Terkadang, ada percakapan yang begitu menyakitkan hati namun tidak dapat dijelaskan secara rinci alasan mengapa kita benci, melihat Audrey yang "junior" daripada pelaku. Person yang sebenarnya sudah tidak polos lagi, tergambar dari postingan-postingan media sosial Audrey beserta rambutnya yang telah diwarnai di usia belia.
Ketiga, kejadian ini baru dilaporkan korban kepada orang tuanya 5 hari setelah kejadian. Apakah memar dan bengkak pada wajah dan tubuh tidak dapat dilihat oleh orang tua korban?
Keempat, tentunya hasil visum membuktikan tak ada memar dan bekas kekerasan pada tubuh korban, terlebih pada area kemaluan yang membuat masyarakat geram.
Sekadar saran, sepertinya kita kurang bijak dalam menghadapi kasus seperti ini. Ada kesalahpahaman mengenai "mengecam" dan "meneror". Mengecam lebih kepada perilaku dan kasus yang terjadi, sedangkan meneror ini mengarah kepada individu pelaku berdasarkan kecaman yang sepertinya berlebihan. Mengapa berlebihan? Karena belum ada fakta mengenai kasus ini.
Kita boleh mengecam, namun menyerang pelaku di media sosial dan secara langsung terlalu dini untuk dilakukan. Lalu yang kita lakukan apa? Yah, sama dengan kasus di atas, bullying juga kan? Bukan berniat untuk membela pelaku, hanya saja sikap kita yang seperti itu bisa membunuh kedua pihak.
Sebelum menutup, izinkan saya mengucapkan rasa prihatin terhadap kasus yang menimpa adinda Audrey. Semoga hukum berpihak pada garis kebenaran, bukan aktor yang sedang berperan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H