Mohon tunggu...
Muh Salman Alfarisi
Muh Salman Alfarisi Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

CUMAN ORANG GABUT YANG BELAJAR NULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tatap Muka atau Tatap Layar?

16 Juli 2024   19:50 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun ada banyak manfaat dari pembelajaran online di Indonesia, ada juga kendala utama yang harus diatasi. Kesenjangan digital adalah salah satu masalah utama. 

Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada tahun 2023 masih ada sekitar 60 juta penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses internet. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa banyak anak-anak, terutama yang bersekolah di lokasi terpencil dan pedesaan, tidak memiliki akses yang memadai terhadap teknologi digital seperti perangkat dan koneksi internet yang dapat diandalkan.

Dalam pembelajaran online, peran pendidik juga berubah. Agar para guru dapat secara efektif menawarkan kurikulum pada platform digital, mereka sekarang harus mahir dalam teknologi dan memperoleh kemampuan baru. 

Menurut survei Asosiasi Pendidikan Nasional, 88% guru di Amerika Serikat percaya bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pelatihan untuk dapat menggunakan teknologi secara efektif di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi memiliki banyak manfaat, para pendidik sangat membutuhkan bantuan dan pelatihan untuk membantu mereka menyesuaikan diri dengan perubahan ini.

Masalah serupa yang berkaitan dengan pendidikan online juga terjadi di Indonesia. Tugas untuk mengadaptasi kurikulum ke platform digital adalah salah satu tugas yang dihadapi oleh banyak guru. 

Agar dapat menggunakan teknologi di kelas online secara efektif, hampir 75% guru percaya bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pelatihan, menurut survei Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini menunjukkan kebutuhan yang sangat penting untuk memberikan bantuan dan pelatihan kepada para pendidik agar dapat menangani perubahan ini secara efektif.

Dan yang terakhir, ada perbedaan dalam gaya belajar anak-anak. Menurut studi Educause tahun 2020, 33% mahasiswa lebih menyukai pengajaran tatap muka, 32% pengajaran campuran, dan 35% pengajaran online. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua orang dan sangat penting untuk menyediakan berbagai solusi untuk mengakomodasi permintaan dan preferensi yang berbeda.

Kesimpulannya, teknologi memiliki kekuatan untuk mengubah pendidikan secara menyeluruh dengan menawarkan penjadwalan yang lebih fleksibel, peningkatan aksesibilitas, dan strategi pengajaran yang lebih menarik. Namun, untuk mewujudkan potensi pendidikan online sepenuhnya, isu-isu seperti kesenjangan digital dan kebutuhan akan pelatihan guru harus diatasi. Di era digital ini, kelas virtual mungkin sama ajaibnya dengan interaksi tatap muka dengan strategi yang tepat, memberikan manfaat yang sama bagi setiap siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun