Mohon tunggu...
Muh Salman Alfarisi
Muh Salman Alfarisi Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

CUMAN ORANG GABUT YANG BELAJAR NULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tatap Muka atau Tatap Layar?

16 Juli 2024   19:50 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:57 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Muh Salman Alfarisi dan Iyan Sofyan

(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD) Universitas Ahmad Dahlan

Pertama-tama, teknologi telah membuat pendidikan menjadi lebih mudah diakses dan inklusif. Pembelajaran daring mengambil alih sebagai sarana utama untuk melanjutkan pendidikan setelah epidemi COVID-19 memaksa penutupan sekolah bagi hampir 1,5 miliar siswa di seluruh dunia, menurut data UNESCO. 

Selama epidemi, terjadi peningkatan jumlah pengguna di situs web seperti Coursera dan Khan Academy, yang menunjukkan bahwa banyak siswa yang mencari cara berbeda untuk belajar di rumah. 

Dengan penggunaan teknologi, anak-anak yang tinggal di tempat yang jauh atau memiliki keterbatasan fisik dapat menerima pendidikan yang setara dengan siswa di kota-kota besar.

Mahasiswa sangat menghargai fleksibilitas waktu dan lokasi yang diberikan oleh pembelajaran online. Menurut survei Kompasiana, 70% persen mahasiswa menghargai fleksibilitas yang ditawarkan oleh kursus online, yang memungkinkan mereka mengatur waktu belajar sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Hal ini sangat membantu bagi mereka yang memiliki kewajiban keluarga atau harus bekerja sambil kuliah. Dengan demikian, teknologi membuat pendidikan lebih mudah diakses dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat kontemporer

Teknologi membuat proses pembelajaran menjadi lebih dinamis dan menarik. Materi pembelajaran online lebih mudah dipahami dan menarik bagi siswa jika menggunakan video, animasi, dan simulasi. 

Menurut penelitian MIT, menggunakan video pembelajaran daripada metode tradisional dapat meningkatkan pemahaman siswa hingga 50%. Dengan penggunaan teknologi seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), siswa dapat mengalami skenario dunia nyata dalam suasana yang aman, seperti melakukan eksperimen sains atau mengunjungi lokasi bersejarah.

Ada beberapa masalah yang perlu diselesaikan meskipun ada banyak keuntungan. Masalah utama adalah "kesenjangan digital", di mana sejumlah besar siswa di negara-negara terbelakang tidak memiliki akses ke gadget atau internet yang memadai. 

Sekitar 2,2 miliar anak di seluruh dunia tidak memiliki akses ke internet di rumah, menurut data UNICEF. Hal ini menekankan bahwa dibutuhkan lebih banyak dana untuk layanan dukungan dan infrastruktur digital untuk menjamin bahwa semua siswa dapat memanfaatkan pembelajaran online.

Meskipun ada banyak manfaat dari pembelajaran online di Indonesia, ada juga kendala utama yang harus diatasi. Kesenjangan digital adalah salah satu masalah utama. 

Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada tahun 2023 masih ada sekitar 60 juta penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses internet. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa banyak anak-anak, terutama yang bersekolah di lokasi terpencil dan pedesaan, tidak memiliki akses yang memadai terhadap teknologi digital seperti perangkat dan koneksi internet yang dapat diandalkan.

Dalam pembelajaran online, peran pendidik juga berubah. Agar para guru dapat secara efektif menawarkan kurikulum pada platform digital, mereka sekarang harus mahir dalam teknologi dan memperoleh kemampuan baru. 

Menurut survei Asosiasi Pendidikan Nasional, 88% guru di Amerika Serikat percaya bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pelatihan untuk dapat menggunakan teknologi secara efektif di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi memiliki banyak manfaat, para pendidik sangat membutuhkan bantuan dan pelatihan untuk membantu mereka menyesuaikan diri dengan perubahan ini.

Masalah serupa yang berkaitan dengan pendidikan online juga terjadi di Indonesia. Tugas untuk mengadaptasi kurikulum ke platform digital adalah salah satu tugas yang dihadapi oleh banyak guru. 

Agar dapat menggunakan teknologi di kelas online secara efektif, hampir 75% guru percaya bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pelatihan, menurut survei Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini menunjukkan kebutuhan yang sangat penting untuk memberikan bantuan dan pelatihan kepada para pendidik agar dapat menangani perubahan ini secara efektif.

Dan yang terakhir, ada perbedaan dalam gaya belajar anak-anak. Menurut studi Educause tahun 2020, 33% mahasiswa lebih menyukai pengajaran tatap muka, 32% pengajaran campuran, dan 35% pengajaran online. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua orang dan sangat penting untuk menyediakan berbagai solusi untuk mengakomodasi permintaan dan preferensi yang berbeda.

Kesimpulannya, teknologi memiliki kekuatan untuk mengubah pendidikan secara menyeluruh dengan menawarkan penjadwalan yang lebih fleksibel, peningkatan aksesibilitas, dan strategi pengajaran yang lebih menarik. Namun, untuk mewujudkan potensi pendidikan online sepenuhnya, isu-isu seperti kesenjangan digital dan kebutuhan akan pelatihan guru harus diatasi. Di era digital ini, kelas virtual mungkin sama ajaibnya dengan interaksi tatap muka dengan strategi yang tepat, memberikan manfaat yang sama bagi setiap siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun