Semua orang di-reset ketika pandemi melanda. Kita ada di zaman yang semuanya di-reset. Baik itu yang sudah punya usaha mapan maupun yang baru mau mulai berkarier. Namun semuanya berkesempatan sama menjadi pemenang karena keadaannya sama. Sama-sama di-reset di angka nol. Orang yang paling cepat belajar dari perubahan after covidlah yang berpeluang jadi pemenang.
Hal tersebut disampaikan oleh Harri Firmansyah, dalam rekaman Strategi UMKM Rise Above The Crowd di Saat Pandemi yang berlangsung tanggal 17 Agustus di channel YouTube Evapora[1]. Harri Firmansyah adalah seorang trainer yang juga CEO Butterfly Act Group, Komisaris Utama PT Transformasi Belajar Indonesia, dan Komisaris Utama PT Jejaring Belajar Indonesia.
Â
Usaha Kain Tenun Sengkang yang Mengalami Reset
Â
Harri menyebutkan dirinya mengutip istilah reset ini dari Dr. Indrawan Nugroho dan juga PM Kanada - Â Justin Trudeau. Trudeau pernah mengatakan:
 The pandemic has provided an opportunity for a reset. This is our chance to accelerate our pre-pandemic efforts to reimagine economic systems that actually address global challenges, like extreme poverty, inequality, and climate change.[2]
Menurut Harri lagi, "pemenang sejati" adalah orang yang belajar banyak sekali sebelum covid lalu dia mau berendah hati mau mengosongkan egonya, mau menetralkan dirinya belajar dengan rendah hati dari siapa pun, di mana pun.
Saya teringat kisah Ida Sulawati  -- pengusaha kain tenun dengan jenama Aminah Akil Silk di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Saya memanggilnya dengan sapaan Kak Ida. Biasanya usai lebaran banyak pesta pernikahan dan orang-orang sudah memesan kain padanya 2 -- 3 bulan sebelumnya.
Sayangnya, ketika awal pandemi melanda pada kuartal pertama tahun 2021 lalu, banyak customer membatalkan pesanannya padahal kain sudah di-order kepada para penenun dan yang jadi harus segera dibayar.
Seperti yang kita ketahui, kebanyakan orang memang memangkas pengeluaran produk yang bukan termasuk bahan kebutuhan pokok selama pandemi sementara produk Aminah Akil Silk adalah kain untuk busana pesta ataupun acara resmi.
Sejak Indonesia dinyatakan memasuki masa pandemi dan penjualan kain tenun mengalami masa krisis, Aminah Akil Silk menjalankan defense mode dengan cara tidak menambah produk. Biaya hidup tertutupi dari hasil sawah yang mereka miliki dan tabungan yang ada.