Mohon tunggu...
Mr. M Akbar Ari P
Mr. M Akbar Ari P Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Beropini, Akun Baru.

Tempat Share Pengalaman dan Opini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mirip Flexing, Inilah Hubbul Jah Ala Kitab Ihya Ulumuddin

23 November 2023   09:30 Diperbarui: 27 Desember 2023   05:59 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mirip Flexing, Inilah Hubbul Jah. 

Akhir akhir ini marak istilah flexing yang di lakukan oleh para pejabat negara beserta keluargya yang dinilai tidak etis dan membuat masyarakat resah akan gaya hidup yang hedonis, di samping masih banyaknya masyarakat miskin yang memerlukan perhatian dari negara.

 

Flexing sebagaimana dikutip dari Cambridge Dictionary adalah upaya menunjukkan sesuatu yang dimiliki atau diraih, tetapi dengan cara yang dianggap oleh orang lain tidak menyenangkan. Flexing juga dapat diartikan sebagai menyombongkan diri dengan memamerkan diri dengan kemewahan atau kekayaan dengan tujuan agar mendapatkan pengakuan.

Kata Hubbul Jah berasal dari bahasa Arab yang artinya  kemegahan. Mengejar kemegahan dunia, kemewahan, pangkat, kedudukan, dan lain sebagainya, dengan tujuan mendapatkan popularitas, yang mana menjadi salah satu kenikmatan di atas kenikmatan harta bagi manusia, dalam kitab Ihya Ulumudin, Imam Al Ghazali Pernah berkata bahwa:

Artinya : "dan hubbul jah (gila hormat) adalah sumber segala kerusakan". [Ihya Ulumuddin]

Makna dari kata Jah adalah pandangan masyarakat bahwa ia memiliki kesempurnaan dan kesempurnaan ini akan memberinya pengakuan dan perhatian khusus di hati banyak orang.

Kemudian Imam Al Ghazali menjelaskan makna jah dengan menganalogikan emas dan perak.

"Untuk alasan apa jah lebih disukai? Imam Ghazali menjawab bahwa jah dicintai setara dengan emas dan perak. Untuk alasan apa emas lebih disukai dari pada perak dengan berat yang sama? Anda menyadari bahwa Emas dan perak bukanlah tujuan terakhir, karena mereka tidak dapat dimakan, dihancurkan, dan dikawinkan sama halnya seperti batu. Namun, emas dan perak dihargai karena dapat digunakan sebagai cara untuk mendapatkan apa pun yang diinginkan. Maka itulah jah"

Jika melihat dari ajaran Islam, Flexing atau Hubbul Jah bisa disebut tindakan memamerkan harta dan itu merupakan suatu bagian dari kesombongan. berbangga diri serta sikap riya', ingin dipuji oleh manusia lain. Dalam Islam perilaku Flexing atau Hubbul Jah amat terlarang, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yang artinya:

"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (Q.S Luqman/31;18).

Ayat ini merupakan nasihat Luqman yang berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Sejatinya, Luqman menasihati anaknya atau seluruh manusia yang ada di bumi agar tidak melakukan penghinaan dan kesombongan.

Dalam islam Tidak ada larangan untuk menjadi kaya, apalagi super kaya. Namun secara etika, tetaplah selalu rendah hati dan membumi, karena harta kekayaan hanyalah titipan. Tindakan demikian harus dihindari dan berhati-hati dalam melakukan interaksi sosial. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

 "Hamba berkata, "Harta-hartaku." Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orangorang yang ia tinggalkan" (HR. Muslim).

Kelimpahan harta sangat penting untuk membantu kehidupan manusia, tanpa memiliki kekayaan yang memadai, orang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelimpahan harta dapat dimanfaatkan untuk meringankan beban orang lain melalui sumbangan kepada individu yang membutuhkan bantuan.

Harta hanyalah kenikmatan yang dititipkan Allah untuk menguji hamba-Nya. Dalam ajaran Islam harta adalah perhiasan dunia sebagai ujian, apakah dengan harta itu mereka bersyukur atau menjadi kufur. Harta di tangan mukmin adalah sarana menuju pahala dari Allah. Harta bukan alat untuk mengukur atau menilai kemuliaan manusia.

Kelimpahan harta bukanlah alat untuk mengukur atau mensurvei kehebatan manusia. manusia mulia bukanlah karena kekayaan yang melimpah dan kendaraan mewah atau rumah mewah, tetapi mulia karena ketakwaannya. Kelimpahan harta Lebih baik dimanfaatkan dalam hal tolong menolong tanpa perlu diketahui orang lain, dengan tidak maksud membanggakan diri. karena Harta yang dibanggakan di dunia tidak akan membawa kebaikan jika hanya dipertontonkan kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun