Perkembangan anak usia sekolah atau periode masa tengah dan akhir kanak-kanak terjadi pada anak berusia 6 hingga 11 tahun. Anak yang memasuki periode sekolah dasar mulai belajar tentang lingkungan yang lebih luas serta mulai mempelajari tanggung jawab yang lebih kompleks. Pada periode ini, kemampuan fisik anak akan meningkat sehingga bermanfaat terhadap kegiatan yang melibatkan kemampuan atletik anak.
Selain itu, proses berpikir anak juga menjadi lebih logis. Mereka dapat mulai ikut serta dalam permainan yang memiliki aturan, menguasai keterampilan dasar akademik seperti baca, tulis, dan hitung serta memiliki pemahaman akan diri dan orang lain, aturan-aturan, mulai mengenal moralitas, dan hubungan sosial secara mendalam seperti persahabatan.
Pembahasan mengenai masa anak usia sekolah ini dapat dimulai dari fase pendidikan anak usia dini seperti TK yang menjadi jembatan antara rumah dan sekolah. TK merupakan transisi dalam proses pendidikan anak. Di TK, anak di bimbing untuk melepaskan dirinya dari kebiasaan di rumah. Banyak aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan. Di TK pula lebih diutamakan kegiatan bermain dari pada belajar. Dengan demikian mereka lebih banyak mengenal benda-benda, bergaul dengan teman sebaya, dan saling menghargai. Perkembangan fisik merupakan pertumbuhan yang mencakup tinggi dan berat pada badan, perubahan bentuk rupa badan, dan juga pertumbuhan massa dan fungsi otak. Terdapat perbedaan pada pertumbuhan anak ketika usia dasar dengan usia yang sebelumnya. Pertumbuhan fisik anak cenderung akan menjadi lebih lambat namun juga lebih konsisten ketika memasuki tahun ke 6 hingga tahun ke 12 kehidupan.
Perkembangan motorik atau fisik pada masa usia sekolah ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah, oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, dan lain-lain (Ajhuri, 2019, hlm. 120).
Pertumbuhan pada individu di masa anak pertengahan dan akhir akan terus berlangsung hingga terbentuk perubahan signifikan di fase awal pubertas. Pertumbuhan postur maupun rupa badan ketika awal memasuki sekolah dasar biasanya masih belum dapat ditemukan keseimbangan. Namun, dengan waktu yang terus berjalan, anggota tubuh yang sebelumnya tidak seimbang akan tumbuh menjadi seimbang.
Pertumbuhan tinggi badan pada anak-anak di masa pertengahan dan akhir umumnya sekitar 2 -- 3 inci setiap tahunnya. Ketika menginjak usia 11 tahun, anak perempuan biasanya memiliki ketinggian 4 kaki 10 inci. Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak mengalami penambahan berat tubuh 5 -- 7 pon (2,26kg -- 3,17kg) pertahun (Papalia, Old & Fieldman, 2010 dalam Mariyati & Rezania, 2021, hlm. 80). Berat badan yang bertambah pada masa ini berhubungan dengan meningkatnya ukuran kerangka dan sistem otot maupun ukuran beberapa organ tubuh pada individu.
Pada masa anak-anak pertengahan dan akhir, perubahan fisik dan proporsi merupakan perubahan yang terlihat paling jelas. Pada masa ini, lingkar kepala, lingkar pinggang, dan panjang kaki semakin berkurang dibanding ketinggian tubuh (Hockenberry & Wilson, 2009 dalam Mariyati & Rezania, 2021, hlm. 81). Meskipun ukuran kepala masih terlihat lebih besar dibanding bagian badan yang lain, beberapa bagian pada wajah akan mengalami perubahan. Seperti bertambah besarnya mulut dan rahang, permukaan dahi lebih merata, bibir semakin berisi, hidung jadi lebih besar serta lebih berbentuk.
Selain itu, badan akan semakin tinggi serta menjadi lebih ramping, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, lemak di perut akan berkurang, lengan serta tungkai memanjang (walaupun nampak kurus dan tidak terbentuk karena otot- otot belum tumbuh), tangan serta kaki lambat tumbuh membesar.
Perkembangan otak serta sistem saraf merupakan salah satu aspek tepenting dalam pertumbuhan individu. Dalam hal ini, perkembangan otak serta kepala jauh lebih cepat dibanding bagian-bagian badan yang lain. Ketika anak berusia 3 tahun, perkembangan ukuran otak pada anak telah mencapai sekitar 2/3 yang hamper menyerupai ukuran otak orang dewasa. Ketika hampir mencapai tahun ke 5 masa kehidupan, ukuran otak anak akan mencapai ukuran sebesar 90 persen dari ukuran otak dewasa.
Perkembangan saraf otak juga semakin berkembang sejalan dengan perkembangan otak anak. Kognisi dan kematangan berpikir seorang anak akan matang dengan baik apabila saraf pada otak anak berkembang dengan sempurna. Kematangan otak pada anak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Dalam hal ini, anak harus menunjukkan reaksi terhadap stimulus di lingkungannya agar kognisi anak dapat tumbuh dengan sempurna. Hal tersebut menjelaskan bahwa anak perlu melakukan berbagai macam kegiatan motorik untuk memaksimalkan pertumbuhan kognitif.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikiran berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks, serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak pada periode usia sekolah ini berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
- Tahap 1 : Sensorimotor (0-2 tahun),
- Tahap 2 : Pra-Operasionall (2-7 tahun),
- Tahap 3 : Operasional Konkret (7-11 tahun),
- Tahap 4 : Operasional Formal (11 tahun sampai dewasa).
Dengan demikian, perkembangan akan di usia sekolah berada pada tahap operasional konkret dan menuju operasional formal.
Perkembangan Emosi/Perasaan
Perkembangan emosi pada periode anak usia sekolah telah mengalami kemajuan dibandingkan dengan saat periode prasekolah. Pada periode ini, individu sudah jarang mengungkapkan emosinya dengan cara meledak-ledak. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan atau pembiasaan. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.
Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, dan guru.
Di lingkungan sosial individu dinyatakan memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik apabila Ia dapat diterima oleh kelompok atau memiliki "geng". Kemampuan bersosialisasi tersebut dapat dimiliki dengan cara belajar hidup bermasyarakat melalui proses-proses berikut:
1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Mengikuti standar yang berlaku dalam suatu kelompok sosial.
2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Menjalankan peran sesuai dengan kesepakatan bersama, misal saat di rumahÂ
3. berperan sebagai anak yang memiliki kewajiban untuk membantu orang tua membersihkan rumah.
Perkembangan sikap sosial. Kemampuan untuk turut serta menjalankan aktivitas bersama dengan kelompok sosial (Masykuroh dkk, 2021, hlm.66).
Namun demikian, kemampuan individu dalam aspek sosial ini tentu berbeda-beda. Ada individu yang dengan mudah masuk ke kelompok yang baru tetapi ada individu yang kesulitan untuk beradaptasi. Permasalahan ini terjadi karena beberapa faktor berikut.
1. Kesempatan dan waktu bersosialisasi dengan individu lain.
2. Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dipahami individu kain.
3. Dorongan dari dalam diri untuk mau bersosialisasi.
4. Metode belajar dan bimbingan sosialisasi (Masykuroh dkk, 2021, hlm.66).
Referensi
Ajhuri, K.F. (2019). Psikologi perkembangan pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.
Mariyati, L.I., Rezania, V. (2021). Psikologi perkembangan sepanjang hidup manusia. Sidoarjo: Umsida Press.
Masykuroh, K., Dewi, C., Heriyani, E., Widiastuti, H.T. (2021). Modul psikologi perkembangan. Jakarta: Uhamka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H