Tak mungkin hidup selalu dalam kesenangan
Tak mungkin hidup selalu dalam kepedihan
Kadang saat pedih diri baru ingat
Akan posisi diri yang hina
Dicaci dan dimaki hal yang biasa
Direndahkan bahkan diinjak-injak bagaikan kotoran
Tak pantas untuk berdampingan
Dengan manusia yang baru dalam jabatan
Jangan hilang harapan
Terdepak oleh sepakan mereka yang dulu sebagai teman
Jatuh diri tersungkur ke lembah putus asaan
Tawa sinis mereka selalu mengiringi derita
Jangan hilang harapan
Laksana diri hidup dalam penjara
Tak ada kebebasan untuk bersuara
Karena suara kita kalah dengan toa mereka
Jangan hilang harapan
Hidup sudah seperti penjara
Seperti hidup di ruangan yang kumuh dan pengap
Menunggu lara dan ajal menjemput diri kita
Jangan hilang harapan
Sang Raja masih berada di samping kita
Menunggu batas kesabaran diri manusia
Agar tak lelah dalam berusahaÂ
Ambil pedang "tebaslah" kepala
Karena itu adalah penjara yang sebenarnya
Terisi oleh rasa kepedihan dan ketakutan
Menjadikan diri hidup dalam lara dan nestapa
Kepedihan tak akan selamanya
Mungkin akan berubah menjadi renta
Karena sabar sudah menjadi jubah
Usaha sudah berubah menjadi nafas diri kita
Itu hanya sebatas ujian langkah hidup manusia
Menjadi kuat adalah harapan Sang Pencipta
Agar diri mampu mencari bekal
Menemui Sang Kekasih dengan ketangguhan
Kesadaran adalah obatnya
Kepedihan akan menjadi renta
Rapuh dan hancur karena kesabaran manusia
Terbangun dari pengetahuan dan keyakinan yang ada
Tak mungkin diri hidup ini selalu dalam nestapa
Karena kebahagiaan adalah pasangannya
Tinggal menunggu saat yang tepat
Ketika jiwa sudah siap menjadi rumahnya
Ibarat diri telah berpuasa
Tak pernah makan di siang hari yang panas
Tinggal menunggu saat azan maghrib tiba
Kebahagiaan pasti akan datang jua
Penderitaan hidup hanya sebatas itu saja
Renta dan mati oleh usia
Dan bersiaplah untuk menerima
Kebahagian yang tak terukur jumlahnya
Diam...diam adalah tugas kita
Karena peran Sang Kekasih pasti ada
Menjemput dan memberi hadiah pada kita
Karena kita pantas untuk menjadi kekasihNYA
Magelang, 21/2/2022
KAS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H