Dalam teks puisi tersebut Sapardi Djoko Damono menuturkan sebuah pesan secara tersirat kepada pembaca. Hasil dari pemahaman penulis tentang kalimat puisi tersebut adalah adanya pesan agar kita dapat memanusiakan manusia, selain itu sebagai manusia harus menghormati perbedaan gender dengan menjaga dan memahami perbedaan gender sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa tanpa menimbulkan kekerasan ataupun ketidakadilan yang ada pada diri perempuan, sebagai karunia Tuhan yang harus dijaga. Selain itu kita diajak untuk menghargai setiap perjuangan Marsinah dalam menuntut keadilan.
Kesimpulan
Pengungkapan atau citra perempuan dalam puisi Dongeng Marsinah karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan kekerasan dan stereotip yang diterima oleh perempuan. Sebagai karunia Tuhan perempuan haruslah dijaga dan disayangi tanpa melakukan tindakan tidak manusiawi berupa kekerasan. Karya Sapardi mengisahkan Marsinah sebagai seorang perempuan yang terus mendapatkan stereotip dan kekerasan oleh sebagian orang yang merasa dirugikan. Sebagai kaum perempuan Marsinah digambarkan sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya. Kritik feminisme yang paling menonjol dalam puisi tersebut adalah perempuan digambarkan sebagai karunia Tuhan yang harus dijaga, tanpa mealakukan kekerasan dan kesewenangan laki-laki.
Dengan demikian penulis mengharapkan bahwa masyarakat dapat mengambil nilai pembelajaran dari studi feminisme dalam puisi Dongeng Marsinah karya Sapardi Djoko Damono, sebuah pendekatan kritik atau saran feminisme bahwa tragedi pembunuhan Marsinah dapat menjadi pembelajaran bahwa seorang perempuan tidak seharusnya diperlakukan dengan kekerasan secara fisik, mental, maupun seksual. Selain itu pemerintah seharusnya mampu mengusut masalah Marsinah yang tidak kunjung menemui keadilan.
Daftar Pustaka
Damono, Sapardi Djoko. (2015).Melipat Jarak. Jakarta. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama.
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugihastuti, Suharto. (2010).Kritik Sastra Feminisme. Celebehan Timur UH III. Yogyakarta. Penerbit : Pustaka Pelajar.
Suyitno dan Dipa Nugraha. (2014). Canonization of Four Indonesian Contemporary Novels Written in the 21st Century: Questioning Public Recognition and Acceptance Towards the Ideas of Feminism. Journal of Language and Literature, Vol. 5. No. 1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H