Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Menikmati kekeliruan?

2 Desember 2021   18:00 Diperbarui: 3 Desember 2021   09:16 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup adalah sebuah perjalanan... Maka diri tak lepas dari ujian dan cobaan... Cobaan yang terberat adalah diri yang tak pernah merasa mendapat ujian.. Karena nyaman dalam kehidupan
Ketidaksadaran  diri dengan cobaan... Menjadikan hidup terasa ringan... Walaupun itupun sebetulnya sebuah ujian... Dan kebodohan diri tidak menyadari bahwa kenyamanan adalah ujian
Maka cobaan yang terberat adalah  matinya rasa dalam diri atas ujian... Dan lebih parah jika diri bergembira dengan cobaan...

KAS, 1/12/2021, Cobaan dan ujian 

Sebuah syair yang dibacakan oleh KAS (Ki ageng Sumingkir) yang merupakan tokoh spiritual dan guru mengaji di perkampungan dipelosok desa yang terpencil.  Pembacaan syair yang penuh makna merupakan kebiasaan dirinya dalam memulai sebuah perenungan aas topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut. 

Topik pertemuan ini diangkat untuk meluruskan diskusi para santri yang di dengar oleh KAS.  Diskusi tersebut membahas mengenai makna sebuah kalimat bahasa jawa yang sedang tren di kalangan santrinya. Kalimat tersebut adalah  "bener durung tentu pener ananging pener iku uwis tentu bener."

Diskusi yang sempat didengar KAS ini menjadikan tergelitik untuk menyampaikan materi kepada para santrinya agar dapat mendudukkan sebuah kalimat pada tempatnya. Mendudukkan kalimat yang benar sesuai dengan maksudnya secara komprehensip yang sesuai dengan kajian yang biasanya. 

KAS berkata: "fenomena yang terjadi sekarang ini banyak diri manusia yang beraktivitas dalam kehidupannya merasa telah melakukan sebuah hal yang benar.  Ketauhilah anak-anakku bahwa dunia hanyalah tempat singkat dan cepat berlalu. Maka diri sebagai manusia untuk tidak berlomba-lomba melakukan kekeliruan yang hanya seperti berlomba mengejar-ngejar keinginan".

"Mengejar keinginan yang dilakukan dengan aktivitas sehari-hari kelihatannya adalah hal yang benar dan sudah biasa.  Jadi ketika diri kita melakukan ini ibarat diri terbiasa dengan arus yang ada dalam kehidupan di sekitar kita. Dan pendapat yang ada bahwa kegiatan diri kita adalah sebuah hal yang benar".

"Ketahuilah anakku bahwa ketika berbicara masalah arus maka pasti akan berpikir apakah arus sungai atau arus negatif/positif.  Memang hidup diri kita itu seperti mengikuti arus namun arus mana yang kita tuju."

Mengikuti arus

Para murid terdiam dan majelis terasa sepi karena KAS berdiam sejenak dan menuju tempat duduk untuk mengambil kopinya.  Setelah dirinya duduk dan mencicipi kopi pahit yang merupakan kesukaannya dirinya melanjutkan nasehat tentang pemahaman mengikuti arus. 

Kas berkata : "Ketika kehidupan kita hanya mengikuti arus sungai maka diri akan berpikir bahwa nanti larinya adalah ke laut dan itu adalah pemahaman umum.  Bahasa ke laut adalah sebuah pemahaman yang kurang bagus karena memang akhir perjalanan adalah laut itu (kematian).  Jadi hidup hanya sekedar numpang arus sungai dan hanya menunggu saatnya diri kita mati".

"Makna dari mengikuti arus ini adalah sebuah kebiasaan diri yang hidup hanya berdasarkan pemahaman yang ada tanpa berusaha untuk mencari tahu "kebenaran" dari hal tersebut.  Hal ini dikarenakan kebiasaan diri belajar dari pemahaman pengetahuan yang turun temurun dan dianggap benar untuk sementara".

Mungkin karena capek  KAS menikmati seteguk kopi pahit dari secangkir yang diambilnya dan melanjutkan: "Ketika diri menyadari bahwa yang dilakukan sementara ini benar (menurut umum) namun ternyata ada sesuatu yang dirasa tidak pas yang menyebabkan ketidakseimbangan kehidupan berarti pemahaman yang ada sekarang ini adalah benar tapi ora pener.  Bener ora pener artinya bahwa sebetulnya ada kekeliruan dalam pemahaman pengetahuan yang ada".

"Ketika diri kita sadar mungkin akan merasa bahwa pemahaman yang digunakan untuk kehidupan adalah sebuah kekeliruan.  Kekeliruan terjadi karena pemahaman yang digunakan untuk aktivitas kehidupan jauh dari nilai-nilai yang ada dalam ajaran.  Sehingga basic root/phylosophy yang dipakai untuk mengembangkan ilmu sudah jauh dari kepentingan atau tujuan dasar manusia diciptakan dimuka bumi ini".  

"Ini terjadi ketika semua pengetahuan yang dikembangkan untuk tujuan tertentu si pembuat bukan karena tujuan tugas dari sang Pencipta.  Dan ini terjadi manakala diri manusia lepas dari buku Panduan.  Maka ilmu yang ada adalah sebuah kekeliruan bukan kesalahan".

"Orang yang keliru adalah diri yang tidak mengerti atau mengenal ajaran namun menggunakan pemahaman umum untuk aktivitas kehidupan. Maka ini sesuai dengan pepatah tak kenal maka tak sayang (he... he... he... KAS tertawa).  Namun beda dengan kesalahan adalah diri yang mengerti dan mengenal ajaran namun meninggalkan pengertian dan ajaran yang diyakini dan menggunakan pemahaman lain untuk aktivitas dalam kehidupan".

"Hai... para muridku renungkanlah hal itu antara kekeliruan dan kesalahan!".

Melawan arus

 Beberapa saat ruangan itu terdiam karena adanya tuntutan dari KAS kepada semua muridnya.  Para murid saling berdiam dan bertatapan mata untuk mencari jawaban atas perintah KAS agar merenung apakah dirinya dalam kesalahan atau kekeliruan.

Memang itu sebuah tugas berat jika diri murid harus berpikir dan merenung tentang semua yang selama ini dilakukannya.  Dan Mungkin sebuah dekonstruksi pemikiran yang sulit untuk dilakukan karena hanya sebatas murid mengaji dikampung.  Tapi bukan hal yang mustahil jika Sang Pencipta sudah berkehendak maka Kun Fa ya kun.

KAS melanjutkan perkataannya: " Jika kamu sudah yakin akan jawabanmu yang ada yaitu kekeliruan atau kesalahan maka yang kamu lakukan adalah kembali kepada Buku Panduan yang diberikan Sang Pencipta sebagai bekal dalam bermusafir dikehidupan di dunia ini.  Langkah yang dilakukan adalah dengan tidak mengikuti arus tetapi melawan arus".

"Perbuatan melawan arus adalah pekerjaan yang sulit.  Karena harus melawan arus yang kuat.  Ketika diri ditengah arus untuk menepi aja adalah perbuatan yang sulit maka melawan arus adalah bukan hal yang semudah gambaran orang.  Butuh motivasi dan keyakinan karena pasti diri akan sebagai bahan ejekan/ dibuang/ dihina ataupun mungkin bisa diinjak-injak".

"Namun jika diri melihat Jejak Nabi ada kisah Musa AS, bagaimana dirinya melawan arus dengan mengalir ke atas untuk mencari kehidupan dan menegakkan kebenaran.  Memang bukan hal mudah dan tidak ada bukti jika diri kita mampu melawan arus itu.  Tapi itu bukanlah hal yang tidak bisa jika memang arus perjalanan manusia harus naik untuk menuju hakekat kebenaran yang sejati".

"Bukan harapan diri untuk anda menjadi musa-musa baru tapi jadilah diri untuk selalu memegang teguh pemahaman yang bersumber pada Buku Panduan.  Karena dengan hal itu dirimu akan menjadi manusia yang sejati".

Suasana menjadi hening karena para santri mendengar kalimat singkat yang memiliki makna yang sangat dalam.  Keheningan ini diakibatkan kebingungan makna apa yang sebetulnya diungkap oleh KAS.

Arus positif atau negatif

Keheningan di pecah dengan nasehat yang kembali diungkapkan oleh KAS.  KAS berkata: "Anak-anakku ketahuilah jika di pemahaman yang sekarang ada dan digunakan sebagai dasar untuk kehidupan adalah hanya arus negatif/positif.  jadi memang jarang orang yang berpikir masalah arus sungai".

"Jika diri kita sekarang hanya berpikir masalah arus positif dan negatif mungkin diri hanya berpikir bahwa aktivitas adalah untuk kebaikan atau keburukan.  Namun kebaikan dan keburukan menurut siapa?  karena jelas pasti jawaban yang ada adalah mengambang. Dan ujung-ujungnya adalah diri hanya tertindas oleh pemahaman yang salah".

"Karena kebaikan dan keburukan adalah ukuran manusia yang berkuasa. Bukan ukuran dari hakekat ukuran yang sesungguhnya.  Dan juga ujung-ujungnya adalah kebaikan dan keburukan yang berdasarkan atas self interest dari pemahaman yang digunakan".

"Maka tidak heran jika kehidupan sekarang kita banyak menemukan sesuatu yang dipenuhi dengan ketidakseimbangan walaupun yang dilakukan adalah hal yang baik.  Maka hal yang baik menurut ukuran yang ada belum tentu benar menurut ukuran yang lain terlebih jika menurut ukuran Sang Pencipta pasti tidaklah pener".

"Itu sedikit diri ini ajak kamu untuk berpikir dan merenung tentang benar dan pener."

"Dan juga diskusi ini diri akhiri dengan sebuah syair kehidupan".

Ada Manusia yang merasa cukup materi dan agamanya... Namun tidak pernah diuji dengan ujian dan cobaan... Karena Tuhan tahu bahwa manusia yang seperti itu termasuk golongan yang lemah... Karena lemahnya tidak pernah tersentuh oleh nasehat.
Namun ada juga diri kita yang selalu dalam hidupnya penuh dengan ujian... Bahkan sampai dirinya disebut manusia penuh cobaan... Karena Tuhan tahu bahwa manusia itu adalah golongan yang kuat... Karena hidupnya hanya untuk menginginkan mendapatkan cinta dari San Pencipta.
 

Hanya sekedar humor sufi.  Tidak ada maksud yang lain hanya untuk tulisan dan bahan perenungan

Salam

Magelang, 2/12/2021

KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun