Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Humor Sufi: Mengenali Garis Kehidupan (Renungan Akhir Tahun 2021a)

27 Desember 2021   21:46 Diperbarui: 27 Desember 2021   21:48 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena itu manusia diminta untuk menemukan hakekat diri dengan menemukan keseimbangan dalam kehidupannya.  Dengan keseimbangan ini akan mampu mengelola self interestnya untuk menjalani kehidupan di dunia yang sementara.

Kedua: Diri manusia yang suka membuat kerusakan.  Seperti kita ketahui bahwa setiap diri manusia adalah pemimpin baik untuk dirinya sendiri-keluarga-alam semesta.  Dan setiap diri dalam menjalankan tugasnya disertai dengan bekal kehidupan yang cukup, dan bekal itu diperoleh dengan mencari di dunia ini.

Sebelum menjadi "pemimpin" untuk diri-keluarga-sesama maka langkah awal harus mencari bekal.  Namun realita yang dicari bukan bekal akan tetapi beban (baca: bekal dan beban kehidupan). Maka tidak heran diri akan selalu dibebani dengan beban dalam hidup sehari hari.

Ketika ini terjadi maka segala aktivitas pencarian akan mengalami overload yang menyebabkan ketidakseimbangan dan berdampak pada kerusakan alam semesta.  Ketidakseimbangan ini mengakibatkan diri hanya fokus pada bekal materi bukan bekal non materi.

Kerja diri yang membuat kerusakan memang sudah dipertanyakan oleh para malaikat sebelum diciptakan.  Dengan jawaban yang sama Sang Pencipta pun menjawab interuspsi dari para malaikat tersebut.  Jadi sifat merusak juga merupakan sifat bawaan yang dibawa oleh setiap diri manusia.

Tugas diri manusia hanya untuk mengelola bukan mematikan sifat merusak ini.  Kerja mengelola dapat dicapai jika diri mampu memiliki dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan ini 

Ketika: Diri manusia yang suka khawatir.  Sifat khawatir merupakan penyakit yang ditanamkan dalam diri manusia. Sifat ini menjadi baik jika diri memiliki keyakinan dalam kehidupan dan sebaliknya akan menjadi buruk jika diri selalu terbelenggu oleh "lalai".

Memang sudah fitrah diri manusia memiliki sifat bawaan lalai.  Namun lalai disini adalah lalai dengan apa yang sudah menjadi garis kehidupan manusia.

Agar diri tidak lalai maka harus selalu baca dan belajar dengan baik dan benar.  Ketika banyak diri manusia yang pandai dan pintar sekarang ini namun yang dipelajari adalah pemahaman yang "keliru" karena tujuannya adalah untuk self interest maka dampaknya adalah bukan keseimbangan kehidupan tetapi adalah kerusakan kehidupan manusia di dunia ini.

Banyak fenomena yang kita temukan jika diri mau terbuka dan sadar serta tidak terpenjara oleh ego pemahaman yang dimiliki sekarang.  Temuan perbedaan pemahaman akan membuka cakrawala baru untuk kehidupan yang lebih baik.  Bukan menyalahkan pemahaman yang berbeda karena keyakinan akan pemahaman yang dimiliki sekarang ini.

Hidup adalah keberagaman.  Bukan hidup adalah sebuah kesamaan.  Yang sama adalah tujuan kehidupan, namun keberagaman adalah jalan untuk mencapai tujuan.  Maka inilah perbedaan garis kehidupan antar setiap diri manusia dengan manusia lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun