Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Obyektivitas Kebenaran

7 November 2022   00:01 Diperbarui: 7 November 2022   00:00 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilik ayam pun minta tolong ke pengadil untuk memutuskan apakah ayamnya dibunuh atau memang mati karena kesalahan ayam makan ditengah jalan. Berat memang bagi si pengadil untuk memutuskan secara obyektif masalah tersebut karena dirinya hanya mendengar dari cerita dan bukti-bukti yang sudah di manipulasi oleh supir.  Dan alhasil si supir memenangkan dan dianggap dirinya tidak salah oleh pengadil.

Kondisi supir yang mencari kebenaran yang demikian mungkin dapat diterima oleh masyarakat karena  dapat meyakinkan pengadil dengan skenario yang dibuat dan saksi-saksi yang di bayar untuk menguatkan keterangannya.  Namun sebetulnya supir akan merasakan jiwa yang tidak tenang walaupun masalah nya selesai dan dirinya dalam "kebenaran".

Ketika kekeliruan dianggap benar dan supir tidak merasa bersalah karena dalam dirinya tidak merasakan jiwa yang memberontak. maka inilah sebetulnya contoh dari diri kita yang tidak memiliki hati yang bersih (hati masih berselimut).  Dan realita dalam kehidupan sekarang kondisi diri yang demikian banyak dan tidak pernah memiliki keinginan untuk menuju hati yang bersih.  Bahkan masalah hati yang bersih mungkin adalah hal yang langka dan terlupakan oleh diri kita.

Maka tidak salah jika sebetulnya makna dari obyektivitas kebenaran tidaklah seperti yang sekarang ini ada dalam gambaran diri kita.  Karena makna obyektivitas kebenaran jauh lebih dalam artinya, karena harus dimulai dari pencarian hati yang bersih.  Tugas diri manusia haruslah mencapai titik kebersihan hati agar dalam kehidupan terjadi sebuah kondisi yang ekuilibrium.

Penutup

Sebuah humor yang sekedar mengingatkan makna dari hakekat obyektivitas kebenaran yang harus dicari dalam kehidupan diri manusia.  Mungkin berbeda gambaran tentang hal ini dengan para pembaca yang diakibatkan oleh alur pikir yang mungkin berbeda.  Hanya sekedar humor tidak ada yang lucu dalam tulisan dan mungkin yang pantas ditertawakan adalah perbedaan pendapat dengan asumsi yang dimiliki oleh pembaca.

"Hati ibarat as dalam sebuah roda, Ketika hati berkarat maka rodapun tak akan dapat berjalan dengan baik, Demikian juga dengan hati diri manusia, Ibarat as untuk kerja dari indra manusia."

Magelang, 6/11/2022

Salam 

KAS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun