Mohon tunggu...
Andi MuhaiminDarwis
Andi MuhaiminDarwis Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah. Sebelum kenangan indah terbuang sia-sia. Hargai hidupmu lebih dari siapapun itu.

Teknik Sipil 2015, Univ. Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesan Mendikbud RI Menghadapi Revolusi Industri 4.0

5 April 2019   17:15 Diperbarui: 5 April 2019   17:21 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud), Prof. Dr. Muhajir Effendy, menyambangi kampus Universitas Muhammadiyah Makassar beberapa hari yang lalu (1/4/2019). Kehadirannya sebagai keynote speaker pada acara Seminar Nasional IMM Gold oleh rekan-rekan Pimpinan Komisariat IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Fakultas Teknik Unismuh Makassar.

Dengan tema "Peran Pendidikan Dalam Melahirkan Generasi Milenial Yang Tercerahkan", beliau betul mengembalikan kesadaran mahasiswa milenial secara radikal dengan sajian ilmu yang amat padat dan jelas mengenai bekal mahasiswa menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Saat membuka seminar, beliau menjelaskan dengan apik tentang generasi milenial dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat luar biasa. Ada beberapa poin yang saya garis bawahi sebagai acuan dalam menambah ilmu pengetahuan. Beliau menjelaskan bahwa generasi milenial adalah 'Gen Z' yang hidup pada awal abad 21; bagaimana GPS (Global Positioning System) sudah bukan rahasia semenjak Amerika menyerang Irak pada tahun 2004; bagaimana peran ilmuwan Islam seperti Al Khawarisymi yang usefull untuk zaman dengan algoritmanya yang digunakan sebagai search engine yang memungkinkan Instagram membaca otak manusia untuk menampilkan apa saja yang sering dicari oleh penggunanya.

Menteri dengan aksen jawa yang khas itu juga menarik mahasiswa untuk belajar kepada masa lalu, dengan menceritakan bagaimana komputer pada abad 20 adalah barang yang amat langka. Beliau mencoba bernostalgia dengan telepon genggam mahal yang beliau beli, lalu seketika terdegradasikan oleh merk Motorola, Nokia, Blackberry, sampai kepada android yang kita gunakan sekarang. Lebih lanjut, beliau mengatakan makna dari kesemuanya itu adalah bahwa zaman sangatlah cepat untuk berubah secara drastis dan tidak ada posisi yang aman. Beliau mengingatkan ketika merk Nokia yang saat itu dikiranya akan abadi, ternyata seketika lenyap dari panggung persaingan global. Begitu juga BlackBerry yang merintih dan mundur dari globalisasi.

Melihat perkembangan zaman dengan perubahan yang amat cepat, membuat generasi milenial harus menyesuaikan diri dengan memiliki skill khusus, yaitu kreatifitas. "Siapa yang kreatif, dia yang akan bertahan", tegasnya.

Menurutnya, menyongsong Revolusi Industri 4.0 mengharuskan kita untuk memiliki karakter agar tidak terombang-ambing. Zaman boleh berubah, namun karakter tidak.

Religiusitas

Religiusitas adalah poin pertama yang beliau angkat, mengingat bahwa agamalah yang membuat kita menyatu dan tunduk pada aturan. Budaya saling menghargai dan sebagainya adalah implementasi dari religiusitas.

Gotong Royong

Sebagai warga negara Republik Indonesia, gotong royong menjadi karakter yang wajib melekat pada diri setiap insan. Jika sedari awal tak ada semangat bergotong royong, maka kita tetap menjadi bangsa yang terpecah.

Nasionalisme/Kebangsaan

Poin ini yang paling melekat dalam diri saya. Mengingatkan kembali betapa mahalnya jiwa kebangsaan pendahulu kita. Tak terbeli dengan apapun itu. Beliau mengambil contoh dari negara yang katanya memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Namun, ketika murid dari negara tersebut ditawarkan untuk mengabdi kepada negaranya, rupanya mereka lebih memilih menuju negara maju seperti Amerika, Kanada dan sebagainya. Sangat mengiris hati. Rupanya tak ada nilai nasionalisme dalam kurikulum yang katanya terbaik di dunia.

Integritas

Tentunya hal ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat melalui pendidikan karakter untuk menjamin mutu dan potensi bangsa. Prof. Muhajir, akrabnya, ternyata menteri yang sangat percaya diri untuk menyematkan nilai-nilai pendidikan karakter pada kurikulum. Integritas bangsa adalah karakter bangsa itu sendiri.

Kemandirian

Belajar dari keinginan bangsa untuk terbebas dari segala bentuk penjajahan, baik itu secara kasar maupun halus, membuat Prof. Muhajir melihat bahwa Indonesia adalah negara yang mandiri, dan itu melekat pada insan nusantara. Beliau kembali bernostalgia ketika Indonesia tetap tidak setuju dengan RIS (Republik Indonesia Serikat) yang dianggapnya sebagai penjajahan secara halus dan simbol ketidakmandirian bangsa.

Selain poin-poin di atas, beliau melanjutkan dengan bercerita lepas namun tetap berilmu. Muhammadiyah beliau gambarkan sebagai organisasi yang memiliki peranan yang teramat penting bagi dunia pendidikan nusantara. Yang dahulunya, pendidikan hanya boleh dinikmati oleh keturunan Belanda dan keturunan pejabat, tetapi berkat Muhammadiyah semua kalangan dapat menikmatinya dan mengkonversinya menjadi kader bangsa yang berintegritas, seperti Ir. Soekarno dan Pangeran Diponegoro.

Sebelum mengakhiri Speechnya, beliau lagi-lagi memberikan pencerahan tentang potensi Indonesia kaitannya dengan superioritas Amerika yang sekiranya akan berakhir dan patah oleh keuletan bangsa China. Beliau membakar semangat mahasiswa untuk menjadi tonggak bangsa untuk Indonesia maju pada tahun 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun