Hal ini diibaratkan sebagai sebuah perjalanan vertikal dari bumi (Masjidil Aqso) menuju langit (Sidhratul Muntaha). Â Gambaran perjalanan vertikal inilah yang disebut sebagai hidup menembus batas yang tak terbatas. Â Karena kehidupan sudah bukan seperti kehidupan makhluk lain yang ada di bumi.
Sebagai diri manusia pilihan karena mampu berproses dengan baik dan menjadi produk yang tak cacat dan produk yang berkualitas dengan memiliki prosedur hidup yang sesuai dengan Buku Panduan. Â Maka kehidupannya di dasarkan atas ilmu dari Sang Pencipta yang mungkin diluar dari pemahaman ilmu yang ada sekarang. Â Karena pemahaman diri mampu menembus nalar manusia umum yang ada.
Sebagai produk yang tidak gagal maka diri akan selalu menjadi insan yang baik. Â Sebagai insan yang baik karena diri kita tidak lupa dengan tujuan hidup di dunia ini dan selalu ingat bahwa keberadaan diri karena Sang Pencipta. Â Akibatnya diri dalam kehidupan akan lepas dari penyakit hati karena selalu hidup bahagia (tidak sedih) dan tidak memiliki rasa khawatir dengan penghidupannya di dunia ini.
Demikian sekedar renungan diri 27 R. Â Hanya sekedar renungan diri dalam bentuk humor sufi. Â Jika salah memang layak untuk dimaafkan karena berbeda pemahaman (IP, PP & OP) atau ditertawakan.
Sang pecinta seharusnya berproses dengan baik.. Menyerap dan menyelam sampai ke dasarnya sekali... Mencari ruhani yang terdampar dilangit yang tinggi... Agar diri mampu menjadi manusia sejati...
Terima kasih
Magelang, 27/2/2022
Salam KASÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H