Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Santri, Antara Ngagem Peci dan Gondelan Sarung

21 Oktober 2021   11:26 Diperbarui: 21 Oktober 2021   11:32 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai cukup ini menggambarkan bahwa diri manusia adalah tidak memiliki tujuan yang "neko-neko" dalam menjalankan tugas dari Tuhan.  Apabila nilai cukup diartikan lain maka diri sudah memiliki difinisi lain dari "kecukupan" sehingga berdampak pada dominasi unsur negatif mengalahkan unsur positif.  Maka pasti dampaknya adalah ketidakseimbangan kehidupan dan menjadikan diri lupa pada tugas yang di bawa.

Implementasi pada kehidupan santri maka diri manusia memiliki satu tugas penting yaitu tugas dari Tuhan.  Untuk melaksanakan tugas ini hanya santri hanya memiliki satu pola pikir yaitu "belajar" dan tidak "neko-neko" dalam kehidupan.  Ketika diri belajar dengan benar maka pemahaman tentang kehidupan yang baikpun akan dapat dipahami.  Dengan belajar bukan berarti diri santri menjadi "miskin"  tetapi menjadikan diri yang penuh dengan keseimbangan hidup.

Keempat, Pakaian yang longgar. Sebagai sebuah pakaian yang baik sarung memberikan kebebasan dan banyak memiliki nilai kebermanfaatan.  Makna kelonggaran atau kebebasan dan kebermanfaatan inilah yang menjadikan diri sebagai manusia yang diberi hak untuk "mengelola" baik manusia atau alam semesta, namun bukan sebuah kelonggaran yang mutlak tanpa ada aturan. 

Nilai longgar ibaratnya sarung merupakan pakaian multiguna yang bisa digunakan untuk dipakai dalam acara apapun dan bisa digunakan untuk ibadah, pakaian seharian, selimut bahkan bisa digunakan sebagai alat yang bersifat fleksibel (penutup kepala pada saat kehujanan atau sebagai alat untuk membungkus barang).

Implementasi pada kehidupan santri bahwa diri manusia harus siap berperan apapun dan dimanapun.  Selama itu adalah sejalan dengan tugas diri manusia sebagai makhluk yang sempurna yang memegang amanah sebagai khalifatullah.  Santri harus bersifat dinamis dan fleksibel karena berperan dalam mengajarkan "ilmu kehidupan yang benar" dan memiliki kebermanfaatan untuk siapapun dan apapun yang ada di dunia ini. 

Filosofi ngagem peci dan gondelan sarung adalah sebuah nilai yang harus ditanamkan pada diri santri agar bisa berperan dalam tugasnya sebagai motor penggerak untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada manusia lain.  Namun memang tidak semua santri itu berpeci dan pakai sarung karena memakainya adalah bentuk "budaya" untuk memberikan "sesuatu yang beda".  Dan bukan berarti yang tidak memakai adalah bukan santri. Selamat hari santri, semoga selalu menjadi umat yang terbaik di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun