Pendidikan merupakan sebuah sarana dan wadah di dalam mempersiapkan diri  dan anak-anak di masa mendatang.  Persiapan untuk diri karena hal ini berhubungan dengan mempersiapkan generasi yang akan meneruskan langkah perjuangan di kehidupan ini.  Maka tugas untuk mencarikan lembaga pendidikan yang baik adalah tugas diri sebagai orang tua agar anak-anak mampu hidup mandiri dan menjadi generasi yang berkualitas dalam berkehidupan di masa depan.
Maka tidak heran bagaimana campur tangan para orang tua jaman sekarang yang berperan aktif di dalam mencarikan sekolah/tempat kuliah untuk anak-anaknya.  Karena ketika dibiarkan siswa mencari sendiri pasti akan tidak sesuai dengan harapan karena kalah "perang" dengan calon siswa/mahasiswa yang lain akibat "kondisi  atau latar belakang" yang dimiliki.Â
Dan kondisi sekarang adalah sulit untuk menemukan lembaga pendidikan yang "pas" sesuai dengan tujuan dari diri kita sebagai orang tua untuk mencarikan tempat belajar bagi anak sangatlah sulit. Â Ini tidak hanya terjadi di pendidikan dasar bahkan sampai perguruan tinggi pun untuk memilih sekolah/universitas tidak semudah dalam membalikkan tangan.
Problema dimulai dari menemukan sekolah/perguruan tinggi yang pas (bisa dikatakan favorit), kompetisi untuk dapat kursi belajar/kuliah hingga biaya yang ditentukan untuk dapat masuk. Â Apakah mungkin ini sebagai sebuah kondisi yang tidak sadar menjadi sebuah segmentasi pendidikan akan kembali terjadi?
Kemungkinan bagi orang tua yang berkantong tebal tidak masalah untuk dapat memasukkan ke sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang favorit, karena ada beberapa tempat pendidikan yang melakukannya seperti sebuah bentuk pasar persaingan sempurna yang  tergantung pada kondisi pasar yaitu tarikan permintaan dan penawaran.  Kesepakatan yang tertinggi adalah mereka yang bisa mendapatkan kursi untuk belajar/kuliah.
Atau mungkin adanya sebuah "sandiwara rekayasa" dari para pelaku dalam memanipulasi persyaratan ataupun di dalam menentukan kelolosan calon siswa/mahasiswa. Â Hal ini dilakukan dengan cara yang baik dan tidak melanggar aturan namun sebuah hal yang kurang baik di dalam hubungannya dengan pendidikan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sedikit "memerahkan telinga" bagi para pelaku baik dari pribadi diri kita yang mencarikan sekolah/kuliah ataupun mereka yang terlibat dalam skenario penerimaan siswa/mahasiswa. Â Banyak perilaku menyimpang yang mungkin di dengar dalam proses masuk siswa atau mahasiswa dan seakan-akan itu merupakan rahasia atau strategi yang harus ditiru oleh generasi yang akan datang.
Hal ini bukan sebagai sebuah bentuk generalisasi atas kondisi pendidikan yang ada di sekitar kita. Â Namun sebagai bentuk keprihatinan diri atas kondisi pendidikan yang diharapkan mampu memberikan kualitas pada SDM anak-anak kita yang akan menggantikan posisi para orang tua.
Ketika hal ini terjadi dan menjadi hal yang liar berkembang maka tidak mungkin suatu saat akan terjadi sebuah segmentasi pasar pada pendidikan. Â Dan mungkin inilah yang akan menjadikan sebuah cikal bakal revolusi pendidikan seperti revolusi kemerdekaan pada saat kita dijajah dahulu.
Pemahaman diri saya memahami bahwa kondisi pendidikan seperti ini di mulai sejak dimulainya pengurangan pemerintah di dalam pembiayaan terhadap sekolah-sekolah dan perubahan bentuk sebagai sekolah/kampus lembaga badan usaha. Â Sebagai perubahan bentuk sebagai badan usaha maka tak ubahnya lembaga sekolah/kampus harus mampu berdiri sendiri dan tidak menggantungkan sepenuhnya pada transfer dana dari pemerintah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!