk kepentingan memuaskan ego diri sebagai manusia.  Seperti contoh dalam artikel obyektivitas kebenaran terdapat empat pihak yang ada dalam persidangan dimana empat pihak akan mengungkapkan fakta-fakta yang ada menurut kacamata mereka masing-masing.  Maka tidak salah ketika diri mereka melakukan hal itu karena memang secara pengetahuan yang dimiliki dan didasarkan atas alur kebenaran hal itu memang dibenarkan.  

Dan tidak heran jika hal seperti ini terjadi pada diri kita yang ingin mencapai tujuan namun menggunakan jalan yang keliru.  Sebuah era "salah jalan" namun merupakan kebenaran yang diakui kebenarannya.  Maka sebagai seorang yang berpengetahuan wajib sebetulnya mengkritisi arti kebenaran yang selama ini diakui dan mencari makna yang absolut tentang kebenaran.  

Makna Subyektivitas kebenaran

Makna kebenaran sekarang ini  banyak yang jauh dari hakekat kebenaran.  Karena kebenaran yang ada sekarang adalah sesuatu yang merupakan ukuran dari manusia dan hanya tujuan akhir dari proses usaha diri  kita. Dan kebenaran merupakan sebuah tujuan untuk mempertahankan eksistensi kehidupan.  Karena kebenaran hanya sebagai hal tersebut maka keseimbangan atau salah jalan kehidupan manusia jauh dari hal yang seharusnya dijalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun