Mohon tunggu...
M. Galang Pratama
M. Galang Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - Buku dan buku

Penulis peristiwa. Tinggal di http://www.emjipi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menulislah!

22 Februari 2018   15:40 Diperbarui: 22 Februari 2018   16:08 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Setelah membaca, tidak akan kau temukan pekerjaan lain yang lebih mudah selain menulis. Karena kita semua adalah penulis. 

Menulis kadang terasa sulit ketika kita tidak tahu tujuan untuk apa kita menulis. Jika aku ditanya demikian, maka akan kujawab sederhana saja, menulis saja dulu. Seperti apa jenis tulisan yang pernah aku tuliskan? Berikut kisahku.

Malamku selalu menjadi malam yang sangat panjang. Aku ingin menceritakannya, tapi nanti. Sekarang aku hanya ingin bercerita sedikit saja. Sejak awal-awal aku belajar menulis sekitar usia 19 tahun hingga usiaku ketika menulis catatan ini di usia 22 tahun. Jenis tulisan yang pernah kubuat yang bisa kau tiru ataupun tidak, yaitu:

Reportase

Aku pernah menulis reportase tentang hal-hal yang terjadi di sekitarku secara kronologis. Karena rumus menulis reportase atau yang biasa disebut menulis berita yang pernah diajarkan oleh guru di sekolah, mudah sekali. Pergunakan saja 'Adiksimba'(Apa-DI mana-Kapan-SIapa-Mengapa-dan BAgaimana atau yang biasa dikenal 5W+1H.Aku pernah menulis ini,ini atau ini. (Sila klik jika berkenan membaca tulisan-tulisan awalku, harap kurangi ekspektasimu, hehe).

Puisi

Meruntut ke belakang lagi, rupanya aku menemukan memori bahwa aku pernah mencoba menuliskan puisi untuk calon pacarku, saat itu aku duduk di kelas III SD (tapi akhirnya, aku sadar itu bukan cinta yang serius, melainkan hanya sekadar cinta monyet, suka alakadarnya sebagai siswa ingusan 2003 silam, hehe) lalu perlahan rupanya aku benar-benar mulai menyukainya (menyukai Puisi, maksudku. Hehe). Ingatan ini datang dari seorang teman, akhir-akhir ini. Aku mulai merenungi suasana kejiwaanku saat itu lalu memikirkan proses kreatifku dalam menulis hari ini. Setelah aku pelajari, aku mendapat satu hal penting yang membawaku menyimpulkan satu hal (oleh salah satu penyair dari Makassar, Aan Mansyur, aku mendapatkan kesadaran) bahwa memulai menulis dengan Puisi adalah bencana. Karena rupanya Puisi adalah jenis tulisan tersulit, selain sulit dituliskan, sulit dipahami: mesti harus berkenalan dengan kata kata dan metafora serta akrab dengannya dan sering sering mengajaknya berjalan, barulah kelak ia pasti akan membawamu berkeliling imajinasi semesta hidup. Jika ingin membaca beberapa puisiku, silakan ke pranala ini.

Resensi

Lanjut ke hal lain. Selain menulis reportase dan puisi, hal terbaik yang pernah aku coba tuliskan adalah mengisi waktu dengan menuliskan kembali kesan-kesan yang aku dapatkan setelah membaca sebuah buku. Akan sangat meruginya jika hobi membaca buku tak diselaraskan dengan hobi menuliskan kembali hal-hal yang dianggap menarik dan kurang menarik dari apa yang telah dibaca. Untuk apa? Ternyata penulis resensi buku sangat kurang jumlahnya bahkan kolom untuk resensi buku, hampir di semua media cetak, disediakan penuh untuk para kutu buku yang bisa menuliskan kembali hasil bacaannya. Coba cek-cek para penulis resensi seperti Anindita S. Thayf atau Udji Kayang atau Bandung Mawardi yang resensinya memenuhi hampir semua atau barangkali semua media cetak di Indonesia. Tulisan resensiku ketika sudah membaca buku berjudul Rumah Kertas karya Carlos Maria Dominguez bisa dibaca di sini (cek gambar di sini).

Cerpen

Menulis cerita pendek  (cerpen) pun menurut salah satu penulis bernama Edi Mulyono atau Edi AH Iyubenu mengaku bahwa salah satu jenis tulisan yang mudah selain artikel (mudah dalam arti banyak dibutuhkan media massa) yakni menulis cerpen. Jadi jika ingin tulisan banyak dimuat di media massa, ya jangan nulis puisi tapi menulislah cerpen lalu kirimkan ke alamat surel media yang dituju. Mau baca cerpen yang pernah kutulis? Sila klik ini.

Opini

Menulis opini atau esai atau artikel (sama saja, cuma istilahnya yang beda) merupakan salah satu jenis tulisan yang lebih populer, membahas peristiwa terhangat yang sedang diperbincangkan oleh masyarakat disertai dengan argumen penulis, tanggapan, dan harapannya mengenai aspek yang dikaji dengan pendekatan sesuai perspektif penulis. Aku terbiasa membaca opini yang terbit setiap hari kerja di media cetak, mulai dari opini di media lokal hingga artikel atau esai media nasional seperti Tempo atau Kompas. Baca opiniku di tautan berikut.

Surat Pembaca

Aku pernah merasa sangat kesal dengan pemerintah. Ingin kutuliskan isi hatiku saat itu agar mereka mendengarkannya. Tapi karena aku bukan siapa-siapa, aku tidak punya akses untuk bertemu langsung dengan pemilik kebijakan, maka dari itu ketika aku membaca koran Kompas, aku menemukan satu kolom yang diperuntukkan kepada masyarakat. Yakni kolom Surat Pembaca Kompas. Oleh sejak itulah, aku seketika mengirim email ke redaksi Harian Kompas dan aku bersyukur sebab Kompas bisa jadi perantara atas hak prerogatif Tuhan mengijabah isi hatiku. Silakan baca tulisan berjudul Jangan Revisi di sini atau tulisan Argumentasi di rubrik Kompas Muda di hipertaut berikut ini.

Sedangkan menulis yang terakhir, ya tulis saja status seperti yang ada di Facebook. Itulah jenis tulisan yang paling mudah. Banyak orang yang membuat karya besarnya dimulai dari status-status yang dikumpulkan dari beranda Facebook, Twitter, Blog, Tumblr, Medium, dan media lainnya. Jangan khawatir, sebab menulis status bisa saja membawa pikiran untuk menciptakan sebuah karya yang akan diingat sepanjang masa. Karena jenis tulisan lain yang bisa kau tulis dan akan membuatmu lebih abadi adalah dengan menulis...

Buku.

Nah, siapa yang tidak senang ketika sebuah karya tercetak dalam bentuk buku dan ada nama kamu tertulis di sampul depannya? Tidak ada yang mustahil, karena kita semua sebetulnya telah ditakdirkan untuk menjadi penulis yang dapat mendokumentasikan segala keseharian kita demi pertanggungjawaban kita di masa mendatang. Jadi apa lagi? Sederhananya, ada pada judul utama tulisan ini.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun